Pandangan Islam tentang Sihir dan Ilmu Ghaib

islam, ilmu ghaib, sihir, penyakit ain, guna-guna, jimat

Oyekola Nabeel-Ahmad

Baru-baru ini, Universitas Inggris, Universitas Exeter, telah memulai program pascasarjana di bidang Ilmu Sihir dan Ilmu Gaib. Menurut The Guardian, tujuan universitas tersebut adalah 'berusaha memanfaatkan meningkatnya minat terhadap mata pelajaran tersebut dengan mata kuliah yang akan mengeksplorasi sejarah dan dampak ilmu sihir di seluruh dunia terhadap masyarakat dan sains." (www.theguardian.com/education/2023/oct/04/exeter-university-masters-degree-magic-occult)

Ketua mata kuliah Profesor Emily Selove mengatakan:

"Meningkatnya minat terhadap sihir dan ilmu gaib di dalam dan di luar dunia akademis akhir-akhir ini merupakan inti dari pertanyaan paling mendesak dalam masyarakat kita. Dekolonisasi, eksplorasi epistemologi alternatif, feminisme, dan anti-rasisme merupakan inti dari program ini." (Ibid.)

Konsep ilmu ghaib, guna-guna, santet, jimat, takhayul, dan sebagainya bukanlah hal baru di masyarakat kita, jejak kepercayaan seperti ini telah mengakar di semua negara, baik Amerika hinga Eropa, Asia, Australia hingga Afrika; semua budaya pra-modern dan modern penuh dengan konsep ilmu sihir atau ilmu ghaib. 

Bagaimana Islam memandang hal ini? Apakah ada realitas sihir dan ilmu ghaib?

Pandangan Islam tentang Sihir

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam diutus kepada bangsa Arab untuk memperbaiki praktek-praktek keliru, menegakkan Tauhid Ilahi di muka bumi, dan menjauhkan mereka dari konsep-konsep sihir, takhayul dan ilmu ghaib. 

Allah Ta'ala menyatakan bahwa kepercayaan dan praktik-praktik ini tidak mendatangkan manfaat kepada manusia.

وَلَا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَى

"Tidak akan menang penyihir itu, dari mana pun ia datang." (QS Taha [20]:70)

Hazrat Mirza Tahir Ahmad pernah ditanya tentang ilmu ghaib sihir dll saat beliau mengunjungi Nigeria pada tahun 1988. Beliau menjawab:

"Al-Qur'an tidak membenarkan ilmu sihir (guna-guna), dan hakikatnya Al-Qur'an tidak mengakuinya. Faktanya Al-Qur'an pernah meyebutkan sejenis ilmu ghaib (witchcraft), atau sebut saja sihir dalam satu peristiwa, dan menjelaskan sifat sihir. Setelah memahami hal ini, kita tidak boleh salah menafsirkan hal ini karena Al-Qur'an telah menjelaskan apa itu sihir. Yang saya maksud adalah peristiwa Nabi Musa alaihis salam ketika beliau dihadapkan pada 'sihir' Fir'aun dan para ahli sihirnya. 

Mengacu pada para penyihir, Al-Qur'an menegaskan bahwa apa yang mereka lakukan itu tidak nyata - mereka tidak mengubah tali menjadi ular, mereka menerapkan sihir pada mata orang-orang yang menyaksikan, yaitu mata yang mengamati.

"Mereka menyihir mata manusia."(QS Al-A'raf [7]:117)

Tali itu dibuat seolah-oleh menjadi ular. 'Sihir' ini telah diuraikan oleh Al-Qur'an sendiri. Pada hakikatnya, hal itu semacam hipnotisme yang tidak membawa perubahan nyata pada materi yang diciptakan Tuhan." (Alislam.org - Question Answer)

Pertanda Buruk (Nasib Malang)

Mereka yang menjalankan atau percaya pada sihir memiliki pemahaman bahwa mereka dapat menyasar orang lain seolah-olah mereka memiliki kekuatan untuk memberikan kejahatan atau kebaikan kepada siapa pun yang mereka inginkan. Tetapi Al-Qur'an menolak tegas hal ini: 

وَيَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللّهِ مَا لاَ يَمْلِكُ لَهُمْ رِزْقًا مِّنَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ شَيْئًا وَلاَ يَسْتَطِيعُونَ

"Mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang sama sekali tidak kuasa memberikan rezeki sedikit pun kepada mereka, baik dari langit maupun dari bumi, dan tidak akan sanggup (berbuat apa pun)." (Surah An-Nahl [16]:74)

Demikian pula berbagai kemalangan merupakan cobaan dari Allah dan tidak boleh dilihat karena akibat ilmu ghaib, guna-guna, dll. Dalam salah satu riwayat, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memperingatkan keyakinan semacam ini: 

الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، ثَلَاثًا، وَمَا مِنَّا إِلَّا وَلَكِنَّ اللَّهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ

"Thiyarah [nasib sial] adalah syirik, thiyarah adalah syirik, thiyarah adalah syirik. Setiap orang pasti pernah (terlintas dalam hatinya tentang hal ini), akan tetapi Allah menghilangkannya dengan tawakal kepada-Nya. (Sahih Muslim, Kitabu-Salam, Hadits 2230)

Mata Jahat (Ain)

Mengenai dampak mata jahat (atau dikenal penyakit ain), hadits berikut sering dikutip: 

العَيْنُ حَقٌّ وَنَهَى عَنِ الوَشْمِ

"Al-'Ain itu benar adanya, dan beliau melarang menato." (Sahih Bukhari Kitab at-tibb, Hadits 5740)

Demikian pula Hazrat Muslih Mau'ud ra, pernah menyatakan:

"Tentu saja ada dampaknya dalam lemparan mata manusia dan hal ini ditegaskan dalam hadits. Solusinya adalah doa. Secara medis juga terbukti bahwa ada kekuatan pada mata." (Al Fazl, 13 Mei 1916, hal. 8)

Tetapi seperti apa hakikatnya, hazrat Mirza Tahir Ahmad menjelaskan:

"Beberapa orang percaya pada konsep melemparkan mata jahat (Ain). Tetapi amati konsentrasi memang bisa memiliki pengaruh. Fenomena ini dikenal dengan mesmerisme." (Pertemuan dengan Lajnah, direkam 7 November 1999, Harian Al Fazl, 1 Juli 2000, hal. 4)

Huzur melanjutkan dengan menjelaskan bahwa pada hakikatnya, penafsiran yang benar mengenai hal ini adalah fenomena tersebut adalah suatu bentuk mesmerisme, sedangkan hal-hal takhayul lainnya adalah sia-sia. Keyakinan bahwa mata jahat (penyakit ain) dapat mencegah seseorang memiliki anak adalah keliru.

Demikian pula Hazrat Mirza Masroor Ahmad (aba) menjelaskan:

"Terkena mata jahat (penyakit ain) atau doa dari orang yang terzalimi tidak ada hubungannya dengan syirik karena dalam kedua kasus ini, akibat yang muncul datangnya dari Allah, bukan dari orang yang melontarkan mata jahat atau orang yang terzalimi. Orang yang melihat dengan mata jahat hanya mengungkapkan keinginan atau hasrat terpendam dari rasa sakit orang yang terzalimi yang diterima oleh Allah dan dijadikan sebuah tindakan." (Al Hakam, Edisi 145, 25 Desember 2020, hal. 11)

Jimat dan Guna-Guna

Penggunaan jimat, guna-guna dan kepercayaan takhayul lainnya juga tidak memiliki dasar dalam Islam. Dalam menjelaskan hal ini, Hazrat Mir Muhammad Ishaq (ra) menjelaskan:

"Pada kenyatannya, jimat atau guna-guna, bukanlah sarana yang berguna dan bermanfaat; hal itu hanyalah takhayul belaka. Syariat Islam tidak melarang penggunaan sarana-sarana duniawi, sambil menegaskan bahwa kepercayaan dan keyakinan utama harus ditujukan kepada Allah Ta'ala di atas segala hal yang lain. Setelah keyakinan ditujukan kepada Allah, cara-cara duniawi dapat digunakan, tetapi tidak dapat digunakan sebagai jimat, nasib malang, atau takhayul. 

Dijelaskan dalam Al-Qur'an bahwa orang-orang kafir adalah orang-orang yang menerima nasim malang.

اِنَّا تَطَیَّرْنَا بِکُمْ

"(Mereka [orang-orang kafir] mengatakan, sesungguhnya kami bernasib malang karenamu."

Dengan cara ini, Islam melarang takhayul yang sarana-sarana duniawi yang tidak berguna. Di sisi lain, menggunakan sarana-sarana yang tepat untuk melawan penyakit tidak dilarang oleh Allah, maupun Nabi-Nya, shallallahu 'alaihi wasallam. 

Menggunakna sarana-sarana duniawi yang benar dan tepat itdak hanya diperbolehkan tetapi juga dianjurkan oleh Allah dan Nabi-Nya. Sebaliknya melarang takhayul yang keliru dan bersifat khayalan serta mencap mereka yang menggunakan takhayul tersebut sebagai kafir dan tidak beragama. (Al Hakam, Edisi 97, 24 Januari 2020, hal. 9)

Suatu ketika, ada seseorang meminta doa kepada Hazrat Masih Mau'ud as. Hazrat Masih Mau'ud menjawab, "Baiklah, aku akan mendoakanmu." Orang tersebut bingung dan bertanya, "Anda belum menjawab permintaan saya."

Hazrat Masih Mau'ud menjawab, 'Aku sudah mengatakan bahwa aku akan mendoakanmu.' Orang tersebut berkata, "Apakah kamu tidak memberikan jimat?" Hazrat Masih Mau'ud menjawab, 'Bukanlah kebiasaanku memberikan jimat, tugasku hanya berdoa kepada Allah." (Malfuzat [Bahasa Inggris], Vol. 10, hlm. 253-254)

Hal ini menunjukkan bahwa apapun yang terjadi, tanggung jawab kita hanyalah berdoa kepada Allah Ta'ala supaya kita terlindung dari segala macam kejahatan. 

Kesimpulannya, hal yang diwajibkan dalam Islam hanyalah doa dan meminta pertolongan pada Allah saja. Jimat, mantera, penglaris, ilmu ghaib, guna-guna, ramalan, geomansi merupakan bentuk-bentuk kemusyrikan. Al-Qur'an penuh dengan doa, firman Ilahi dan nama-nama dan sifat Allah yang dapat kita panjatkan untuk memohon kepada-Nya dalam segala urusan kapan saja. 

Sumber: Al Hakam

Post a Comment

0 Comments