Jika Laki-laki Mendapat Bidadari Surga, Lantas Apa yang Akan Didapatkan Perempuan?

bidadari surga untuk laki-laki perempuan

Seorang wanita dari Inggris menulis surat kepada Hazrat Mirza Masroor Ahmad, bahwa Al-Qur'an telah menjanjikan bahwa para penghuni surga nanti akan disediakan bidadari-bidadari suci bermata jeli (hurun 'in] dalam arti sederhana mereka adalah perempuan. Ia mengatakan jika mereka perempuan maka hanya laki-laki yang akan mendapatkan ganjaran ini. Ia bertanya, apakah perempuan diciptakan hanya untuk laki-laki? Huzur Anwar (aba) dalam suratnya tanggal 9 April 2022, memberikan jawaban sebagai berikut: 

Penjelasan tentang keberkatan surga yang ada di dalam Al-Qur'an dan hadits-hadits semuanya dengan bahasa kiasan, yaitu membandingkan benda-benda duniawi untuk memudahkan pemahaman kita. 

Allah Ta'ala berfirman: 

مَثَلُ الۡجَنَّةِ الَّتِيۡ وُعِدَ الۡمُتَّقُوۡنَ

"Perempuan Surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa [...].' (QS ar-Ra'd [13]:36)

Allah Ta'ala juga berfirman:

فَلَا تَعۡلَمُ نَفۡسٌ مَّاۤ اُخۡفِيَ لَہُمۡ مِّنۡ قُرَّةِ اَعۡيُنٍ ۚ جَزَآءًۢ بِمَا کَانُوۡا يَعۡمَلُوۡنَ

"Maka tiada suatu jiwa mengetahui, apa yang tersembunyi bagi mereka dari penyejuk mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." (QS As-Sajdah [32]:18)

Demikian pula Rasulullah saw bersabda: 

يَقُولُ اللّٰهُ تَعَالٰى أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ مَا لَا عَيْنٌ رَأَتْ وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلَا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ ذُخْرًامِنْ بَلْهِ مَا أُطْلِعْتُمْ عَلَيْهِ

"Allah Ta'ala berfirman, 'Aku telah mempersiapkan bagi hamba-hamba-Ku yang saleh, hal-hal yang belum pernah dilihat oleh mata dan belum pernah didengar oleh telinga, dan belum pernah terlintas di benak manusia.' Semuanya sebagai simpanan, selain itu, semua yang telah kamu lihat, bukanlah apa-apa. (Sahih al-Bukhari, Kitab at-tafsir)

Hazrat Masih Mau'ud as menjelaskan hal tersebut sebagai berikut: 

"Allah telah menggambarkan kebaikan-kebaikan surga dalam bentuk hal-hal yang didambakan oleh orang-orang Arab agar hati mereka tertarik padanya. Pada kenyatannya, semua hal itu sifatnya berbeda dan bukan berupa hal-hal yang ada di dunia ini. Tetapi perlu untuk menggambarkannya sedemikian rupa sehingga hati dapat tertarik padanya.' (Barahin Ahmadiyah  V, Ruhani Khazain, Vol. 21, hal. 424)

Dalam menjelaskan ayat dalam surah As-Sajdah di atas [32:18], Hazrat Masih Mau'ud (as) bersabda: 

"Tidak ada orang yang saleh yang mengetahui kebahagiaan apa yang tersembunyi darinya, sebagai ganjaran atas apa yang biasa ia lakukan. Oleh karena itu, Allah menggambarkan semua nikmat itu sebagai karunia yang tersembunyi, yang tidak dapat ditemukan di dunia ini. Jelas bahwa nikmat duniawi tidak tersembunyi dari kita dan kita mengetahui susu, buah delima, anggur dan hal-hal lain yang kita makan. Hal ini menunjukkan bahwa karunia di akhirat adalah sesuatu yang lain dan tidak ada persamaannya dengan nikmat yang ada di kehidupan duni ini, kecuali persamaan namanya saja. Siapapun yang memahami kondisi surga itu dalam kacamata kondisi di dunia maka ia sama sekali tidak memahami Al-Qur'an." (Filsafat Ajaran Islam, Ruhani Khazain, Vol. 10, hal. 397-398)

Dalam menjelaskan hikmah di balik disembunyikannya nikmat-nikmat ini, Hazrat Masih Mau'ud (as) bersabda: 

"Penyembunyian, sebagai tindakan Allah, mengandung suatu keagungan di dalamnya. Tindakan Allah merahasiakannya itu sesuai dengan apa yang diutarakan tentang surga dalam ayat berikut: 

فَلَا تَعۡلَمُ نَفۡسٌ مَّاۤ اُخۡفِيَ لَہُمۡ مِّنۡ قُرَّةِ اَعۡيُنٍ

'Maka tiada suatu jiwa mengetahui, apa yang tersembunyi bagi mereka dari penyejuk mata'

Sesungguhnya, ada suatu bentuk pengagungan dalam merahasiakan hal ini, laksana menyajikan makanan di bawah kain penutup. Hal itu juga merupakan tanda penghormatan. (Al-Badr, Issue 11, Vol. 1, 9 Januari 1903, hal. 86)

Konsep حُورٌ [huur] di surga bersifat kiasan dan disebutkan dalam Al-Qur'an sebanyak empat kali. Referensi pertama (dalam surah ad-Dukhan dan Surah at-Tur) menjanjikan bahwa وَزَوَّجۡنٰہُمۡ بِحُوۡرٍ عِيۡنٍ yaitu, para penghuni surga akan ditemani oleh gadis-gadis cantik bermata hitam lebar. Dua referensi lainnya (Dalam Surah ar-Rahman dan surah al-Waqi'ah) menggambarkan sifat-sifat indah dari huur - mereka berada di kemah-kemah yang dijaga dengan baik seperti mutiara dan batu karang, yaitu mereka akan dihiasi dengan sifat-sifat kesopanan dan rasa malu, serta kebaikan, kemurnian, keindahan, dan keunggulan akhlak. 

Kata 'Zauj' berarti pasangan. Tidaklah tepat jika mengartikan hal ini hanya tertuju pada laki-laki atau suami saja, melainkan artinya adalah pasangan yang saleh lagi suci. Dari hal ini maka makna ayat-ayat ini adalah, 'Kami akan menjadikan wanita-wanita shalehah sebagai pendamping laki-laki suci dan laki-laki shaleh sebagai pendamping wanita-wanita suci di surga.'

Hazrat Muslih Mau'ud (ra) menafsirkan ayat  وَ لَہُمۡ فِيۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ مُّطَہَّرَةٌ  dalam surah al-Baqarah [dan bagi mereka di dalamnya ada jodoh-jodoh suci.' (2:26)], sebagai berikut: 

"وَ لَہُمۡ فِيۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ مُّطَہَّرَةٌ: Tidak ada ruang perdebatan ketika meninjau istilah 'jodoh suci'. Dalam konteks ini, ayat tersebut menyiratkan bahwa sebagaimana rezeki di surga akan saling menguntungkan, semua penghuninya juga akan saling membantu dalam perkembangan rohani mereka. Sebagai hasilnya, akan ada rasa perdamaian kedamaian dan kerjasama, baik secara internal maupun eksternal. 

Jika istilah ini diartikan sebagai 'suami' atau 'istri' – mengingat kata zauj (plural; azwaj) bisa merujuk pada kedua jenis kelamin, 'zauj' dari seorang perempuan adalah suaminya, dan 'zauj' seorang laki-laki adalah istrinya – maka salah satu penafsiran yang memungkinkan adalah setiap penghuni surga akan dipasangkan dengan pasangan yang suci. Seharusnya tidak ada keberatan dengan penafsiran ini; sebaliknya, hal ini berfungsi sebagai motivasi bagi setiap orang untuk tidak hanya memperhatikan kebaikan diri sendiri tetapi juga kebaikan pasangannya; seorang laki-laki hendaknya tidak hanya mempertimbangkan kesalehan dirinya sendiri tetapi juga kesalehan istrinya, dan seorang wanita hendaknya tidak hanya mempertimbangkan ketakwaan dirinya sendiri tetapi juga ketakwaan suaminya. Hal ini didasarkan pada gagasan bahwa jika setiap pasangan ingin hidup bersama di akhirat, seperti halnya yang mereka jalani di dunia, maka mereka harus berusaha untuk saling meningkatkan kesalehan masing-masing pasangan. 

Hal ini akan mencegah sang suami masuk surga, dan istrinya masuk neraka, atau sebaliknya. Dari sudut pandang ini, hal ini merupakan ajaran luhur tentang kemurniaan rohani. Alih-alih menolaknya, seseorang harus menghargai keutamaannya. 

Kemudian penafsiran lain bisa jadi setiap orang akan diberikan jodoh suci di surga. Panafsiran ini harusnya juga tidak perlu diperdebatkan. Jika penafsiran ini menunjukkan bahwa setiap laki-laki akan diberikan istri yang suci dan setiap wanita akan diberikan suami yang suci, apa keberatannya? Keberatan akan muncul jika ada suatu perbuatan tidak suci. Mengingat Allah menggunakan istilah 'suci [muthahharoh], jelas bahwa yang akan terjadi di surga itu hanyalah perbuatan suci dengan kriteria surga. Jadi, tidak ada dasarnya untuk keberatan akan hal ini." (Tafsir Kabir, Vol. 1, hal. 252-253)

Hazrat Khalifatul Masih III rh juga telah menafsirkan ayat Surah ad-Dukhan berikut ini:

وَ زَوَّجۡنٰہُمۡ بِحُوۡرٍ عِيۡنٍ

Beliau menerangkan maksud ayat tersebut, bahwa pasangan orang mukmin akan berubah menjadi hur dan terikat bersama dalam ikatan perkawinan. Pada ayat selanjutnya disebutkan bahwa anak-anak mereka juga akan dikumpulkan bersama mereka di surga. Alasan mengapa istri tidak disebutkan pada ayat kedua adalah kerena mereka telah disebutkan dalam ayat pertama, yaitu وَ زَوَّجۡنٰہُمۡ بِحُوۡرٍ عِيۡنٍ.

Rasulullah saw bersabda kepada seorang wanita lanjut usia bahwa tidak ada wanita lanjut usia yang akan masuk surga. Dia kemudian menangis dan bertanya, 'Ya Rasulullah, lantas kemana saya akan pergi?' Beliau menjawab, 'Aku tidak mengatakan bahwa engkau tidak akan masuk surga, sebaliknya aku mengatakan tidak ada wanita lanjut usia yang masuk surga sebagai orang lanjut usia. Engkau akan masuk surga dalam keadaan masih muda.' Jadi ketika seorang wanita tua masuk surga, ia akan berubah menjadi wanita muda, dan seorang wanita yang 'tidak menarik' akan menjadi wanita yang 'menarik'. Begitu pula dengan wanita yang cacat di dunia, maka dia akan mempunyai badan yang sehat dan ciri-ciri yang sempurna di surga. Oleh karena itu, ketika dikatakan ‘وَ زَوَّجۡنٰہُمۡ بِحُوۡرٍ عِيۡنٍ’, yakni para penghuni surga akan dipasangkan dengan ‘hur’, bukan berarti wanita-wanita yang lanjut usia, karena mereka tertinggal di dunia. Sebaliknya, wanita-wanita yang masuk surga akan menjadi huurin 'iin, yaitu muda, cantik, saleh, tanpa memandang apakah mereka tua atau muda di dunia ini. Bagaimanapun juga, kata 'hur' dalam konteks ini mengacu pada teman seperti pasangan [zauj]. (Ringkasan Khotbah Jumat, 19 Februari 1982; Khutbah Nasir, Vol. 9, hal. 386-387)

Jadi, dari rujukan-rujukan di atas jelaslah bahwa istilah ‘hur’ mengacu pada pasangan yang saleh dan suci yang akan dipersatukan dalam ikatan perkawinan dengan laki-laki dan perempuan yang beriman di surga. Pasangan ini akan diberikan sebagai ganjaran ilahi. Bagaimana sifat pasangan ini? Pengetahuan yang sempurna tentang hal ini hanya ada pada Allah. Manusia baru akan memperoleh pemahaman ini nanti di surga. 

Penafsiran ini juga memberikan jawaban atas pertanyaan kedua Anda, apakah perempuan hanya diciptakan untuk laki-laki saja? Karena menurut Islam, laki-laki dan perempuan diciptakan untuk satu sama lain. Dengan memahami hal ini, suami istri yang bijaksana dapat menciptakan surga bagi dirinya sendiri di dunia dan juga saling membantu dalam perkembangan rohaniah di akhirat.

Sumber: Al Hakam

Post a Comment

0 Comments