MENGENANG TARBIYAT MUSHLIH MAU’UD RA

Oleh: Mln. Mubarak Achmad

Pertama-tama mari kita mengetahui apakah arti mushlih Mau’ud?    Mushlih artinya => Pembaharu, Reformer & Mau’ud => Yang dijanjikan. Jadi Mushlih Mau’ud = pembahru yang dijanjikan.

Latar belakang sosok Mushlih Mau’ud diawali khabar Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as, Masih Mau`ud, Imam Mahdi dan Pendiri Suci dari Jemaat Islam Ahmadiyah, telah bertafakur selama 40 hari, yang hari-hari tersebut sepenuhnya di isi semata-mata dengan beribadah dan bermunajat kehadapan Ilahi.

Setelah menyelesaikan tafakur 40 hari itu, beliau telah menerima berbagai kashaf yang mengungkapkan hal-hal yang tersembunyi. Salah satunya adalah nubuatan tentang seorang Putra yang dijanjikan. Yang diumumkan tanggal 20 Pebruari 1886.

Berkenaan dengan kelahiran seorang putra yang dijanjikan, Hadhrat Masih Mau’ud as menyatakan bahwa akan datang dengan pasti, sebagaimana Beliau as bersabda : “Jika belum tiba saat kelahiran maka yang dijanjikan itu, maka pasti akan lahir pada waktu yang lainnya. Dan walaupun hanya tinggal sehari sekalipun waktu yang tersisa dari waktu yang dijanjikannya itu, maka hari itu tidak akan dihabiskan oleh Ilahi selagi Ilahi belum menyempurnakan janji-Nya”.

Perlu dipahami bahwa berkaitan dengan wahyu-wahyu tentang kelahiran Hadhrat Mushlih Mau’ud ra, para penentang mengkritisi dan melontarkan ejekan dan cemoohan. Misalnya; seorang yang bernama Muhammad Husen batalwi berkata; ‘Jangankan anak laki-laki, anak perempuan pun tidak akan lahir dan jangankan anak manusia tikus pun tidak lahir dirumahnya . . .’

Menanggapi hujatan ini, Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda : “Para penentang dan orang-orang yang iri hendaknya ingat bahwa saya tidak ada keinginan pribadi terhadap kelahiran seorang anak dan tidak ada ambisi terkait dengan kehidupan seorang anak. Sungguh merupakan kesalahan mereka yang sangat besar . . .

“Mereka hendaknya ingat bahwa jika kami memiliki anak-anak seperti banyaknya daun-daun pepohonan yang ada di seluruh permukaan bumi lalu semua anak-anak kami itu meninggal dunia, maka kematian mereka tidak akan dapat menggoyahkan kelezatan cinta dan kebahagian kami yang hakiki terhadap Ilahi, Sang Maha pencipta.

Kecintan kami terhadap wujud yang memberi kematian telah menguasai diri kami melebihi terhadap kecintaan kami kepada apa saja yang bersifat fana, sehingga jika kekasih yang hakiki itu ridho, maka kami siap seperti Ibrahim Khalilullah yang siap menyembelih putranya (Nabi Ismail) yang dicintainya. Sebab kecuali kepada Allah Yang Esa satupun yang lainnya tidak kami cintai” {Isytihar Takmil Tabligh, 12 Januari 1889}.

Sebagai hasil dari do’a-do’a Hadhrat Masih Mau’ud as, Allah Ta’ala telah memberikan kepada Beliau as banyak kabar suka tentang putra yang dijanjikan dan bersama dengan itu, Ilahi juga memberi-tahukan kepada Beliau as kelebihan-kelebihan anak yang dijanjikan tersebut. Di antaranya, Allah Ta’ala Berfirman, Yakni ;

“Karunia Ilahi akan datang bersama dengan kedatangannya.

Dia akan memiliki kegagahan, kebesaran dan harta benda.

Dia akan datang kedunia dengan berkat jiwanya yang menyerupai Masih dan berkat ruh Allah.

Banyak orang-orang yang dibersihkan dari beberapa penyakit.

Dia adalah kalimatullah, karena Tuhan dan gairat-Nya dengan kalimat tamjiid sudah mengirimnya.

Dia akan memiliki otak yang sangat cerdas dan sangat penyantun.

Dia akan dipenuhi dengan ilmu lahir/duniawi dan batin/agama/ruhani.

Dia akan menjadikan yang tiga menjadi empat.

Putera yang menawan hati yang dikasihi tiap-tiap orang yang mempunyai berkah dan menyebabkan jalurnya jalal/keindahan Ilahi.

Nur datang diatas nur yang telah diliputi oleh Tuhan dengan Nur keridhoan-Nya. Kami akan menuangkan ruh kami ke dalamnya.

Perlindungan Tuhan akan senantiasa berada di atas dirinya.

Dia akan maju dengan pesat dan akan menyebabkan terlepasnya orang-orangyang terbelenggu dan akan masyhur sampai ke seluruh dunia. Dan bangsa-bangsa akan mendapat berkat daripadanya” {Selebaran, 20 Februari 1889}.

Lalu Siapakah Mushlih Mau’ud ra itu ? Beliau adalah Putra tertua dari Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as, yakni Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad ra. Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad ra merupakan Khalifatul Masih Ke II, Pada usia 25 tahun Beliau ra menjadi Khalifatul Masih II, dari tahun 1914-1965, Jadi Periode masa khilafat beliau ra adalah 51 tahun yang merupakan masa keemasan dari Jemaat Ahmadiyah dan bagi Islam.

Beliau ra mengumumkan diri Beliau sebagai Mushlih Mau’ud pada tanggal 28 Januari 1944 melalui Khutbah Jum’at di Qadian, India. Bunyinya antara lain ; Aku diberi ilmu oleh Allah Ta’ala berkenaan dengan khabar ghaib tentang ‘Mushlih Mau’ud’ adalah tentang diriku sendiri.

Beliau ra dilahirkan Pada Tanggal 12 Januari 1889, Tahun dari Kelahiran Beliau dengan permulaan berdirinya Jemaat Ahmadiyah adalah merupakan PERISTIWA KEMBAR yang mempunyai hikma yang dalam dalam kelahiran Beliau (Sebab dari khabar suka Tuhan bahwa beliau mempunyai pertalian yang istimewa dengan kemajuan Jemaat dan dengan perantaraan Beliaulah jemaat Ahmadiyah mencapai tingkat kemajuan dan memperoleh kemasyhuran dipelosok dunia.

Dan PERISTIWA KEMBAR ini juga mengisyaratkan kepada Hadis Nabi berkenaan dengan kedatangan Imam mahdi akan punya anak, yakni ; Yusyaabihuu abaahu walaa ya’baahuu (Dia akan mirip menyerupai ayahnya dan tidak akan bertentangan dengan ayahnya). 

Selanjunya saya akan sampaikan TARBIYAT SANG MUSHLIH MAU’UD RA. Tarbiyat Beliau ra bukan hanya diluar rumah, akan tetapi didalam rumah Beliau ra pun tarbiyat tertanam dengan baik sehingga rumah Beliau mencerminkan rumah yang Baiti Jannati. Dalam Hal Ini saya ingin menyampaikan kesaksian putra Beliau ra sendiri yang bernama Mirza Mubarak Ahmad, diantaranya adalah =>

Setiap hari ketiga atau hari keempat, kami punya kesempatan makan bersama dengan bapak kami. Lazimnya ada dua piring di meja. Itu merupakan waktu yang benar-benar sukar bagi anak-anak. Makanan beliau amat sedikit. Itu dapat diperkirakan bahwa tepat pada saat mulai makan, Sekretaris Pribadi beliau biasa mengantarkan tas surat-surat. Pada saat pertama sekali, tas itu ada di sisi beliau. Beliau akan membukanya dan membaca surat selama beliau makan. Beliau akan terus membaca surat demi surat dan membubuhkan catatan-catatan dan perintah-perintah pada tepi kertas surat. Selama membaca, kadang kala beliau juga akan makan. Ketika surat-surat selesai, beliau bangun dari meja (meninggalkan meja). Sering kali saya biasa memikirkan bagaimana beliau hidup dengan makanan yang amat sedikit. Tapi walaupun semua ini adanya, beliau mempunyai perhatian terhadap setiap anak apakah dia menggunakan tangan kanan untuk mengambil kuah kari dari piring, atau dari tempat tepat di depannya, mulut kami seharusnya tidak terbuka ketika makan atau tidak membanting dan menimbulkan bunyi-bunyian. Beliau akan memperhatikan hingga kami membasuh tangan kami sebelum memulai makan kami dan mencuci mulut kami setelah selesai.

Saya tak akan pernah melupakan satu kejadian istimewa dalam hal ini. Suatu kali saya memutuskan bahwa saya juga akan mengurangi makanan saya dan mulai makan lebih sedikit. Maka saya mulai makan hanya setengah phulka (roti bulat yang lazim di India dan Pakistan) pada waktu makan. Itu tidak lebih dari tiga minggu bahwa ketika kami ada di meja dan saya sedang memegang setengah phulka ketika bapak saya bersabda kepada saya: “Aku melihat engkau pada tiga minggu terakhir ini bahwa engkau makan hanya setengah roti/phulka, aku tidak mengizinkan engkau untuk melakukan ini di masa mendatang. Ini adalah usia pertumbuhan engkau dan anak-anak muda wajib mendapat jumlah makanan yang layak. Jika tidak, pertumbuhan engkau mungkin terhambat dan engkau akan tetap lemah. Dengan tubuh yang lemah, bagaimana engkau akan dapat melaksanakan beban tanggung jawab yang berat pada kehidupan mendatang. Ambil kari yang lebih banyak dan ambil roti yang lebih banyak dan makan tepat di hadapanku. Jangan lakukan itu lagi.”

Inilah apa yang terjadi dengan saya. Pandangan beliau yang waspada pada perkembangan anak-anak. Bahkan perhatian ini tidak terbatas hanya kepada anak-anak beliau sendiri. Bagi beliau anak-anak Jama’at adalah seperti anak-anak beliau sendiri. Di bawah ini saya berikan dua contoh semacam itu yang ada dalam pengetahuan pribadi saya.

3. Seorang anggota Jama’at juga mempunyai hubungan kecintaan yang dekat dengan dengan bapak saya datang ke Qadian dengan putra tertuanya. Sesudah shalat maghrib ketika Hudhur akan pulang, saudara-saudara [Ahmadi] hadir di masjid, membentuk satu barisan seperti biasa. Seorang pemuda juga sedang berdiri di barisan itu. Ketika bapak saya melihat pemuda itu, beliau berhenti dan bersabda kepadanya: “Aku lihat engkau sangat lemah dan aku kira bahwa bapak engkau tidak menyediakan makanan yang diperlukan bagi engkau. Katakan kepadanya untuk datang dan menjumpaiku besok di kantorku”.

Esok harinya, ketika saudara itu menjumpai beliau, dan beliau bersabda kepadanya: “Aku sangat sedih melihat anak tuan kemarin. Dia tampak amat lemah. Perhatikanlah baik-baik makanannya dan bawa dia kepadaku bulan depan untuk meyakinkan aku bahwa perhatian yang baik sedang dilakukan untuk anak itu. Dia bukan hanya anak tuan. Setiap anak Jama’at adalah anakku. Aku tidak ingin melihat anak-anak Jama’at menjadi lemah.”

4. Saya akan mengatakan tentang kehidupan sederhana di rumah kami. Dalam hal ini, saya teringat satu kejadian yang saya ingat hingga hari ini. Bapak saya memesan beberapa karpet tenunan wol kasar yang sangat murah di sebuah desa di United Province, India dan dibagi-bagikan satu lembar pada masing-masing rumah. Itu sangat murah karena harganya hanya empat puluh rupee per lembar. Hanya beberapa hari sesudah itu, seorang wanita tua yang berasal dari kampung udik Qadian. Dia berpakaian kasar, bertelanjang kaki dengan berlumur tanah kotor dan masuk untuk berjumpa bapak saya. Bapak saya sedang duduk di dalam ruangan yang mempunyai karpet yang sama. Dia datang benar-benar dengan santai tapi orang merasa bahwa dia akan melangkah di atas karpet dengan kaki berlumur tanah kotor. Tak seorang pun mengatakan sesuatu dengan keras tapi pandangan beliau yang waspada merasakan bahwa kakinya yang kotor itu tak dikehendaki. Beliau tidak dapat membiarkannya dan memanggil seorang pelayan wanita dan menyuruhnya untuk segera memindahkan karpet itu dan menyingkirkannya keluar. Beliau dengan sangat tegas bersabda, “Karpet yang menghalangi aku dari kaum miskin di Jama’atku tidak akan digelar dalam rumahku.”

Beliau selalu menasihati kami untuk memperlakukan kaum miskin dalam Jama’at dengan kasih sayang dan penghargaan dan menganggap mereka lebih baik dan lebih terhormat dari pada kami. Beliau selalu berdiri untuk menyalami orang yang datang untuk menjumpai beliau. Perlakuan yang sama beliau ajarkan kepada kami juga. Beliau dengan teliti mengawasi bahwa anak-anak beliau mengingat pelajaran itu atau tidak. Dalam masalah tarbiyat beliau tidak akan menutupi bahkan hingga rincian-rincian terkecil.

5. Perhatian beliau terhadap tarbiyat tidak terbatas hanya kepada rumah tangga beliau sendiri. Beliau berkeinginan untuk melihat seluruh Jama’at berada pada jalan nilai-nilai Islami yang tinggi dan beramal berdasarkan ajaran-ajaran Islam. Hal itu merupakan hasrat beliau yang tertinggi untuk melihat generasi mendatang dalam derajat yang tinggi dari contoh teladan Islam. Beliau telah mengungkapkan dambaan ini dalam salah satu dari syair-syair beliau yang masyhur dan saya telah pilih beberapa dari bait-baitnya dan mengutipnya di bawah ini:

Generasi muda dari Jama’atku, izinkan aku mengucapkan beberapa patah kata

Keadaan ini bukan untuk membuang pesan ini.

Buanglah kemalasan kalian, jangan mencoba bersenang-senang dan bermalas-malasan

Beban yang akan jatuh atas kalian ketika waktunya kami pergi.

Khidmat kepada agama merupakan satu berkat Ilahi

Jangan mencari imbalan untuk khidmat yang kalian lakukan.

Mata kalian boleh hilang dan api dalam dada kalian

Hakikat Islam harus kalian punya, tapi bukan dalam nama [belaka].

Jangan punya rasa besar kepala, dan pandangan kemarahan

Jangan punya hati yang dengki dan jangan punya nama buruk di bibir.

Berpikirlah untuk kebaikan kalian selamanya dan semua orang sekeliling

Jangan mencari-cari kesalahan, jangan jadi orang jahat, jauhi penggunjing.

Puasa dan shalat menjadi kebiasaan yang membahagiakan;

Jangan lupa perintah-perintah Tuhan, Tuhan kita.

Kayalah jika kalian ada, ingat orang miskin dalam sedekah

Jangan ikuti kemewahan tapi pedulikan bagi yang memerlukan.

Jadikan kebiasaan untuk ingat Tuhan, itu sama sekali tidak mungkin

Kalian mencintai orang terkasih dan tidak mengulangi sebutannya dengan hati gembira.

Senang atau susah, miskin atau kaya

Bolehlah datang, jangan hentikan tabligh Islam.

Lalu apa ! Jika kalian taklukkan dunia

Taklukkan diri, nafsu dan sifat liar.

Jika kalian menapak jalan kebenaran dan hakikat

Tak ada karang akan menghalangi jalan kalian.

Kita bekerja dengan sangat cepat

Pada masa kalian, semoga Jama’at  tidak mendapat malu.

Upaya-upaya dan pencapaian-pencapaian beliau dalam bidang ini tentu akan mendapat tempat dalam catatan riwayat hidup beliau yang sedang dihimpunkan dan para ahli sejarah, cendekiawan dan ahli filsafat di masa depan akan menulis berulang-ulang mengenai bahasan ini.

6. Bapak saya telah pergi ke Dalhousie (sebuah bukit di luar kota) dengan beberapa anggota keluarga kami untuk melewatkan hari-hari musim panas. Selama hari-hari itu, seorang muballigh akan bertolak dalam perjalanannya ke Inggris. Dia datang ke Dalhousie untuk mohon pamit berangkat dan memohon perintah dan nasihat terakhir dari beliau. Ketika pertemuan selesai, bapak saya mengantarkannya sampai ke terminal bis untuk keberangkatan. Masih ada beberapa menit sebelum bis itu pergi dan saudara-saudara [Ahmadi] berkumpul di sekeliling beliau dan muballigh itu. Di antara mereka ada juga Nazir Ta’lim. Adik lelaki beliau (Nazir Ta’lim) juga menyertainya ke Dalhousie dan hadir di antara kerumunan orang-orang. Adik lelaki itu biasa mencukur jenggotnya. Bapak saya melihatnya dan berpaling ke arah Nazir Sahib [dan] bersabda, “Apakah tarbiyat hanya untuk orang-orang lain?” Hanya inilah kata-kata yang beliau sampaikan kepadanya dan kata-kata itu membawa banyak [makna].

Ini merupakan satu kenyataan bahwa tak ada pidato dan nasihat yang membawa hasil jika keluarganya sendiri diabaikan. Dalam ajaran-ajaran Islam, berbagai cara dan sarana telah diambil untuk menyampaikan pesan. Hanya amal yang diperlukan.

7.  Sesudah menamatkan pendidikan agama saya, saya mempersiapkan untuk ujian sekolah menengah saya. Sebelum ujian, bapak saya memberikan beberapa arahan kepada saya yang saya berikan di bawah ini supaya para pelajar Jama’at boleh mengambil manfaat darinya.

– Ingatlah bahwa sebelum pergi ujian, makanlah sesuatu [makanan] di rumah walaupun kalian tidak perlu mengenyangkan diri.

– Berangkatlah paling lambat setengah atau sejam dari rumah kalian ke tempat ujian. Para pelajar yang berpikir bahwa ada banyak waktu untuk sampai di tempat, kadang-kadang terluput dari (terlambat) ujian karena musibah tak terduga di jalan.

– Bacalah lembar pertanyaan dua atau tiga kali. Jawablah soal-soal yang relatif lebih mudah dahulu dan kemudian mencoba [soal-soal] yang sukar.

– Lengkapi lembar jawaban sebelum waktunya [selesai], supaya kalian boleh memeriksa kembali untuk mengadakan perbaikan yang perlu paling kurang satu kali jika diperlukan. Dengan memeriksa kembali lembar jawaban, kalian boleh melakukan sejumlah perbaikan yang mungkin meningkatkan nilai kalian.

– Ambil perhatian untuk menulis nomor ujian pada kertas ujian. Ada pelajar-pelajar yang lupa untuk menulis nomor ujian. Bacalah juga petunjuk-petunjuk/perintah lainnya yang dituntut untuk dilakukan.

– Berdo’alah sebelum meninggalkan rumah kalian untuk ujian. Berdo’alah lagi secara khusus sebelum mulai menulis kertas jawaban.

– Jangan tidur larut malam selama hari-hari ujian supaya pikiran kalian tidak lelah pada pagi harinya.

8. Sesudah lulus ujian sekolah menengah saya, bapak mendaftarkan saya ke Government College, Lahore. Hanya beberapa hari berlalu ketika saya mendapat surat dari beliau yang saya tuliskan di bawah ini agar para pembaca boleh mengetahui betapa beliau peduli akan nilai-nilai, ajaran-ajaran Islami dan menyajikan kehidupan Islam hakiki yang ditanamkan pada anak-anak Hadhrat Mushlih Mau’ud(r.a.). Beliau menulis:

Semoga Tuhan menganugrahi engkau kekuatan untuk mengkhidmati agama dan membimbing pada kehidupan Islam hakiki. Setiap orang mencintai anak-anaknya. Tapi itu merupakan kewajiban seorang mukmin bahwa dia mencintai Jama’at Ilahi lebih dari pada anak-anak, kehidupan, kekayaan, kehormatannya dan segala sesuatu yang lain. Engkau juga akan menjadi orang yang kusayangi sebanyak engkau mencintai agama dan siap untuk mempersembahkan pengorbanan-pengorbanan bagi agama Ilahi ini.”

9. Saya sedang berbicara mengenai masa kanak-kanak dan belajar saya. Sesudah saya memperoleh kelulusan, bapak memutuskan untuk mengirim saya ke Mesir. Sebelum bertolak di perjalanan, beliau memberi saya beberapa nasihat yang amat berharga dalam sepucuk surat yang merupakan bimbingan bagi seluruh generasi muda Ahmadi. Saya masih menyimpan surat itu hingga hari ini dan di sini saya berikan cetakan fotonya agar orang-orang yang mencintai beliau juga boleh melihat tulisan tangan beliau dengan mata mereka sendiri yang beliau tulis dengan tangan beberkat beliau. (Tulisan asli dalam Bahasa Urdu dan di sini hanya ditampilkan satu lembar).

Yang terkasih Mubarak Ahmad,

 Assalamu ‘Alaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuhu.

Semoga engkau pergi dan kembali dengan selamat. Semoga Allah menganugrahkan kekuatan kepada engkau untuk melangkah di jalan yang Dia ridhai. Sebenarnya perjalanan (keberangkatan) engkau adalah untuk pendidikan Bahasa Arab dan pertanian. Tapi selama perjalanan singkat ini engkau seharusnya tidak melupakan perjalanan panjang yang setiap orang harus lalui. Para jendral, negarawan dan raja-raja membaca catatan-catatan para pendahulu mereka untuk mengambil manfaat dari mereka. Jika engkau terus mempelajari keluarga Nabi Suci Muhammad(s.a.w.), engkau akan kebal dari berbagai ketergelinciran. Manusia diberikan ganjaran menurut pengorbanan-pengorbanannya (amalnya). Nabi Suci(s.a.w.) bersabda kepada para sahabat beliau, “Wahai para sahabatku, orang-orang dunia akan datang (pada hari kiamat) dengan amal-amal yang mereka perbuat di dunia ini dan jangan berpikir bahwa kalian akan membawa bersama kalian, harta benda kalian yang kalian dapatkan di dunia ini. Ini tidak akan terjadi. Kalian akan mempersembahkan amal-amal kalian kepada Allah Ta’ala yang kalian perbuat di sini di dunia ini.” Harga diri dan kehormatan dari anak-anak keturunan Nabi Suci(s.a.w.) bukanlah karena mereka adalah putra-putri beliau melainkan karena kenyataan tanggung jawab dan pengorbanan-pengorbanan mereka.

10. Engkau adalah orang dewasa. Itu akan menjadi sesuatu yang berlebihan jika aku mengatakan kepadamu untuk menepati waktu shalatmu. Dia yang tidak menghiraukan Tuhan, tidak [akan] menghiraukan manusia. Jika engkau sudah tepat waktu, nasihatku akan membawa nilai tsawab (ganjaran) tambahan. Tapi jika engkau tidak [tepat waktu], maka nasihatku merupakan jeritan di padang gurun. Lagi pula aku tidak dapat berhenti dari mengatakan bahwa shalat adalah tiang agama. Dia yang secara sengaja meninggalkan bahkan [hanya] satu shalat adalah melalaikan (merugikan) agamanya. Arti hakiki dari shalat adalah melaksanakannya secara berjamaah dengan wudhu yang dilakukan dengan baik. Itu seharusnya dilakukan dengan perlahan-lahan dan dengan memahami makna-maknanya. Orang hendaknya menaruh perhatian sepenuhnya terhadap shalatnya. Itu hendaknya dia seakan-akan sedang melihat Tuhan atau paling tidak [dia yakin bahwa] Tuhan sedang melihat dia. Bahkan jika ada dua orang Muslim, merupakan kewajiban mereka untuk melaksanakan shalat secara berjamaah dan mengatur untuk melaksanakan shalat Jum’at juga. Untuk mengingat Allah sesudah shalat merupakan bagian dari itu. Dia yang meninggalkannya, tidak akan memegangnya dengan kuat. Hatinya tidak akan berada dalam shalat. Nabi Suci (s.a.w.) bersabda bahwa sesudah shalat, orang hendaklah membaca tiga puluh tiga kali Surah Al-Fatihah dan Subhanalloh dan tiga puluh empat kali Allohu Akbar. Ini semua menjadi (jumlahnya) seratus kali. Jika kadang-kadang engkau melihat para sesepuh pergi keluar sesudah shalat tanpa ber-dzikir dengan bacaan-bacaan itu, ini tidak berarti bahwa mereka tidak melakukannya, mereka pergi karena ada keperluan tapi mereka dzikir secara diam-diam.

Tahajjud bukanlah shalat yang tak penting. Itu adalah shalat yang amat bermakna. Ketika aku berada dalam kesehatan yang baik, dan usia bertahun-tahun lebih muda dari pada engkau sekarang, aku biasa melaksanakan tahajjud berjam-jam. Shalat itu bahkan selama tiga atau empat jam. Aku juga mengalami sesuai dengan sunnah Rasulullah(s.a.w.) bahwa kakiku bengkak karena berdiri sangat lama.

11. Allah tak punya hubungan darah dengan seseorang. Dia adalah lam yalid wa lam yûlad (Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan). Hubungan-Nya adalah dengan setiap orang sesuai dengan harapan hamba-Nya terhadap Dia. Allah menunjukkan tanda-tanda dan keagungan-Nya kepada dia, yang mencintai-Nya. Tak ada benteng atau pasukan duniawi yang dapat menyediakan keamanan yang perlindungan Allah dapat [berikan]. Tak ada perlengkapan yang tersedia setiap waktu. Tapi perlindungan Allah dapat dihubungi (dimohonkan) setiap waktu. Orang hendaknya mempunyai keinginan untuk itu. Dia yang mendapatkan hal itu, mendapatkan segalanya. Dia yang tidak mendapatkan, tak mendapatkan apa pun.

12. Berceloteh dan banyak cakap (banyak bicara) membuat hati tercemar. Nabi Suci Muhammad(s.a.w.) ketika duduk di dalam kumpulan orang-orang, selalu mengucapkan istighfar tujuh puluh kali. Alasannya (pengucapan istighfar beliau) adalah bahwa pembicaraan yang kurang berguna juga dilakukan di dalam kumpulan orang-orang itu. Amalan beliau ini adalah untuk petunjuk umat dan bukan untuk beliau sendiri. Jika beliau yang menghabiskan banyak [waktu] dalam kumpulan orang-orang yang sering terdiri atas dzikir Ilahi (mengingat Tuhan), macam mana keadaan kumpulan orang-orang di mana banyak percakapan sia-sia terus diucapkan.

Semua ini adalah masalah kebiasaan. Aku melihat anak-anak kita, ketika duduk bersama, terlibat dalam pembicaraan yang kurang bermanfaat. Tapi kita di masa sekarang ini sering kali biasa membicarakan tentang Jama’at. Itulah sebabnya, kita mengetahui setiap hal bahkan tanpa belajar. Kumpulan bagi seseorang adalah sedemikian hingga ketika dia meninggalkan [kelompok itu], ilmunya seharusnya lebih banyak dari pada sebelumnya, bukan dia kehilangan apa yang dia sudah punyai.

13. Untuk menyampaikan pesan Hadhrat Masih Mau’ud(a.s.) atau tabligh Islam bukan merupakan pekerjaan orang-orang lain saja. Itu merupakan tugas kita juga. Bahkan lebih dari pada orang-orang lain. Jangan lalaikan hal itu selama perjalanan ini dan ketika engkau berhenti berjalan. Nabi Suci(s.a.w.) bersabda, bahwa jika melalui engkau, orang terbimbing ke jalan yang benar, itu jauh lebih baik bagi engkau dari pada engkau mendapatkan sebuah lembah yang penuh kekayaan.

14. Kejujuran (kebenaran) adalah satu kesalehan (kebaikan) yang mendasar. Dia yang berbicara benar, mendapatkan segala sesuatu. Dia yang tidak, kehilangan segala kebaikan. Harga diri seseorang di kalangan sahabat-sahabatnya adalah sama dengan kebiasaannya berbicara benar. Jika tidak, orang-orang yang memujinya di hadapannya, mencela di belakangnya. Ketika dia berbicara, mereka membenarkan dengan mulut mereka, tapi hati mereka menolak. Betapa menyedihkan bahwa musuh-musuhnya menolak apa yang dia katakan, tapi kawan-kawannya juga tidak bersedia untuk memercayainya. Siapa yang lebih menyedihkan dari pada orang yang malang ini.

Tapi sebaliknya, kawan-kawan memercayai orang yang jujur dan musuh-musuhnya boleh mencelanya di hadapannya, tapi hati mereka membenarkannya.

15. Kemuliaan orang tergantung pada dirinya sendiri. Allah berfirman: Janganlah engkau tujukan pandangan matamu kepada apa yang Kami telah karuniakan kepada sebagian golongan dari mereka untuk dinikmati dalam waktu sementara, dan janganlah berduka-cita atas mereka; dan rendahkanlah sayap engkau bagi orang-orang beriman. (Surah Al-Hijr:89)

Jangan memandang kepada harta kekayaan orang lain. Jangan pernah iri hati kepada siapa pun. Dia yang melihat terhadap orang yang di atasnya, tidak berhenti pada satu tempat. Pastilah, dia akan mendapatkan neraka di akhirat, tapi di dunia ini juga dia hidup dalam api. Aku maksudkan bahwa dia terbakar dalam api kedengkian. Jika tidak, dia masuk dalam daerah peminta-minta. Betapa memalukannya, bahwa ketika dia dengan kemauan sendiri, rasa dengki telah memakan dirinya dan ketika dia berada di kumpulan orang-orang, menghinakan dirinya dengan meminta-minta.

Dia seharusnya melihat kepada orang-orang yang berada di bawah standarnya dan betapa mereka hidup dengan lebih sedikit daripada yang dia punyai. Dia seharusnya bersyukur kepada Tuhan pada apa yang Dia telah berikan kepadanya dan tidak serakah pada apa yang tidak diberikan kepadanya. Dengan bersyukur, kekayaannya tidak akan berkurang, bahkan hatinya akan memperoleh kedamaian dan ketenangan. Dengan keserakahan, orang tidak memperoleh kekayaan orang lain. Itu memicu api kedengkian dalam hatinya yang merupakan satu hukuman yang keras.

Jika seorang anak berusaha untuk berjalan seperti orang dewasa, dia jatuh dan mendapat cedera; sama halnya, dia yang meniru orang-orang yang lebih berharta dari padanya, jatuh dan mendapat cedera. Pujian dari beberapa kawan yang palsu untuk beberapa hari membawa kekecewaan seumur hidup. Orang hendaklah mengembangkan kebiasaan untuk berbelanja lebih sedikit dari penghasilannya, sebab membantu dan peduli kepada orang-orang lain juga merupakan kewajibannya. Dia tak punya hak membelanjakan uang itu. Lagi pula, siapa yang dapat memperkirakan apa yang ada dalam simpanan untuknya pada hari mendatang.

16. Kerja keras merupakan mutu yang begitu luar biasa yang tanpa ini, keindahan batin seseorang tidak terungkap. Betapa sialnya dia yang datang (lahir) ke dunia ini dan ketika dia pergi, khazanahnya tetap terkubur.

17. Dia yang mengadakan perjalanan ke luar negeri, membawa besertanya kehormatan negeri dan keyakinannya sebagai amanah. Jika dia bersikap baik, tidak hanya harga dirinya sendiri yang hancur tapi juga harga diri negeri dan agamanya. Orang-orang melupakannya, mereka tetap mengatakan, “Kami telah melihat orang-orang India, mereka itu jahat dan kami telah melihat orang-orang Ahmadi dan mereka amat buruk.”

18. Seorang musafir harus sangat menjaga (berhati-hati) terhadap pertengkaran-pertengkaran. Apa yang lebih buruk dari pada hal ini bahwa orang lain kembali ke rumah sesudah bertengkar, tapi kawan yang miskin ini menunggu keputusan dengan berdiam di hotel (penginapan). Para musafir, bahkan jika dia menang, [dia itu] kalah dan jika dia kalah, maka bahkan dia telah [lebih] kalah [lagi]. Pertengkaran adalah keburukan untuk setiap waktu tapi selama perjalanan, itu bukan hanya keburukan tapi juga merupakan kebodohan.

19. Para Ahmadi dari negeri-negeri lain lama berkunjung ke Qadian agar mereka boleh mendapatkan manfaat dari takwa dan contoh teladan yang unggul dari orang-orang soleh di kota ini. Mereka mempunyai harapan-harapan yang tinggi dengan keluarga Hadhrat Masih Mau’ud(a.s.). Mereka ingin meninggalkan rumah-rumah mereka untuk mencari agama dan untuk datang kepada kita. Hal itu akan menjadi tragedi bahwa kita menghancurkan kepercayaan mereka dengan pergi kepada mereka dan membuktikan harapan-harapan mereka tentang kita adalah khayalan belaka. Contoh teladan kita hendaknya sedemikian hingga mereka menjumpai kita lebih dari pada harapan-harapan mereka dan bahwa harapan-harapan mereka tidak dihancurkan.

20. Ada beberapa orang lemah di setiap masyarakat. Mereka menggunjing tentang orang-orang lain. Seorang mukmin wajib menjaga (berhati-hati) dari mendengarkan gunjingan. Melakukan hal itu hendaknya dihindari secara mutlak. Dia yang mempercayai kelemahan (keburukan) seseorang tanpa bukti, Allah akan mendorong terhadapnya orang-orang yang bahkan menjadikan (memandang) kebaikan-kebaikannya sebagai keburukan.

Ini juga penting bahwa kalian jangan menunjukkan ketidak-sukaan terhadap penggunjing. Orang itu  seharusnya dinasihati dengan cinta dan kasih sayang bahwa jika anggapannya itu salah, dia hendaknya berhati-hati terhadap buruk sangka. Jika anggapannya itu benar, dia hendaknya berdo’a bagi sahabatnya itu agar do’a itu bermanfaat baginya juga bagi kalian. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kalian juga.

21. Engkau akan menjumpai para Ahmadi dari Mesir dan Palestina. Di kawasan-kawasan ini, Ahmadiyah masih benar-benar lemah. Upayakanlah bahwa ketika engkau kembali dari negeri-negeri ini, para Ahmadi seharusnya menjadi lebih besar dalam jumlah dan tersusun dengan lebih baik. Mereka akan mengingat engkau dengan niat baik dan do’a-do’a. Mereka akan mengatakan, “Kami dulunya lemah dan sedikit dalam jumlah. Orang-orang itu datang dan kami menjadi teratur (terorganisir) dengan baik dan lebih besar dalam jumlah. Semoga Allah memberkati mereka dan memberikan ganjaran bagi mereka.” Do’a yang ikhlas dari orang mukmin adalah lebih berharga dari pada seribu khazanah.

22. Engkau wajib memberikan perhatian khusus untuk melaksanakan shalat Jum’at dan shalat-shalat wajib sehari-hari (jika memungkinkan) secara berjamaah. Engkau hendaklah berupaya juga untuk lebih banyak shalat berjamaah. Jama’at hendaknya dinasihati mengenai shalat Jum’at, pertemuan mingguan dan shalat berjamaah sehari-hari.

23. Rasulullahsaw biasa membaca do’a pada setiap berkumpul sebagai berikut: Ya Tuhan kami yang tujuh langit dalam kekuasaan Engkau, dan Ya Tuhan penguasa tujuh bumi dan apa-apa yang mereka pegang, dan Ya Tuhan penguasa setan dan mereka yang sesat, dan Ya Tuhan yang menguasai angin dan apa-apa yang disebarkannya, kami memohon kebaikan kota ini dan para penghuninya dan apa-apa yang ada di dalamnya. Kami memohon perlindungan Engkau dari kebururukan kota ini dan para penghuninya dan keburukan apa-apa yang ada di dalamnya. Ya Tuhan kami, berkatilah mereka semua bagi kami. Ya Tuhan kami! Anugrahkanlah buah-buahnya kepada kami dan anugrahkanlah kecintaan kami kepada para penghuninya dan anugrahkanlah kepada kami kecintaan dari orang-orang (penduduk)nya yang soleh.

Ini merupakan satu do’a yang bermakna dan meliputi.  Ketika engkau naik kereta api, memasuki sebuah kota atau naik dan turun dari kapal, bacalah do’a ini dengan ikhlas. Dengan karunia Tuhan, itu akan menyelamatkan dari banyak keburukan (kejahatan).

24. Di Mesir, kedua bahasa, Inggris dan Prancis digunakan. Tapi engkau sedang pergi ke sana untuk belajar Bahasa Arab. Sepenuhnya bertekat bahwa engkau tak akan berbicara bahasa lain kecuali Bahasa Arab bahkan jika engkau menghadapi sejumlah kesulitan-kesulitan. Jika tidak perjalanan ini akan sia-sia. Tentu saja engkau tidak perlu belajar bahasa pasaran dari orang-orang awam.

25. Belajar tentang pertanian atau untuk suatu tujuan khusus lainnya, jika engkau harus berbicara kepada orang-orang dusun setempat, engkau boleh menyewa beberapa penerjemah. Engkau telah belajar Bahasa Arab dan dengan sedikit usaha, ilmu engkau akan dihidupkan kembali.

26. Bawalah bersamamu catatan-catatan dari Kitab Suci Al-Qur’an, yang engkau tuliskan selama daras-daras dan tafsir-ku yang sekarang diterbitkan. Bahan-bahan itu akan memudahkan engkau dengan baik. Ilmu ini tak di temukan di tempat lain di dunia ini. Ulama besar akan mengakui keunggulannya dan akan menguraikan ilmu pengetahuan melalui Ahmadiyah.

27. Simpanlah bersamamu Al-Munjid (kamus Bahasa Arab), Kitab Sharaf dan Kitab Nahu (buku-buku tata bahasa Arab). Tetaplah pelajari kitab-kitab itu ketika engkau sedang dalam pelayaran di kapal, sebab dengan tidak tetap berhubungan dengan bahasa, membuat ilmunya hilang.

28, Merupakan perintah syariat di mana lebih dari seorang mukmin tinggal, mereka hendaknya mengangkat seorang amir dari antara mereka agar di sana tak ada kekosongan pimpinan.

Semoga Allah menolong engkau dan beserta engkau di mana saja engkau berada.

Wassalam, Mirza Mahmud Ahmad Ahmadiyya Gazette, Canada, April 1994, hal. 20-22

Bagi anggota Jemaat sendiri, Beliau setiap saat menjadi personifikasi seorang ayah yang amat mencintai, kepada siapa mereka bisa memohon nasihat, bimbingan dan petunjuk. Bagi mereka yang bijak, Beliau menjadi penasihat dan sahabat yang arif. Kepada para lawan sekalipun Beliau bersifat sabar dan bersimpati atas kekurangan-mengerti mereka, sedangkan bagi mereka yang sedang terkena musibah, Beliau menjadi sumber penghibur dan membantu tanpa pilih bulu.

Adapun kita sebagai orang Ahmadi berhutang banyak kepada Hadhrat Mushlih Mau`ud sehingga bagaimana adanya kita sekarang ini. Banyak sekali hasil karya beliau yang masih ada pada kita sekarang ini. Beliau sendiri menyatakan saat Jalsah Salanah tahun 1961 : ‘Aku nyatakan dengan ini bahwa namaku dengan berkat dan karunia Allah akan selalu terpelihara di dunia ini selama-lamanya. Meski aku akan mati suatu ketika, tetapi namaku tidak akan terhapus dari sejarah. Demikian adalah takdir Ilahi.’  

Selanjutnya beliau menyatakan : ‘Jika tidak hari ini, maka setelah empat puluh atau lima puluh atau bahkan seratus tahun, sejarah akan membuktikan apakah perkataanku ini salah atau benar. Pasti aku sudah tidak ada waktu itu, namun satu hal yang pasti ialah setiap kali sejarah Islam dan Ahmadiyah ditulis orang maka setiap ahli sejarah Muslim pasti akan menyebut namaku dalam sejarah. Sejarah tidak akan lengkap tanpa menyebut apa  yang telah aku capai selama ini.’

Inilah sosok Hadhrat Mirza basyiruddin Mahmud Ahmad yang merupakan Mushlih Mau`ud, peran yang ditetapkan oleh kebijakan Ilahi telah Beliau laksanakan dengan amat berhasil. Semoga Ilahi menyatukan Beliau dengan ayahandanya, Hadhrat Masih Mau`ud as dan juga dengan Rasulullah saw yang dikasihi dengan sepenuh hati.

Yang patut diingat juga adalah betapa perlunya kita meniru Beliau. Meski sebagai Muslim Ahmadi kita berbangga dengan segala keberhasilan Beliau, tetapi jangan hal itu menjadikan kita sombong karenanya. Sebaliknya kita sepatutnya menapak jejak langkah Beliau sehingga tidak saja kita mendapat manfaat dari ajaran, tetapi juga dari teladan Beliau.

Tepat kiranya kita tutup dengan sebuah nasihat mengenal dari salah seorang putra Mushlih Mau`ud sendiri yang juga telah menjadi pengkhidmat Islam yang terkemuka. Pada acara peringatan seabad nubuatan agung tersebut, Khalifatul Masih IV rha menyatakan, ; ‘Karena itu mari kita memasuki abad yang baru dengan tekad bahwa kita akan menanggapi himbauan Mushlih Mau`ud ra yang setiap saat dari kehidupannya menjadi pemenuhan dari nubuatan tersebut. Jika kalian menanggapi himbauan tersebut, maka kalian akan menghidupkan masa Hazrat Mushlih Mau`ud ra. Bila kalian menghidupkan masa dari Hazrat mushlih Mau`ud ra maka kalian akan menghidupkan pula masa Hazrat masih Mau`ud as yang adalah pencinta akbar dariwujud Rasulullah saw. Dan bila kalian menghidupkan masa dari hazarat Masih Mau`ud as, maka sejalan dengan Al-Qur`an sesungguhnya kalian menghidupkan masa Hazrat Rasulullah saw” {Kutipan dari Ahmadiyya Bulettin UK, Centenary Edition 1989}.

Semoga Allah memberi kita kemampuan menghargai upaya beliau dan melanjutkannya, dan semoga Dia memberikan ganjaran tertinggi kepada beliau. Kami akhiri dengan salah satu dari koplet beliau: ‘Akan tiba saatnya ketika semua manusia akan melantunkan secara bersama: “Semoga rahmat Allah turun atas pengkhidmat Islam yang akbar ini yang telah mengurbankan seluruh hidupnya untuk itu.  Aamiin.”

Post a Comment

0 Comments