Bagaimana Bacaan Niat Shalat?

bacaan niat shalat

Dalam suratnya kepada seseorang yang menanyakan tentang niat dalam Shalat, Hadhrat Khalifatul Masih V (aba), pada tanggal 21 Januari 2023, menyatakan sebagai berikut: 

Niat berkaitan dengan hati, jadi tidak ada bacaan tertentu yang ditentukan untuk niat. Niat Shalat artinya seseorang harus mengetahui dengan pasti di dalam hatinya shalat apa yang dikerjakannya.

Mengucapkan atau mengulangi bacaan ini 

اِنِّیۡ وَجَّهْتُ وَجۡهِیَ لِلَّذِیۡ فَطَرَ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضَ حَنِیۡفًا وَّمَاۤ اَنَا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ (QS 6:80)

belum dapat dibuktikan oleh sumber referensi Islam manapun. Oleh karena itu, Hadhrat Khalifatul-Masih I (ra) menjelaskan: "Niatlah (niat) shalat, tetapi hanya dari hati, bukan lidah.” (Deeniyaat ka Pehla Risalah, hal. 20).

Untuk menjaga fokus dalam Shalat seseorang, Hadhrat Mushlih Maud(ra) menyatakan: 

"Metode ketujuh adalah Niyyat [pernyataan niat Shalat], karena ketika manusia mengatakan kepada jiwanya bahwa ia akan melakukan suatu tugas, maka perhatiannya akan tertuju padanya, berfokus padanya. Niyyat bukan berarti Anda mengatakan, 'shalat di belakang Imam itu, berapa banyak rakaat Shalat, menghadap Ka'bah dan sebagainya', namun seseorang harus memiliki niat dalam pikirannya sendiri bahwa dia akan melaksanakan Shalat... Niyyat sebenarnya berkaitan dengan hati, tetapi ketika mereka berdiri, ada orang tidak memiliki gambaran apa yang akan mereka lakukan. Oleh karena itu, ketika hendak shalat, ingatlah juga shalat dan bayangkan apa yang akan Anda lakukan. Ketika Anda memahami hal ini, Anda akan mulai mengembangkan rasa hormat sejak saat itu juga di dalam diri Anda, dan ketika rasa hormat muncul, maka konsentrasi juga dapat dipertahankan.” (Zikr-e-Ilahi, Anwarul Uloom Vol. 3 hal. 520, 521).

Bahkan dalam kitab fikih terbitan Jemaat telah disebutkan bahwa makna Niyyat sebenarnya adalah 'bermaksud melakukan sesuatu'. Karena niat berkaitan dengan hati, maka dalam hati seseorang harus menentukan jenis shalatnya dan berapa rakaat shalat yang akan ia kerjakan. Mengulangi kata-kata niat tidaklah perlu, bahkan dalam beberapa kasus, bahkan mengulangi kata-kata niat pun tidak dianggap bermanfaat.

Dalam literatur Jemaat, buku Fiqah Ahmadiyya, yang diterbitkan pada tahun 1923, oleh Hafiz Roshan Ali Sahib (ra) tercantum ayat Alquran, إِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِىَ لِلَّذِى فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ (6:80) ditulis secara tidak sengaja tanpa sumber referensi apapun.

Terkait bacaan وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ, Tsanaa' (pemuliaan) dan berbagai pujian lainnya setelah Takbir, dapat dilihat dari Hadits bahwa Nabi (saw) biasa membacakan berbagai sabda, beberapa di antaranya adalah doa dan yang lain adalah pujian dan pemuliaan kepada Allah. Terdapat banyak riwayat mengenai hal ini. Ada pula yang menyatakan bahwa Nabi (shallallahu 'alaihi wasallam) membacakan doa panjang yang diawali dengan  وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ (Muslim, Kitabu Shalatil-Musaafiriin wa Qasruha, Babud-Du'ai fi Shalatil-Laili wa Qiyamihi [باب الدُّعَاءِ فِي صَلاَةِ اللَّيْلِ وَقِيَامِهِ] riwayat Ali bin Abi Thalib) .

Dalam enam kitab hadits shahih (Shihah Sittah), yaitu Tirmizi, Nisai, Abu Daud, dan Ibnu Majah, ditemukan banyak riwayat yang Nabi saw biasa membaca Tsanaa’ dengan kata-kata yang disebutkan di bawah ini. Hadhrat Aishah (ra) meriwayatkan: 

 كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم إِذَا افْتَتَحَ الصَّلاَةَ قَالَ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ 

(Jami at-Tirmizi, Kitaabus-Shalati, Bab Ma Yaquulu ‘Inda-aftitahis-Shalati). Artinya, ketika Nabi (saw) memulai shalat, beliau mengucapkan: سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ

Demikian pula Abu Hurairah (ra) menyatakan bahwa antara Takbir dan Surat Fatihah, Nabi (saw) akan diam saja. Beliau bertanya kepada Nabi (saw), apa yang engkau baca selama ini? Nabi (saw) menjawab bahwa beliau membaca doa berikut:

 اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَاىَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ، اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَاىَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ 

(Sahih Bukhari, Kitabul Azan Bab Ma Yaqoolu Ba'dat-Takbir). Artinya, "Ya Allah! Jauhkanlah aku dari dosa-dosaku (kesalahan) sebagaimana jauhnya Timur dan Barat, dan sucikan aku dari dosa-dosa seperti pakaian putih dibersihkan dari kotoran setelah dicuci bersih. Ya Allah! Basuhlah dosa-dosaku dengan air, salju, dan hujan es."

Oleh karena itu, tidak ada bukti jelas bahwa membacakan ucapan atau ayat tertentu dari Al-Qur'an merupakan bagian dari Niat shalat. Oleh karena itu, hal-hal ini tidak perlu dibaca sebelum atau sesudah Takbir sebagai Niat shalat. Sebelum memulai shalat, hendaknya seseorang memutuskan dengan tegas shalat mana yang akan dipanjatkannya, karena Niyyat adalah masalah hati. Tidak ada kalimat khusus yang perlu diulang untuk ini. Selain itu, kata-kata yang kita ucapkan setelah Takbir, yakni وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ tidak dibacakan sebagai niat kita shalat, melainkan karena Nabi (saw) membacakan doa dan pujian tertentu, kita juga melakukan hal yang sama untuk mengikuti Sunnah.

Penerjemah: Mln. Dildaar Ahmad Dartono 

Sumber: Alislam.org 

Post a Comment

0 Comments