PENTINGNYA NIZHAM KHILAFAT UNTUK MEMPERSATUKAN UMAT ISLAM



Oleh : Mln. Nanang Salman L.


وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ


“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali Allah, janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah atasmu ketika kamu dahulu bermusuh - musuhan, lalu Dia menyatukan hatimu dengan kecintaan  antara satu sama lain maka dengan nikmat-Nya itu kamu menjadi bersaudara, dan kamu dahulu berada di tepi jurang Api lalu Dia menyelamatkanmu darinya. Demikianlah Allah menjelaskan Ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu mendapat petunjuk”. (QS. Ali-Imran: 103)

Maksud dari tali dan nikmat Allah adalah kenabian dan khilafat yang berdiri setelah kenabian. Inilah tali dan nikmat Allah yang menyatukan dan mengikat hati satu sama lain. Dan, menyelamatkan orang yang beriman kepadanya, dari terjatuh di lubang api.

Sesuai dengan janji-Nya, Allah Ta’ala telah mengutus Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad ‘alaihis salaam sebagai Masih dan Mahdi. Beliau telah meletakkan pondasi Jamaat Ahmadiyah pada abad ke-14 di bulan yang ke-6 Hijriah.

Sampai sekarang ratusan ribu manusia telah memperoleh taufik untuk bergabung dalam Jemaat Ahmadiyah dengan berbaiat di tangan beliau dan para khalifah beliau yang mulia. Karena memegang habluLlah (tali Allah) dengan kuat, mereka selamat dari terjatuh ke dalam api. Tetapi, sejumlah besar kaum Muslimin termahrum dari nikmat Allah ini.

Kaum Muslimin menganggap bahwa mereka  akan maju di dunia ini tanpa harus berbaiat kepada Khalifah Hadhrat Imam Mahdi yang kelima atba. Ini adalah pikiran bodoh mereka dan keterlupaan yang teramat besar.

Jika sepintas kita saksikan negara-negara Islam, kondisinya yang menyedihkan membuat air mata berderai. Negara besar dengan kebudayaan dan etika Islami, yakni Irak, sejak 24 tahun lalu telah menjadi mangsa persekongkolan baik dari dalam maupun dari luar.

Ratusan ribu Muslim telah meninggal, lumpuh, dan cacat. Setelah kepergian tentara Amerika-Syiah, Sunni, dan Kurdi masing-masing tengelam dalam hasrat untuk menghancurkan dan memusnahkan satu sama lain. Tidak diketahui kapan rangkaian ini akan berakhir.

Selain Irak, [hal ini] juga menimpa satu negara lain, Syam/Suriah di mana Sayyidina Muhammad Musthofa shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa pergi ke sana untuk berdagang. Negara Muslim ini juga sejak tiga tahun lalu menjadi korban pertikaian dan kekacauan satu sama lain. Satu kelompok ingin tetap memegang kekuasaan, kelompok lain ingin menyingkirkannya dan dirinya sendiri ingin memegang kekuasaan.

Kekejaman dan kebiadaban yang terus berlangsung dari kedua belah pihak hingga kini telah menelan [korban] lebih dari seratus ribu kaum Muslimin. Pasukan udara 2 pemerintahan—dengan dalih untuk menyerang para pemberontak—menghujani para penduduk kota yang tiada berdosa dengan bom beracun, dan pihak yang lain juga menggunakan senjata yang serupa. Akibatnya, jenazah anak-anak, orang tua, dan kaum perempuan yang tiada berdosa terus memenuhi lorong-lorong jalan. 3 juta orang terpaksa harus meninggalkan negara mereka dan berlindung di negara-negara tetangga.

Di bawah sebuah konspirasi baru, telah didirikan ISIS (negara Islam Irak dan Suriah). Seseorang yang disebut khalifah telah diumumkan. Khilafat ini berdiri di atas tumpukan mayat kaum Muslimin. Tanda Khilafat Ilahiah telah Allah Ta’ala sebutkan,

wa layubaddilannahumm mim ba’di khaufihim amna (QS. An-Nur: 55), ia akan mengubah keadaan mereka setelah ketakutan menjadi keamanan. Tetapi, [Khalifah ISIS] yang didengung-dengungkan sebagai khilafat itu justru mengubah rasa aman menjadi takut. Ini menjadi bukti nyata akan kebathilannya.

Hadhrat Khalifatul Masih Alkhamis  nashorohuLlohu nashron ‘aziza (Semoga Allah menolongnya dengan pertolongan yang perkasa) seraya menyinggung tentang khilafat semacam itu beliau bersabda:

“Khilafat yang mendengungkan slogan kekhilafatan [seperti demikian], apakah Allah Ta’ala akan menjadikannya khilafat di bumi ini dan menjadi utusan-Nya? Tuhan yang merupakan Tuhan Yang Maha Pengasih, apakah Dia akan menjadi penolong atas kedzaliman dan orang-orang yang dzalim? Tidak pernah.

Berdasarkan nubuwatan dari Hadhrat Shalallohu ‘alaihi wa salam bahwa khilafat itu akan berdiri dengan perantaraan Hadhrat Masih Mau’ud yang akan mendapat dukungan dan pertolongan Allah Ta’ala. Di luar itu, setiap slogan khilafat yang mengatasnamakan agama, hanyalah untuk memperoleh keuntungan-keuntungan duniawi dan cara untuk merebut kekuasaan.

Jum’at lalu datang kemari orang-orang dari salah satu chanel TV. Saya telah diwawancarai. Saya katakan kepada mereka bahwa khilafat yang kalian anggap telah berdiri [ISIS], itu bukanlah khilafat. Khilafat sudah berdiri, dan tidak dengan kedzaliman. Ia berdiri dengan dukungan Allah Ta’ala. Andai umat Muslimin juga memahami hal ini dan perselisihan mereka satu sama lain, kekacauaun dan peperangan untuk [berebut] kekuasaan berakhir.” (Khutbah Jumat 4 Juli 2014).

Selama mereka mengikatkan diri mereka sendiri pada tali ketaatan kepada khilafat dan berkat khilafat, maka kekuatan dunia sebesar apapun tidak akan dapat mematahkan mereka. Tetapi, jika mereka berada di luar tali dan perlindungan khilafat maka kekuatan-kekuatan dunia akan mematahkan mereka satu demi satu.

Inilah rahasia yang telah disampaikan oleh Sayyidina Muhmmad saw dalam salah satu hadis beliau, yaitu:  innamal imaamu junnatun yuqootilu man waroihi wa yattaqi bihi – “Imam adalah perisai, orang-orang berperang di belakangnya dan mencari perlindungan darinya.” Selama berada dibalik perisai maka akan terjaga, jika tidak,maka senjata-senjata konspirasi dunia akan memotong-motongnya.

Orang Muslim yang memiliki perhatian, ketika mereka melihat kondisi ini, mereka berpikir bagaimana cara untuk keluar dari keadaan berbahaya saat ini. Bagi orang Muslim yang berpikiran seperti demikian hendaklah mereka berpegang kepada nikmat Allah yang disebutkan dalam Quran majid dan habluLlah (tali Allah) dengan kuat.

Hendaklah berpegang pada tali Allah dengan berbaiat kepada Khalifah Hadhrat Imam Mahdi ‘alaihis salaam. Setelah terikat pada nizam Khilafat hendaklah taat secara sempurna kepadanya. Ini adalah nasihat yang diberikan Sayyidina Muhammad Musthafa saw melalui Hadhrat Hudzaifah bin Yaman:


«تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ». قُلْتُ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلاَ إِمَامٌ قَالَ: «فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا

Talzamu jamaa’atal Muslimiina wa imaamahum qultu fa in lam yakun lahum jamaa’ah wa laa imaamun qoola fa’tazil tilkal firaqa kullaha. (Misykat)*

Hadhrat Rasulullah saw. bersabda: “Engkau harus mengikatkan diri pada Jamaah Muslim dan imam mereka.” Hudzaifah bertanya, “Wahai Rasulullah jika jamaah dan imam mereka tidak ada?” Bersabda: “Engkau jauhi seluruh golongan itu. Meskipun engkau harus menggigit akar pohon, sampai mati dalam keadaan seperti ini.” (muttafaq alaih).

Nabi Muhammad saw memberikan nasehat kepada setiap Muslim: Wahai orang Muslim jika engkau ingin menjaga Islam dan iman engkau, maka hendaklah engkau senantiasa terikat dengan Imam dan jamaah. Jika tidak, maka fitnah dan konspirasi para penentang Islam akan mecabik-cabik kalian secara ruhani dan jasmani.

Oleh karenai itu, Hadhrat Imam Mahdi as bersabda: “Aku adalah benteng perlindungan pada zaman ini. Barangsiapa yang masuk [dalam benteng] ku, maka ia menyelamatkan dirinya dari para pencuri, perampok dan binatang buas. Tetapi, barangsiapa ingin tinggal jauh dari dinding-dindingku, maka maut mengintainya dari segala penjuru! Bahkan jenazahnya pun tidak akan selamat. “ (Ruhani Khazain, jilid 3, hal. 34).

Setiap Muslim yang ingin mencintai dan mentaati Sayyidina Muhammad Mushthafa saw dengan sebenar-benarnya maka sesuai dengan perintah Hudhur saw hendaklah ia baiat kepada  al-Khulafaa-urRaasyidinal-Mahdiyyiin pada zaman ini. Karena Rasul Karim saw bersabda:  ‘Wa man maata walaisa fi unuqihi bai’atan mata maitatan jahiliyyatan.’ – “Barang siapa yang mati dalam keadaan tanpa bai’at, maka matinya mati jahiliyyah.” (Shahih Muslim, Kitabul Imaroh).

Yang paling memahami perintah Sayyidina Muhammad Musthafa saw ini adalah para sahabat radhiallohu ‘anhum. Karena itu, setelah kewafatan Hadhrat saw, mereka berbai’at di tangan Hadhrat Abu Bakar ra. Di sini dapat muncul pertanyaan bahwa ketika mereka telah bai’at di tangan Sayidina Muhammad Musthafa saw, lalu apa perlunya berbaiat kepada Hadhrat Abu Bakar ra?

Jawabannya adalah, karena mereka mendengar hadis Rasulullah saw yang disebutkan di atas  (Wa man maata walaisa fi unuqihi bai’atan mata maitatan jahiliyyatan). Kerena itu, mereka menganggap bahwa bai’at kepada khilafat adalah keharusan dan mesti. Sekarang inipun, beberapa orang yang kurang cerdas mengatakan bahwa kami ini Muslim, lalu apa pentingnya baiat buat kami. Mereka ini hendaknya memperhatikan hadis Rasulullah saw di atas.

Sekarang ini, nizam khilafat Islamiyyah Ahmadiyyah inilah yang menjadi solusi untuk seluruh kegelisahan dan keresahan kaum Muslimin. Inilah Hablullah (tali Allah) yang dapat menjadikan kaum Muslimin bunyaanum marshush (bangunan yang kokoh). Selain ini, tidak ada organisasi, mu’tamar, liga Arab, dan jamaah dapat mempersatukan kaum Muslimin.

Inilah perisai yang dapat melindungi kaum Muslimin dari fitnah-fitnah dajjal, dari jahatnya konspirasi dan rencana licik Yajuj dan Majuj. Sebab, Sayyidina Muhammad Musthafa saw bersabda :  innamal imaamu junnatun yuqootilu min warooihi (Shahih Muslim). Imam adalah perisai, dengan berada di belakangnya seseorang dapat melawan musuh-musuh.

Tidaklah mungkin kaum Muslimin dapat menyelamatkan dirinya sendiri dari serangan musuh yang berbahaya tanpa perisai. [Muslim] adalah umat sebagaimana Sayyidina Muhammad musthafa telah memerintahkan :  ‘Idza kaana tsalatsatun fii safarin falyu’maruu ahadahum.’ – “Ketika dalam perjalanan ada tiga orang, maka jadikanlah salah seorang di antara kalian sebagai amir (pemimpin).” (Misykat, Kitab Adaabus safari, Sunan Abi Daud).

Andai kaum Muslimin memahami hadis yang satu ini maka mereka juga akan memahami akan pentingnya “khilafat” dan juga ketaatan kepadanya. Dalam hadis ini Hadhrat saw menasehatkan bahwa perjalanan panjang bagi kemajuan kaum Muslimin tidak dapat ditempuh tanpa adanya Khilafat. Orang-orang dalam umat ini yang tidak mentaati Nabi Karim saw sampai batas ini, maka bagaimana mereka dapat meraih keberhasilan dalam perjalanan kemajuan Islam.

Dalam Quran Karim, Allah Ta’ala berfirman kepada orang-orang beriman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَجِيبُواْ لِلّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُم لِمَا يُحْيِيكُمْ وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ

 ‘Yaa ayyuhalladziina aamanustajiibuu liLlaahi wa lir Rosuuli idza da’akum limaa yuhyiikum.’ – “Wahai orang-orang yang beriman jawablah seruan Allah dan Rasul, karena ia menyeru kalian kepada kehidupan.” (Al-Anfal :24).

Muncul pertanyaan bahwa pada masa sekarang ini firqoh-firqoh Muslim lain selain Jemaat Ahmadiyah, kepada seruan siapakah mereka akan mengatakan labbaik untuk kehidupan rohani dan keberlangsungan mereka? Dan, siapakah yang akan menyeru mereka untuk menghidupkan mereka secara ruhani? Karena tidak terhubung dengan wujud seperti itu, akibatnya kematian mengitari kehidupan ruhani kaum Muslimin.

Mengisyaratkan kepada “Kematian Ruhani” inilah Rasulullah saw bersabda : Laa yabqoo minal islami illa smuhu. Yakni dalam kehidupan mereka nama besar Islam akan tetap bertahan, tetapi ruhnya akan hilang sirna.

Terus memberikan kehidupan ruhani kepada orang yang beriman bukanlah pekerjaan sementara, melainkan kewajiban yang terus berlangsung. Sebagaimana untuk tetap bertahan dan berlangsungnya kehidupan jasmani memerlukan oksigen atau udara yang segar, demikian pula untuk tetap hidupnya ruh memerlukan adanya perhatian, doa, nasehat, dan tarbiyat dari Khalifat ayyadahullohu Ta’ala.

Masa sekarang ini, hanya Jemaat Ahmadiyahlah yang bernasib baik karena Hadhrat Khalifatul Masih Al Khamis pada setiap jumat menyampaikan khutbah. Selain itu, beliau menyampaikan nasehat yang melindungi ruh, melalui pesan-pesan pada acara jalsah atau ijtima-ijtima yang diselenggarakan di berbagai negara.

Pada Jalsah Salanah Inggris, dalam kesempatan bai’at inernasional, bersama dengan orang-orang yang baru bergabung, orang-orang Ahmadi lama juga melakukan bai’at ulang. Dan, orang yang melakukan pembaharuan bai’at dengan hati yang benar merasakan bahwa ia mendapatkan suatu kehidupan ruhani baru. Seluruh firqoh Islam mahrum dari berkat ruhani itu.

Di dalam Quran Karim ada beberapa ayat yang penggenapannya pertama kali terjadi pada Sayyidina Muhammmad Musthafa saw dan setelah beliau terjadi pula pada para khalifah beliau. Jika pada kedua wujudnya tidak didapati [penggenapan itu] maka akan ada ruang kosong yang sangat besar dalam kehidupan ruhani dan diinii (agama) kaum Muslimin.

Tidak pula dapat dikatakan bahwa ayat-ayat tersebut berhubungan hanya terbatas pada pribadi beberkat Hadhrat saw. Karena pembahasannya juga terbukti dalam kitab yang akan berlaku sampai hari kiamat [Alquran], bahwa pada masa sekarang ini juga hendaknya ada wujud yang menjadi penggenapan ayat-ayat tersebut. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:

khudz min amwaalihim shodaqotan tuthohhiruhum wa tuzakkihim bihaa inna sholataka sakanu lahum wallohu sami’un ‘aliim. (At-Taubah : 103). Wahai Rasul, ambillah olehmu sedekah dari harta mereka sehingga engkau menyucikan mereka dan menyediakan sarana kemajuan mereka, dan berdoalah untuk mereka karena doa engkau membuat mereka tenang.

Sesuai dengan perintah Ilahi itu, yang berhak mengambil sedekah dan mensucikan mereka adalah Rasulullah saw, dan setelah beliau adalah setiap khalifah beliau.

Masa sekarang ini penggenapan dari kebangkitan kembali Hadhrat saw adalah Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihi salam dan setiap khalifah beliau. Sesungguhnya, khalifah waqt-lah yang dapat mengatur penerimaan sedekah dengan cara yang benar. Karena, di bawah beliau terdapat suatu nizam (pengaturan) yang luas untuk semua mubaligh dan pengurus yang tersebar di seluruh dunia.

Berdasarkan hal itu, pengaturan pengumpulan sedekah yang benar juga dapat dilakukan oleh khalifah-e-waqt. Selain Jemaat Ahmadiyah, firqoh-firqoh Muslim yang lain tidak memiliki sistem/pengaturan untuk seluruh dunia seperti ini. Dan tidak akan bisa. Hanya dan hanya terkhusus dengan khilafat semata.

Allah Ta’ala telah memerintahkan Baginda Nabi saw dan semua khalifah setelah beliau : wa sholli ‘alaihim, berdoalah untuk orang-orang yang beriman karena doa engkau menimbulkan ketenangan bagi mereka. Di dunia ini, sungguh bernasib baiklah anak yang naungan kedua orang tua tercintanya senantiasa ada di atas dirinya, dan mereka berdoa untuknya dengan penuh kasih.

Anggota Jemaat Ahmadiyah lebih beruntung dari anak-anak itu, karena di atas kepala mereka ada naungan khalifah yang berdoa untuk mereka dengan hati yang pilu. Dalam firqoh-firqoh Muslim lain tidak ada wujud yang berdoa (seperti itu). Di dunia ini mereka ibarat anak yatim dan anak yang tidak memiliki sandaran hidup yang perduli akan keadaannya.

Berkaitan dengan ini Hadhat Khalifatul Masih Al Khamis ABA bersabda : (ketika Allah Ta’ala memilih seseorang sebagai Khalifah, maka) :

”Pemimpin dunia yang mana yang berdoa untuk orang-orang yang sakit. Pemimpin dunia yang mana yang gelisah akan perjodohan anak-anak perempuan dalam kaumnya dan berdoa untuknya.

Pemimpin dunia yang mana yang memikirkan talim untuk anak-anak. Memang pemerintah juga membuka lembaga-lembaga pendidikan, pendidikan memang tersedia, tetapi yang memikirkan pendidikan untuk anak-anak yang tersebar di seluruh dunia ini hanyalah khalifah-e-waqt.

Hanya anggota Jemaat Ahmadiyahlah yang bernasib baik selalu diperhatikan oleh khalifah-e-waqt, bahwa mereka harus menempuh pendidikan, kesehatan mereka diperhatikan oleh Khalifah-e-waqt, dan masalah-masalah perjodohan.

Pendek kata, tidak satupun permasalahan para Ahmadi yang tersebar di dunia, baik permasalahan pribadi, maupun permasalahan Jemaat, yang tidak diperhatikan oleh Khalifah-e-Waqt, dan yang tidak diupayakan penyelesaiannya secara amalan dan dengan tunduk [berdoa] di hadapan Allah Ta’ala. [tidak satupun permasalahan para Ahmadi] yang tidak dimintakan dalam doa kepada-Nya.

Saya dan para khalifah sebelum saya juga melakukan hal ini. Tidak ada negara di dunia ini yang bayangannya tidak sampai kepada saya sebelum saya tidur pada malam hari dimana saya tidak berdoa untuknya dalam tidur dan jaga saya. Saya tidak sedang mengatakan hal ini sebagai ihsan/kebaikan [saya]. Ini adalah kewajiban saya. Semoga Allah Ta’ala menjadikan saya dapat menunaikan kewajiban saya lebih dari itu.“ (Khutbah Jum’at, 6 Juni 2014).

Alhamdulillah Hadhrat Khalifatul Masih Al-Khamis atba berdoa untuk para anggota Jemaat dan doa-doa beliau menyebabkan ketenangan dan ketentraman bagi mereka. Banyak Ahmadi mengalaminya.

Renungkanlan dengan hati yang dingin oleh kita semua ayat Quran Majid,  washolli ‘alaihim inna sholataka sakanul lahum, (wahai rasul dan para khalifah setelah rasul teruslah engkau berdoa untuk orang-orang yang beriman. Karena doa engkau membuat mereka tenang).

Di dekat Anda pada masa sekarang ini, wujud siapa dan pribadi yang manakah yang menjadi penggenapan dari ayat ini? Yang doanya dapat menimbulkan ketentraman dan ketenangan bagi anda?Yang menberikan pengaruh suci pada luka-luka anda dalam kesulitan serta bencana. Dan siapakah yang keberkatan doa-doanya sampai kepada Anda? Tidak ada.

Alhamdulillah di dekat para anggota Jemaat Ahmadiyah ada Hadhrat Khalifatul Masih Alkhamis nashorohulllohu ta’ala yang berdoa untuk mereka. Doa-doa beliau menjadi penyebab timbulnya ketenangan dalam diri para anggota. Di dalam Quran Masjid Allah Ta’ala memerintahkan kepada Rasul karim saw dan para khalifah setelah beliau:

fa idza ‘azamta fa tawakkal ‘alalloh. Innalloha yuhibbul mutawakkiliin. (Ali Imran : 159), yakni, bermusyawarahlah dengan mereka dalam perkara yang penting. Maka, ketika engkau telah memutuskan, bertawakallah kepada Allah.

Perintah Al-Quran karim ini adalah abadi dan selamanya. Pada masa sekarang ini, selain Jemaat Ahmadiyah, tidak ada firqoh Muslim lain yang dapat mengklaim bahwa pada mereka ada khalifah yang didirikan oleh Allah Ta’ala, yang memberikan saran berkenaan dengan masalah yang dihadapi oleh islam dan kaum Muslimin dan memiliki kemampuan untuk meneruskannya ke seluruh dunia.

Hadhrat Khalifatul Masih alkhamis atba adalah khalifah yang ditetapkan Allah Ta’ala, dan dalam Jamaat Ahmadiyah ada Nizam syura dan musyawarah. Perkara-perkara penting dimusyawarahkan dalam majlis syura dan setelah bertekad sesuai dengan Firman Ilahi lantas menetapkan suatu putusan, maka setiap anggota Jemaat yang diberikan tanggung jawab, mereka sekuat tenaga berusaha untuk melaksanakannya dan mengucapkan labbaik terhadap perkataan Khalifah-e-Waqt.

Oleh karena itu pada suatu ketika, Hadhrat Muslih Mau’ud bersabda:

“Allah Ta’ala menganugerahi saya hati (orang) yang siap untuk segala pengorbanan atas perintah saya. Jika saya mengatakan kepada mereka untuk melompat ke kedalaman samudra, maka mereka siap untuk melompat ke samudra.

Jika saya mengatakan untuk menjatuhkan diri mereka dari puncak gunung, maka mereka akan menjatuhkan diri mereka dari puncak gunung. Jika saya mengatakan kepada mereka untuk melompat ke dalam tungku yang menyala, maka mereka akan melompat ke dalam tungku yang terbakar.

Jika bunuh diri tidak haram, jika bunuh diri itu tidak haram dalam Islam, maka saat ini saya bisa memperlihatkan contoh kepada kalian bahwa jika saya memerintahkan kepada seratus orang Jemaat untuk meninggal dengan menusukkan belati ke perutnya, maka seratus orang saat ini akan menusukkan belati ke perutnya dan meninggal. Tuhan telah membangkitkan saya untuk membela Islam. Tuhan telah membangkitkan saya untuk meninggikan nama Muhammad Rasulullah saw.” (Al Fazal 18 Februari 1958)

Ketaatan dan gejolak untuk berkorban ini semata mata merupakan berkat dan tarbiyat dari khilafat. Golongan Muslim yang lain mahrum dari hal ini.

Sudah semenjak awal Hadhrat Masih Mau’ud memberitahu dan memperingatkan para penentang Ahmadiyah:

“Para penentang sedang menghancurkan diri mereka sendiri. Aku bukanlah tanaman yang dapat dicabut dengan tangan mereka....tengoklah, ratusan orang bijak bestari yang keluar dari jamaat orang-orang dan bergabung dengan jamaah kami.

Di langit penuh dengan gemuruh, malaikat menarik hati-hati yang suci dan membawanya kemari. Sekarang, apakah manusia dapat mengehentikan pekerjaan samawi ini? Ya, kalau memang memiliki kekuatan, maka hentikanlah.

Lakukanlah semua makar dan tipu daya yang tengah kalian lakukan untuk menentang para nabi......berusahalah sekuat tenaga, panjatkanlah doa-doa buruk hingga kalian sampai pada kematian, lalu tengoklah, apakah [Ahmadiyah] bisa hancur?” (Ruhani Khazain jilid 17 hal 473, Arba’in)

Para penentang sekarang ini berusaha sekuat tenaga, tetapi mereka tidak dapat menghentikan kemajuan Ahmadyah. Alhamdulillah ‘ala dzalik.

Hadhrat Khalifatul Masih Al-Khamis bersabda :

“Sesuai dengan janji Allah, nizam dalam Jemaat Hadrat Masih Mau’ud ‘alaihi salam ini, tetap berdiri tegak bersama dengan nizam khilafat. Dan sekarang, berkat karunia Allah Ta’ala, pondasi-pondasi yang kokoh telah berdiri. Tidak ada musuh dan penentang yang dapat mendatangkan kerugian terhadapnya. Insya Allah Ta’ala.” (Al Fazal Internasional, 14-20 januari 2005).
Demikian pula Hudhur Ayyadahullah bersabda :
“Ingatlah, Tuhan yang Maha menepati janji itu, sekarang pun Dia mengulurkan tangan kepada Jamaat tercinta dari Masih alaihi salam Nya yang tercinta. Ia tidak akan pernah meninggalkan kita. Tidak akan pernah meninggalkan. Tidak akan pernah meniggalkan.

Saat ini pun Ia tengah menyempurnakan janji-Nya kepada Masih ‘alaihi salam sebagaimana Ia terus sempurnakan pada khalifah-khalifah sebelumnya. Saat ini Ia tengah menganugerahkan rahmat-Nya sebagaimana dahulu ia telah anugerahkan, dan akan terus menganugerahkannya, Isnya Allah. ......karena itu sambil berdoa kepada-Nya dan memohon karunia-Nya, hendaklah senantiasa tunduk di singgasana-Nya dan teruslah memegangkan tangan pada tali yang kuat ini. Maka kemudian tidak akan ada yang dapat melukai rambut anda sekalipun. Semoga Allah Ta’ala menganugerahkan taufiknya kepada semua. Amiin.”

____________________



* Tercantum dalam Shahih al-Bukhari, Kitab tentang fitnah, bab tentang bilamana tidak ditemui ada Jamaah

“Dari Hudzaifah bin Al-Yaman radliallahu ‘anhu, ia berkata, “Orang-orang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya kepada beliau dari hal keburukan karena aku khawatir keburukan itu akan menimpa diriku. Aku bertanya, “Ya Rasulullah, sesungguhnya kami dahulu berada dalam kejahiliyahan dan keburukan, lalu Allah mendatangkan kebaikan ini (Islam) kepada kami. Apakah sesudah kebaikan ini, akan ada lagi keburukan?”Rasulullah menjawab, “ Ya!” Aku bertanya, “Dan apakah sesudah keburukan itu ada lagi kebaikan?” Rasulullah menjawab, “Ya, dan di dalamnya ada kekeruhan (dakhan).” Aku bertanya, “Apakah kekeruhan itu?” Rasul menjawab, “Yaitu orang-orang yang mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku.” Dalam Riwayat Muslim, “Kaum yang berperilaku bukan dari sunnahku dan orang-orang yang mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku, engkau ketahui dari mereka itu dan engkau ingkari.”Aku bertanya, “Apakah sesudah kebaikan itu akan ada lagi keburukan?” Rasul menjawab, “Ya, yaitu adanya penyeru-penyeru yang mengajak ke pintu-pintu Jahannam. Barang siapa mengikuti ajakan mereka, maka mereka melemparkannya ke dalam Jahannam itu” Aku bertanya, “Ya Rasulullah, tunjukkanlah sifat mereka itu kepada kami.” Rasul menjawab, “Mereka itu dari kulit-kulit kita dan berbicara menurut lidah-lidah (bahasa) kita.” Aku bertanya, “Apakah yang engkau perintahkan kepadaku jika aku menjumpai keadaan seperti itu?”Rasul bersabda, “Tetaplah engkau pada Jama’ah Muslimin dan Imam mereka!” Aku bertanya, “Jika tidak ada bagi mereka Jama’ah dan Imam?” Rasul bersabda, “Hendaklah engkau keluar menjauhi firqah-firqah itu semuanya, walaupun engkau harus menggigit akar kayu hingga kematian mendatangimu, engkau tetap demikian.”


حُذَيْفَةَ بْنَ الْيَمَانِ يَقُولُ: كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْخَيْرِ، وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ، مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ، فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ: «نَعَمْ». قُلْتُ وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ قَالَ: «نَعَمْ، وَفِيهِ دَخَنٌ». قُلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ: «قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيٍ، تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ». قُلْتُ فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ: «نَعَمْ، دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ، مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا». قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا. قَالَ: «هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا، وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا». قُلْتُ فَمَا تَأْمُرُنِي إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ: «تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ». قُلْتُ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلاَ إِمَامٌ قَالَ: «فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا، وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ، حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ، وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ».

Post a Comment

0 Comments