Nikmat Tuhan Kalian Yang Manakah Yang Kalian Dustakan?

Oleh: Mln. Muhammad Hasyim

Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an:

إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهٖ لَكَنُودٌ

Sesungguhnya manusia tidak bersyukur kepada Tuhan-nya. (QS. Al-‘Aadiyat:7)

Namun, Allah Ta’ala juga berfirman:

لَئِنۡ شَکَرۡتُمۡ لَاَزِیۡدَنَّکُمۡ وَ لَئِنۡ کَفَرۡتُمۡ اِنَّ عَذَابِیۡ لَشَدِیۡدٌ

Jika sekiranya kamu bersyukur niscaya Aku akan menganugerahkan lebih banyak kepadamu dan jika kamu tidak bersyukur maka sesungguhnya azab-Ku sangat keras. (QS. Ibrahim:8)

Kemudian Allah Ta’ala juga berfirman:

فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

Maka nikmat Tuhan kalian mana lagi yang kalian berdua (jin dan manusia) dustakan. (QS. Arrahman: 14)

Saya hari ini ingin menyebutkan beberapa karunia yang Allah Ta’ala telah anugerahkan kepada kita, supaya kita dapat termasuk ke dalam daftar orang-orang yang bersyukur.

Ihsan (kebajikan) terbesar dan paling utama yang Allah Ta’ala berikan kepada kita adalah, Dia telah menciptakan kita sebagai manusia yang merupakan asyraful makhluuqaat (makhluk yang paling sempurna).

Ihsan terbesar yang kedua adalah, kita dilahirkan dalam keluarga muslim dan kita ditetapkan sebagai pengikut dari Sang Khaatamun Nabiyyiin sejak hari kelahiran kita. Kita mendapatkan Al-Qur’an yang merupakan pedoman amalan hingga hari kiamat sebagai sebuah warisan.

Kita tidak membutuhkan lagi suatu undang-undang duniawi atau kitab-kitab lainnya untuk perbaikan akhlak kita. 700 hukum terdapat di dalamnya, baik itu yang berupa perintah maupun larangan. Segala hal, mulai dari pembagian warisan hingga kehidupan rumah tangga, dijelaskan secara gamblang di dalamnya. 

Kita tidak membutuhkan lagi suatu buku sejarah duniawi. Islam adalah agama yang universal, sehingga Al-Qur’an pun adalah kitab yang universal. Di dalam Al-Qur’an dijelaskan kepada kita kondisi kehidupan para Nabi dan kaum-kaum terdahulu yang telah berlalu di dunia ini, mulai dari Nabi yang pertama yakni Adam a.s. hingga masa kehidupan Rasulullah shal-laallahu ‘alaihi wa sal-lam.

Tidak hanya itu, bahkan diberitahukan juga kondisi-kondisi yang akan terjadi di masa yang akan datang. Hari ini, bangsa-bangsa di dunia telah membuktikan kebenaran dari nubuatan-nubuatan yang terkandung di dalam Al-Qur’an tersebut berdasarkan penelitian mereka. Dan kita beruntung menjadi pewaris dari khazanah ilmu Al-Qur’an ini.

Kemudian Allah Ta’ala telah menjadikan Nabi kita tercinta Hadhrat Muhammad saw. sebagai pembimbing yang sempurna bagi kita. Beliau saw. adalah menara cahaya bagi kita dan perwujudan dari Al-Qur’an. Wujud suci ini melalui amalannya telah membuat Al-Qur’an menjadi mudah bagi kita.

Hadits-hadits Nabi merupakan mata air pembimbing terbesar selanjutnya bagi kita setelah Al-Qur’an. Dan ini adalah hal-hal yang orang-orang Non-Muslim luput darinya.

Sekarang, mari kita renungkan, jika kita dilahirkan dalam keluarga Non-Muslim, maka kita akan menjalani umur kita dengan bersujud pada Tuhan-tuhan palsu, batu, api, manusia biasa, dsb. Bukankah keislaman kita ini adalah ihsanTuhan Yang Maha Pengasih bagi kita? 

Setelah itu, ihsan terbesar selanjutnya adalah, Dia telah melahirkan kita dalam keluarga Ahmadi. Dia telah mengikutsertakan kita dalam Jemaat Imam Mahdi yang kedatangannya telah dinubuatkan oleh Hadhrat Rasulullah saw. sendiri, bahwa jika iman telah pergi ke bintang Tsurayya, maka dialah yang akan membawanya kembali.

Kita termasuk ke dalam orang-orang yang dikatakan di dalam hadits, “Barangsiapa di antaramu yang mendapati zaman Imam Mahdi, hendaknya sampaikanlah salamku kepadanya.” Sungguh suatu kehormatan yang sangat besar yang kita dapatkan.

Coba kita bayangkan, jika suatu hari kita diberikan karunia oleh Allah Ta’ala berdiri di Bahesyti Maqbarah di hadapan makam Hadhrat Masih Mau’ud a.s. dan mengatakan, “Wahai Imamku tercinta! Aku menyampaikan salam kepada engkau dari junjungan engkau tercinta, Muhammad saw..”

Pada momen tersebut, kita adalah orang yang paling beruntung di seluruh dunia. Ketika kita kehabisan kata-kata untuk menyatakan rasa syukur kita kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, maka air matalah yang mengucur dengan deras. Dan ketika air mata rasa syukur itu mengalir, maka tidak akan bisa  terkendalikan.

Kemudian mari kita renungkan, jika kita dilahirkan dalam sebuah keluarga muslim yang cenderung melakukan hal-hal yang berbau kemusyrikan, kita akan bersujud di kuburan-kuburan lalu memohonkan keinginan-keinginan duniawi kita dan jauh dari Tuhan yang Hakiki. Kita tidak akan mengenal hakikat sejati dari doa sebagaimana yang Hadhrat Masih Mau’ud a.s. jelaskan. Kita akan luput dari Tuhan sejati yang Hadhrat Masih Mau’ud a.s. ingin pertemukan dengan kita.

Pada umumnya kita melihat seseorang tidak mudah untuk siap merubah agama nenek moyangnya. Namun kita semua beruntung mendapatkan agama yang benar ini sebagai warisan dari orang tua kita. Mungkin sebagian dari kita tidak terlahir dalam keluarga Muslim atau keluarga Ahmadi, namun kita beruntung karena Allah Ta’ala telah memilih kita menjadi bagian dari pengikut sang Imam di akhir zaman ini. Dengan segala kelemahan pada diri kita, kita dianggap layak untuk dapat menaiki bahtera Imam Mahdi ini.

Salah satu kebahagiaan terbesar kita sebagai anggota Jemaat adalah kita mempunyai Nizam Khilafat. Kita tidak seperti butiran-butiran pasir yang berserakan, bahkan kita seperti halnya biji-biji tasbih yang diuntai dengan sebuah benang. Kita disatukan oleh satu ikatan. Sehingga tidak mungkin tercerai berai.

Berkah terbesar dari Khilafat adalah, sebagaimana seorang anak merasa aman dalam pelukan ibunya, demikian pula kita merasa aman dalam naungan Khilafat. Kapan pun ada masa-masa sulit, kita tidak menjadi takut, yang pertama terlintas di benak kita adalah kita akan menulis surat kepada Huzur. Dan dengan menulis surat, kita terbebas dari segala macam kekhawatiran dan kecemasan. Dan dengan mempercayakan beban kita tersebut kepada Huzur kita tercinta, kita pun tentunya harus berdoa untuk kesehatan dan keselamatan Huzur tercinta.

Sejauh ini kita melihat, begitu berlimpahnya nikmat yang Allah Ta’ala berikan kepada kita. Sekiranya semua pohon di bumi ini menjadi pena, dan seluruh lautan menjadi tintanya, niscaya tidak akan cukup bagi kita untuk menuliskan nikmat-nikmat dan karunia-karunia yang Allah Ta’ala telah anugerahkan kepada kita. Oleh karena itu hendaknya kita harus senantiasa berusaha untuk bisa termasuk ke dalam golongan orang-orang yang disebutkan di dalam Al-Qur’an:

لَئِنۡ شَکَرۡتُمۡ لَاَزِیۡدَنَّکُمۡ

Yakni, jika sekiranya kamu bersyukur niscaya Aku akan menganugerahkan lebih banyak kepadamu.

Dan kita hendaknya berusaha untuk menghindarkan diri kita dari termasuk ke dalam golongan kedua yang disebutkan dalam ayat yang sama, yakni:

وَ لَئِنۡ کَفَرۡتُمۡ اِنَّ عَذَابِیۡ لَشَدِیۡدٌ

Dan jika kamu tidak bersyukur maka sesungguhnya azab-Ku sangat keras.

Post a Comment

0 Comments