RAMADHAN YANG DIRINDUKAN: SYARAT BERTEMU TAMU ISTIMEWA


Oleh: Mln. Yudhi Wahyuddin

Allah SubhaanaHu wa Ta’aala berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ ١٨٣

Yaa ayyuhal-ladziina aamanuu kutiba ‘alaikumush-Shiyaamu kamaa kutiba ‘alal-ladziina min-qoblikum la’allakum tat-ttaquun.

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, puasa diwajibkan atasmu sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelummu, supaya kamu terpelihara dari keburukan rohani dan jasmani.” (Q. S. Al-Baqarah [2]: 183)

PENDAHULUAN

Tamu istimewa yang dirindukan itu ialah Ramadhan. Ia membawa kepada suatu cara untuk meninggalkan makanan jasmani dan mempertajam kemampuan (makanan) ruhaninya.

Dengan bertemu Ramadhan, seseorang akan ditempa, dilatih dan diberi kemampuan untuk mempertinggi keruhaniannya untuk merasakan keberadaan Allah Ta’aala melalui shalat-shalat malam, bercengkrama dengan Alquran, menikmati seruan doa-doa, hingga membawa kepada rasa empati terhadap kaum dhu’afa yang lebih dari biasanya. Oleh karena itu Allah Ta’aala mengutus dan menganugerahkan Ramadhan bagi kita.

Namun, tidak setiap orang dapat menikmati pertemuan dan pelatihan bersama ini. Terdapat syarat-syarat yang harus dipersiapkan, hingga syarat-syarat yang harus dilaksanakan demi meraih tujuan hakiki akan kedatangan Ramadhan.

SYARAT-SYARAT YANG HARUS DIPERSIAPKAN

Seruan pertemuan dan pelatihan bersama Ramadhan ini diperuntukkan bagi orang-orang yang beriman. Iman yang benar, iman yang dewasa, iman yang suci, dan iman yang bertujuan hakiki.

1. Bagaimana Iman yang Benar?

Rasulullah SAW telah bersabda: “Iman adalah pengetahuan hati, pengucapan lisan dan pengamalan dengan anggota badan.” (H. R. Ibnu Majah dan Thabrani)

Melalui tiga tahapan yang harus dipenuhi kesemuanya, Nabi SAW memberikan penjelasan. Dari tiga tahap ini, kesempurnaan iman (keyakinannya) diuji dengan keselarasan dalam amal.

2. Bagaimana Iman yang Dewasa?

a. Dewasa dalam usiaKedewasaan dalam usia mengisyaratkan pada usia balligh – usia pada pencapaian dalam membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Kondisi ini akan membawanya pada kesiapan badannya (tidak dalam masa pertumbuhan) untuk menerima manfaat dalam Ramadhan dan bukan berujung mudharat (kerugian). Hingga membawanya pada kesiapan jiwanya.

b. Dewasa dalam jiwaPertemuan dan pelatihan bersama Ramadhan bukanlah cukup sepintas lalu dilaksanakan dan ditunaikan atau hanya ikut-ikutan. Melainkan bukti nyata kematangan jiwa mentaati perintah Allah Ta’aala demi melangkah dalam kefanaan (ketiadaan diri menyatu dengan Ilahi)

3. Bagaimana Iman yang Suci?

a. Suci dari Hawa NafsuInnan-Nafsa la ammaarotum-bis-Suu-i (Sesungguhnya hawa nafsu itu menyuruh kepada keburukan [Q. S. Yusuf: 53) – Perilaku berlebihan dalam memakan makanan, pembicaraan yang lepas dari pengendalian hingga berbagai perilaku terhadap sesamam yang menyakitkan.

b. Suci dari Segala Hal yang Mengganggu

- Kondisi Sakit

- Kondisi dalam Perjalanan

Terhadap dua kondisi ini, Allah Ta’aala memberikan kekecualian untuk mengganti puasanya di hari yang lain. Hal ini semestinya dilakukan demi sebuah ketaatan kepada Tuhan. Ketakwaan yang berlandaskan pada kepatuhan; bukan mengandalkan kekuatan apalagi keinginan ikut-ikutan.

4. Bagaimana Iman yang Bertujuan Hakiki?

a. Menurut Allah Ta’aalaDari ayat di atas, Allah Ta’aala memberikan pesan-Nya. Bahwa tujuan berpuasa adalah la’allakum tat-taquun – Agar kalian menjadi hamba yang bertakwa; terpelihara dari keburukan jasmani dan rohani.

b. Menurut Nabi Muhammad saw.Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan semata-mata karena iman dan bertujuan untuk memperbaiki diri; maka Allah Ta’aala akan mengampuni dosa-dosanya yang telah berlalu.”

Post a Comment

0 Comments