Mencari Kenikmatan dari Pengakuan

Oleh: Mln. Teguh Nasir Ahmad

Salah satu cara orang mencari nikmat adalah melalui pengakuan. Sebenarnya pengakuan itu bisa positif dan memang kita harus memberikannya kepada yang layak untuk mendapatkan. Sebagaimana seorang pelajar ia mulai belajar dari tingkat SD, ia berusaha keras, ia setiap hari datang ke sekolah untuk belajar, mengikuti ujian dan menghasilkan nilai yang bagus, maka guru wajib memberikan pengakuan bahwa dia sudah lulus dan ia berhak mendapatkan ijazah, begitu juga di SMP, di SMA sampai di perguruan tinggi.

Jadi, orang yang sudah menjalani proses pendidikan yang begitu panjang dan mendapatkan hasil yang baik serta memenuhi segala persyaratan-persyaratan, maka institusi pendidikan harus memberikan pengakuan kepada orang yang sudah berjuang seperti itu, dengan gelar kesarjanaan, doktoral dan sebagainya.

Begitu juga, seorang pemimpin di dalam suatu perusahaan, pengakuan itu begitu penting untuk memotivasi anak buahnya atau kepada para karyawannya menunjukkan kinerja yang lebih baik. Pengakuan itu bisa dalam bentuk memberikan hadiah, kenaikan jabatan, menaikkan honornya dan sebagainya. Itu adalah beberapa cara untuk memberikan pengakuan kepada seseorang yang sudah berusaha keras dan berjasa.

Akan tetapi, pengakuan ini bisa menjadi sesuatu yang negatif ketika orang itu bekerja hanya untuk mencari pengakuan saja. Kadangkala kita diuji oleh atasan kita sampai sejauh mana ketangguhan kita di dalam menjalankan suatu tugas. Mungkin sementara pengakuannya ditahan dulu dengan tujuan ia ingin mencari tahu sampai sejauh mana anak buahnya berkerja dengan sungguh-sungguh.

Di sini kita harus sama-sama memakluminya. Tetapi sekali lagi para pemimpin berkewajiban untuk memberikan pengakuan kepada orang-orang yang sudah berkarya yang kinerjanya bagus dan baik sebagai penghargaan.

Allah Ta’ala mencontohkan seperti itu, siapapun orang yang sudah menjalankan ibadahnya dengan baik, hablumminallaah-nya baik, demikian juga hablumminannaas-nya, maka Allah Ta’ala memberikan pengakuan kepada orang itu, bahwa dia adalah orang yang beriman. Allah Ta’ala memanggilnya dengan ungkapan,

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا

Wahai orang-orang yang beriman.

Bagi orang yang selalu mengerjakan amal saleh Allah Ta’ala akan memberinya hadiah yaitu surga. Tetapi sekali lagi, ini akan menjadi negatif bagi setiap orang yang berprinsip dalam pekerjaannya hanya untuk diakui oleh sesama manusia. Biasanya akan timbul putus asa, akhirnya menjadi malas di dalam bekerja, karena apa yang diinginkan tidak di dapatkannya. Orang itu bekerja dengan motivasi hanya untuk dipuji, dia mengerjakan apapun hanya untuk mendapatkan pengakuan duniawi.

Memang hal yang seperti ini ada di tengah-tengah kehidupan kita. Ada sebagian orang merasa nikmat, enak dan nyaman ketika setiap pekerjaannya dipuji. Tetapi sayangnya ketika pekerjaannya itu dianggap buruk, tidak diterima atau tidak ada satu orang pun yang memujinya, malah dia putus asa dan akhirnya melakukan sesuatu yang tidak terpuji yang membuat dirinya semakin terpuruk.

Nah, inilah ruginya bagi orang-orang yang bekerja dan beribadah hanya ingin mendapatka pengakuan dari manusia. Maka dalam hal ini Allah Ta’ala berfirman di dalam Surat At-Talaq ayat 3:

وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَيَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللهُ لِكُلِّ شَىْءٍ قَدْرًا

Dan Dia akan memberikan rezeki kepadanya dari arah yang tidak pernah ia sangka. Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, maka Dia memadai baginya. Sesungguhnya Allah menyempurnakan urusan-Nya. Sesungguhnya Allah telah menetapkan ketentuan bagi segala sesuatu. (At-Talaq:3)

Jadi, inilah yang sebenarnya, bahwa baik pekerjaan itu merupakan ibadah hablumminallaah atau hablumminannaas, sejatinya adalah hanya untuk mencari ridho Allah Ta’ala.

Orang mencari ilmu untuk mencari ridho Allah Ta’ala karena dengan ilmu kita akan mengenal Allah. Kita bekerja dari pagi sampai sore untuk mendapatkan materi dengan harapan untuk mendapat ridho Allah. Jadi intinya bahwa apapun di dunia ini yang kita kerjakan adalah hanya untuk mengenal dan untuk mendapat ridho Allah Ta’ala.

Nah kalau setiap orang paham bahwa mengerjakan segala sesuatu itu hanya untuk mencari Allah Ta’ala, hanya Untuk mengenal Allah Ta’ala, maka tidak akan ada keputusasaan di dalam pekerjaan apapun.  Apalagi hal yang menyangkut ibadah dalam keagamaan, bahkan di dalam hal-hal duniawi pun, apapun itu semuanya adalah diciptakan untuk menemukan atau untuk meraih qurub Ilahi.

Pendeknya, ketika kita mempunyai motivasi di dalam segala pekerjaan itu untuk mencari ridho Allah Ta’ala, maka tidak akan ada kekecewaan, tidak akan ada rasa putus asa. Sedangkan kekecewaan dan rasa putus asa, itulah yang akan mendorong kita terjerumus pada dosa dan mengakibatkan kejahatan-kejahatan yang akan merusak tatanan kehidupan. Itulah akibat mencari pengakuan dari manusia .

Orang-orang yang bertawakal kepada Allah Ta’ala adalah orang-orang yang  menyerahkan segala usahanya kepada Allah Ta’ala, entah apa yang akan diberikan Allah Ta’ala kepadanya dia tidak akan ambil pusing. Allah Ta’ala sudah memerintahkan agar terus berikhtiar, bekerja dengan sungguh-sunguh sampai batas maksimal kemampuan yang Allah Ta’ala anugrahkan kepada kita, lalu kita pasrahkan hasil akhirnya kepada Yang Maha Kuasa. Kemudian Allah Ta’ala yang akan memberikan hadiah dan pahalanya sebagai bentuk pengakuan dari-Nya. Mudah-mudahan Allah Ta’ala menyelamatkan kita dari motivasi yang tidak benar di dalam ibadah kepada-Nya. Mudah-mudahan kita termasuk golongan orang-orang yang beribadah dan bekerja hanya untuk mendapatkan pengakuan dari Allah Ta’ala. Aamiin.

Post a Comment

0 Comments