UMAT ISLAM DAN PEMERINTAH DUNIA DI ERA MILLENIUM DIUJI OLEH MUSIBAH PENYAKIT COVID-19



Oleh: Mln. Rohim

Dengan kemajuannya era digital/era milenium kita ini, taraf keilmuan sudah mencapai puncaknya, baik kalangan awam sampai cendekiawan, serta imuwan sampai ahli-ahli dalam segala bidangnya, sudah banyak merasa sombong dan bangga atas banyak-banyak penemuan, merasa seolah-olah Tuhan yang Hakiki mulai banyak ditinggalkan.

Mulai dari skala terkecil sampai sekala besar mengandalkan pemikiran dan akal sendiri belaka, dengan ujian datangnya virus-virus merajalela di zaman era modern hampir di setiap era/jaman dapat terselesaikan oleh lokal-lokal atau wilayah-wilayah atau Negara-negara yang kompeten menanganinya.

Wabah penyakit sebelumnya sudah pernah terjadi di zaman Rasulullah. Wabah yang terjadi pada zaman Rasulullah adalah penyakit kusta, tak hanya menular namun juga menyebabkan kematian. Proses penyebarannya pun sangat cepat kala itu.

Rasulullah pernah mengajarkan cara menghadapi wabah penyakit dalam hadis yang diriwayatkan Abdurrahman bin Auf, “Apabila kamu mendengar wabah berjangkit di suatu negeri, maka janganlah kamu datangi negeri itu. Dan, apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, janganlah kamu keluar dari negeri itu karena hendak melarikan diri darinya” (HR. Muslim)

Menghadapi situasi tersebut, Rasulullah SAW meminta umatnya untuk sabar sambil berharap pertolongan dari Allah SWT. Seperti diceritakan Aisyah, mereka yang bersabar dijanjikan syahid. “Kematian karena wabah adalah surga bagi tiap muslim (yang meninggal karenanya)”. (HR Bukhari)

Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam kitabnya yang berjudul Ath-Thibb an-Nabawi, secara bahasa, thaun adalah sejenis wabah penyakit, demikian disebutkan dalam ash-Shihah. Sementara itu, di kalangan medis, thaun adalah pembengkakan parah yang mematikan, menimbulkan rasa haus dan dahaga yang amat parah dan rasa sakit yang luar biasa. Tubuhnya menjadi hitam, hijau, atau abu-abu. Selanjutnya, nanah akan muncul. Biasanya, thaun menyerang tiga lokasi di tubuh, yaitu ketiak, bagian belakang telinga, dan ujung hidung. Di samping itu, thaun terdapat di bagian daging tubuh yang lunak.

Ibnu Hajar Al-Asqalani menulis karya seputar wabah thaun dari segi teologi, hadits, dan historis yang pernah terjadi di dunia Islam. Al-Asqalani juga menyinggung beberapa peristiwa wabah dengan beragam durasinya bertahan di masyarakat. (Al-Asqalani, Badzlul Ma‘un fi Fadhlit Tha‘un, [Riyadh, Darul Ashimah: tanpa tahun])

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا 
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka." (QS. At-Tahrim: 6)

Sedikit pun tidak diragukan bahwa sampai sekarang upaya setinggi-tingginya dan semaksimal-rnaksimalnya, yang dapat dilakukan oleh pemerintah di alam serba kebendaan ini, ialah upaya kebendaan itulah, yakni, melancarkan gerakan suntikan. Wajiblah bagi semua warganegara untuk memperhalikan sarana itu dan membantu lepaskan beban pemenntah yang berrnaksud hendak menyelamatkan jiwa rakyat!

"Oleh sebab itu, bagi diriku dan bagi semua orang yang tinggal di dalam dinding rumahku tidak perlu suntikan. Sebab, sebagaimana tadi telah kuterangkan, Tuhan Yang memiliki langit dan bumi semenjak dahulu telah menurunkan wahyu kepadaku bahwa Dia akan menyelamatkan dari kematian karena wabah ta'un seliap orang yang tinggal di dalam dinding rumahku, tapi dengan syarat bahwa mereka melepaskan semua kehendak untuk melawan, lalu masuk ke dalam lingkungan orang-orang yang bai'at dengan penuh keikhlasan, ketaatan, dan', merendahkan diri. 

Lagi, dengan syarat bahwa mereka dengan cara apapun tidak bertakabur, melawan, sombong, lalai, congkak, dan tinggi hali di hadapan perintah-perinlah Ilahi dan utusan-Nya, dan akan  berlingkah-laku sesuai dengan ajaran-Nya. Tuhan berfirman pula kepadaku bahwa pada umumnya wabah ta'un yang menghancur-Iuluhkan itu - dan karenanya orang-orang akan mati terkapar bagai anjing, dan karena derita kesedihan dan kebingungan orang-orang menjadi gila-tidak akan melanda Qadian. Lagi, pada umumnya, semua orang dalam Jemaatku, betapapun banyak bilangannya, dibandingkan dengan orang-orang yang menentangku, akan terpelihara dari wabah ta'un.  (Buku Bahtera nuh atau Kistiy nuh halaman 1-2 )

Cerita Ibnu Katsir, kutip Al-Asqalani, menyebut suatu masa wabah bertahan sejak Rabiul Awal hingga akhir tahun di Damaskus. Selama 9 bulan wabah memakan korban hingga pernah mencapai 1000 jiwa per hari dari warga yang terhitung di dalam gerbang Kota Damaskus. (Al-Asqalani: 329).

Wabah penyakit juga pernah terjadi selama tiga hari. Hal ini terjadi di zaman Nabi Daud AS. (Al-Asqalani: 82). Allah memberikan tiga pilihan azab kepada Nabi Daud AS atas kedurhakaan umatnya, yaitu kemarau panjang selama dua tahun, penindasan musuh selama dua bulan, atau wabah penyakit selama tiga hari. Pilihan itu disampaikan oleh Nabi Daud kepada umatnya.

“Kau adalah nabi kami. Pilihkan saja untuk kami,” kata umatnya.

Nabi Daud AS kemudian berpikir. Paceklik selama dua tahun jelas bala bencana. Mereka tidak akan tahan kelaparan. Di bawah penindasan musuh, mereka jelas tidak akan tersisa. Nabi Daud AS lalu memilih wabah penyakit selama tiga hari sebagai azab umatnya.

Di hari pertama, wabah thaun menyerang. Sejak pagi hingga gelincir matahari atau sekira waktu masuk Shalat Dzuhur, wabah telah menelan korban sebanyak konon sebanyak 70.000 (bahkan ada yang mengatakan 100.000 jiwa). Nabi Daud AS tidak tahan. Ia berdoa kepada Allah. Wabah pun diangkat dari umatnya.

“Allah telah menurunkan rahmat-Nya untuk kalian. Hendaklah kalian bersyukur atas bala yang diturunkan kepada kalian,” demikian pidato Nabi Daud AS.

Allah memerintahkan mereka untuk membangun masjid yang penyempurnaannya dilakukan di zaman Nabi Sulaiman AS. (Al-Asqalani: 82).

Wabah penyakit pernah terjadi di luar negeri Syam dan Mesir. Wabah itu menyerang masyarakat dalam durasi cukup lama, sekira satu tahun tiga bulan. Wabah mulai menjangkiti masyarakat pada Dzulqa‘dah 48 Hijriyah. Wabah kemudian mereda pada Shafar 50 Hijriyah. (Al-Asqalani: 224).

Al-Asqalani dalam karyanya yang lain, Inba‘ul Ghamar bi Abna’il Umur fit Tarikh, menyebut wabah di Damaskus pada 774 Hijriyah bertahan enam bulan. Jumlah korban pernah dalam satu harinya mencapai 200 jiwa. Bertepatan pada Rabiul Awalnya, sungai-sungai di Damaskus meluap yang memorak-porandakan tempat penggilingan tepung dan kolam pemandian umum. (Al-Asqalani, Inba‘ul Ghamar bi Abna’il Umur fit Tarikh, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 1986 M/1406 H], juz I, halaman 37).

Pada tahun 782, wabah menewaskan banyak orang di negeri Syam. Sebanyak 10-20 orang dimakamkan pada satu liang kubur tanpa dimandikan dan dishalatkan. Konon wabah ini bertahan di tengah masyarakat selama kurang lebih tiga tahun. Tetapi situasi pada tahun pertama adalah yang paling sulit. (Al-Asqalani, 1986 M/1406 H: I/155).

Wabah penyakit juga pernah menjangkiti masyarakat Baridah dan Sa’al. Wabah yang mulai menyerang pada bulan Shafar hingga pertengah tahun 802 Hijriyah ini menewaskan banyak orang. (Al-Asqalani, 1986 M/1406 H: IV/115).

Al-Maqrizi menceritakan wabah thaun yang terjadi di Mesir. Menurutnya, kehebatan wabah ini belum pernah terjadi sebelum pada era umat Islam. Wabah mulai turun menyerang pada akhir musim tanam. Wabah itu terjadi tepatnya pada musim rontok pada pertengahan tahun 48 Hijriyah.

Memasuki tahun 49 Hijriyah, wabah terus menyebar hingga seluruh pelosok desa-desa di Mesir. Wabah itu memuncak di negeri Mesir pada bulan Sya’ban, Ramadhan, dan Syawal. Wabah mereda pada pertengahan bulan Dzulqa‘dah 49 Hijriyah. Wabah penyakit ini menewaskan ribuan warga di sana. (Al-Maqrizi, As-Suluk li Marifati Duwalil Muluk, juz II, halaman 152). 

Di era globalisasi ini banyak sekali berbagai penyakit yang bermunculan. Kejadian baru-baru ini  virus covid-19 terjadi 17 November 2019 di Wuhan, China yang banyak menewaskan korban manusia di dunia, khususnya di Indonesia. Adapun, dampak yang sangat terasa adalah di daerah Ibu Kota Jakarta sampai ke daerah-daerah. 

Kepala Negara memutuskan untuk berperang dengan virus terbsebut dengan mengeluarkan pernyataan buat masyarakat Indonesia dengan melakukan bertahap lockdown, pernyataan ini menimbulkan pro kontra. Jemaat Ahmadiyah, dalam hal ini, mengikuti arahan-arahan dari pemerintah alias tidak akan kotra terhadap pemerintah. Sebab, Khalifah Islam Ahmadiyah telah menghimbau kepada seluruh anggotanya di mana saja berada untuk mengikuti arahan  pemerintah setempat dalam pelaksanaan pencegahannya.

Banyak berjatuhan korban di seluruh dunia khususnya di Indonesia mencai data korban 5.663, banyak korban dari orang-orang penyakit corona, dari keagaaman khususnya agama Islam melakukan isolasi diri di rumah masing, memeberhentikan terlebih dahulu untuk ibadah berkelumuran banyak. Memang kalau belum memiliki pimpinan sangat berat  dalam melakukan keitaatan seperti ini banyak sekali pelanggaran namun dikalangan Islam Ahmadiyah hal ini sangat tidak berat untuk melakukan. Semoga dengan melakukan ibadah atau kegiatan di rumah dapat dan mampu mengawasi kemajuan keimanan pribadi istri dana nak-anak kita yang sesuai dengan firman Allah SWT.

Hal itu juga terdapat dalam Surat Al-Baqarah ayat 243 yang artinya, apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang ke luar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati; maka Allah berfirman kepada mereka: "Matilah kamu". Kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur."

Selain itu, dari Tafsir Ad-Durr Al-Mantsur, "Ibnu Abbas berkata: "Mereka berjumlah 4000 orang. Mereka keluar karena lari dari thaun (wabah penyakit menular). Mereka berkata: 'Kami akan mendatangi sebuah negeri yang tidak ada kematian.' Setelah mereka sampai di sebuah perkampungan Allah mematikan mereka semua. Lalu datang seorang Nabi berdoa agar Allah menghidupkan kembali agar menyembah Allah, lalu Allah menghidupkan mereka" (Tafsir Ad-Durr Al-Mantsur).

Begitu juga di jaman Hz Mirza Ghulam Ahmad as/Masih mau’ud as dan Imam Mahdi as pernah terjadi membantu kebenaran pendakwaan beliau kebenaran sebagai imam Mahdi as. wahyu Allah SWT kepada beliau adalah:

"Sekali-kali tidak akan menimpa musibah kepada kami selain apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dia Pelindung kami dan hanya kepada Allah-lah hendaknya orang-orang mukmin bertawakal."  Patutlah bersyukur bahwa karena kasihan kepada rakyatnya dalam rangka usaha membasmi wabah pes (ta'un), pemerintah kerajaan Inggris telah merencanakan suntikan untuk kedua kalinya. 

Dan, demi kesejahteraan, pemerintah telah memikul sejumlah biaya yang meliputi  beratus-ratus ribu rupees. Sesungguhnya, tiap warga negara yang bijaksana berkewajiban untuk menyambut gerakan itu dengan rasa terima kasih. Dan, mereka yang berprasangka terhadap gerakan suntikan itu sungguh amat bodoh dan sebenarnya memusuhi dirinya sendiri. 

Sebab, telah berkali-kali terbukti di dalam pengalaman bahwa pemerintah sangat bcrhati-hati (dalam tindakannyaitu)"': tidak mau merencanakan  suatu cara pengobatan yang berbahaya; bahkan pemerintah selamanya memperkenalkan suatu usaha yang terbukti benar-benar berfaedah. Adalah suatu  sikap yang  jauh dari kewajaran dan  perikemanusiaan jika orang mengadakan penilaian terhadap tindakan pemerintah, yang dengan tulus ikhlas telah mengeluarkan beratus ratus ribu rupees untuk tujuan itu, sebagai tindakan yang mempunyai latar-belakang tujuan tertentu untuk kepentingan sendiri. Alangkah malang nasib mereka yang mempunyai sangka buruk sejauh itu.

Akan tetapi, dengan segala hormat, kami ingin mengatakan kepada pemerintah yang baik hati itu bahwa seandainya tidak ada suatu rintangan samawi, maka kamilah yang pertama-tama di antara semua warga negara yang akan meminta disuntik. Rintangan samawi itu ialah karena Tuhan menghendaki untuk memperlihalkan suatu Tanda kasih-sayang dan langit di zaman ini kepada umat manusia. 

Oleh karena itu, Dia berfirman kepadaku bahwa Dia akan menyelamatkan aku dan wabah ta'un beserta semua orang yang tinggal di daJam tembok rumahku - yaitu, yang melupakan diri dan menyatukan diri dengan diriku, seraya patuh dan taat secara sempurna, disertai 'ketaatan yang setulus-tulusnya. Dan, ini akan menjadi Tanda Ilahi di zaman mutakhir ini, saat Dia memperlihalkan perbedaan di antara satu kaum dengan kaum yang lain. Akan tetapi, yang tidak mematuhi secara sempurna, mereka itu bukanlah daripadaku. Mereka itu tidak usahlah dihiraukan. Demikianlah perintah  Ilahi!

Hz Masih Mau’ud as bersabda hendaknya jangan ada yang mempunyai dugaan bahwa kalau kadangkala seseorang di dalam Jemaat kita mati akibat wabah ta'un, lantas nilai serta martabat Tanda itu akan berkurang. Sebab, pada zaman dahulu Musa a.s. dan Yesaya a.s., dan pada akhirnya Nabi kita s.a.w. mendapat perintah untuk barangsiapa yang telah mengangkat pedang dan membunuh ratusan jiwa, mereka itu boleh dibunuh dengan pedang pula. 

Dan, ini merupakan suatu Tanda dari para nabi itu, yang sesudahnya itu mereka mendapat kemenangan besar. Padahal, dalam bentrokan itu di pihak para pengikut  kebenaran terdapat juga yang tewas oleh pedang pihak lawan, akan tetapi amal sedikit, dan kerugian sebesar itu tidaklah berarti apa-apa untuk Tanda Ilahi. 

Demikianlah, apabila ada beberapa orang dalam Jemaat telah terkena wabah ta'un, karena sebab-sebab tersebul di atas, maka peristiwa itu pasti tidaklah menodai sedikit pun Tanda IIahi itu. Tidakkah ini merupakan suatu Tanda agung bahwa seperti telah berkali-kali kukatakan bahwa Allah Ta'ala akan menampakkan nubuatan itu demikian rupa sehingga setiap pencari kebenaran tidak akan ragu-ragu. Dan, mereka akan mengerti bahwa Allah Ta'ala telah memperlakukn jemaat ini bagai mukjizat. 

Bahkan, bagai Tanda Ilahi akibatnya ialah Jemaat ini akan berkembang dalam jumlahnya dengan perantaraan wabah ta'un, dan akan maju secara luar biasa pesatnya. Kemajuan itu akan disaksikan dengan takjub, sedangkan lawan terus-menerus menderita kekalahan pada setiap kesempatan, sebagaimana telah kutulis dalam kitab Nuzulul Masih. 

Seandainya Tuhan tidak memperlihatkan perbedaan di antara lemaat ini dengan golongan-golongan lainnya, niscayalah mereka berhak mendustakan diriku. Sampai sekarang apa yang mereka dustakan, dengan itu mereka hanya mengundang laknat belaka. Umpamanya, mereka; berulang-ulang berteriak-teriak bahwa Atham tidak mati dalam tempo lima belas bulan; sedangkan nubuatannya dengan tegas mengatakan, bahwa apabila ia kembali kepada kebenaran, maka ia tidak akan mati di dalam tempo lima belas bulan itu. 

Maka di tengah berlangsungnya pertemuan debat, ia di hadapan tujuh puluh orang-orang terhormat bertobat dari menyebut Rasulullah s.a.w. sebagai Dajjal; dan bahkan bukan hanya itu saja, ia pun telah membuktikan tobatnya dengan tutup mulut dan dengan menunjukkan ketakutan selama lima belas bulan. Latar belakang nubuatan itu ialah, karena ia telah menyebut Rasulullah S.a.w. sebagai Dajjal. 

Oleh karena itu, ia mengambil faedah dari tobatnya hanya sekedar sampai situ, yakni, matinya akan terjadi sesudah lewat lima belas bulan; tapi memang ia mati juga. Terjadinya hal demikian ialah karena di dalam nubuatan itu dinyatakan bahwa salah satu di antara kedua pihak yang tidak benar dari segi kepercayaannya, ia kan mati lebih dahulu. Maka, ia mati lebih dahulu daripada diriku. (Buku Kistiy Nuh/bahtera Nuh hlm 7 dan 8)

Bersambung…………

Post a Comment

0 Comments