Cara Mesucikan Jiwa (Tazkiyatun Nafs)

Oleh: Mln Mubarak Achmad

Setiap insan mendambakan dirinya senantiasa selalu dapat mensucikan dirinya. Mensucikan diri tidak dapat dilakukan oleh uang dan kekayaan serta secara jasmani, tetapi harus melalukan perubahan kebaikan dalam diri insan tersebut dan melakukan peningkatan dalam keruhanian.

Perlu diketahui bahwa Salah satu tugas para utusan Allah Ta’ala adalah mensucikan Jiwa insan (Tazkiyatun Nafs). Hal ini tergambar dalam Do’a Nabi Ibrahim as, yakni :

رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولاً مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ إِنَّكَ أَنتَ العَزِيزُ الحَكِيمُ

“Ya Tuhan kami, bangkitkanlah di tengah-tengah mereka seorang rasul dari antara mereka yang akan membacakan Ayat-ayat Engkau kepada mereka dan yang mengajarkan Kitab dan hikmah kepada mereka dan akan mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkau-lah Maha Perkasa, Maha Bijaksana” (QS. Al-Baqarah, 2: 130)

Dan doa Nabi Ibrahim as kepada Tuhan, tentang kedatangan seorang Nabi di antara kaum Mekkah (QS. Al-Baqarah, 2:129). Hal demikian menampakkan dengan jelas bahwa doa Nabi Ibrahim as itu telah menjadi sempurna dalam wujud Rasulullah saw.

كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولاً مِّنكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُم مَّا لَمْ تَكُونُواْ تَعْلَمُونَ

“Sebagaimana telah Kami utus kepadamu seorang Rasul dari antara kamu yang membacakan Ayat-ayat Kami kepadamu dan mensucikan kamu dan mengajar kamu Kitab dan hikmah. dan mengajar kamu apa yang belum kamu ketahui”.  (QS. Al-Baqarah, 2:152)

Juga yang disampaikan Nabi Musa as kepada Fir’aun adalah agar Fir’aun mensucikan diri, Yakni :

اذْهَبْ إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى فَقُلْ هَل لَّكَ إِلَى أَن تَزَكَّى وَأَهْدِيَكَ إِلَى رَبِّكَ فَتَخْشَى

“Allah berfirman, “Pergilah engkau kepada Firaun ; sesungguhnya ia telah melampaui batas, # Maka katakanlah, “Apakah ada padamu keinginan  untuk mensucikan diri ? “# Dan aku akan menunjuki engkau kepada Tuhan engkau, supaya engkau takut”. (QS. An-Naaziat,  79:18-20)

Dari beberapa ayat diatas menjelaskan mensucikan diri merupakan tugas utusan Ilahi dan tentunya juga menjadi tugas pokok bagi kita melaksakan pensucian diri, agar kta senantiasa mendapatan Najat-keselamatan di hadapan Ilahi. Jika kita dapat meraih pensucian diri/jiwa kita dan kita dapat menunjukkan orang lain guna meraih pensucian diri, Insya Allah Kita akan menjadi orang yang beruntung dan berbahagia.

Apakah rahasia sukses? Menurut Allah Ta’ala yang Maha Kuasa, adalah dengan metode mensucikan jiwa kita, Seagaimana dinyatakan dalam Firman-firman-Nya;

قَدۡ اَفۡلَحَ مَنۡ تَزَکّٰی

“Sesungguhnya, berbahagialah orang yang mensucikan diri” (QS. Al-‘alaa, 87:15)

قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا

“Sungguh, beruntunglah orang yang mensucikannya” (QS. Asy-Syam, 91:10)

Dari 2 ayat tersebut sangat jelas, insan yang berBAHAGIA dan berUNTUNG adalah yang MENSUCIKAN DIRINYA. Dalam dunia yang kacau balau dengan amoralitas, tampaknya hampir mustahil untuk memurnikan jiwa seseorang. Kita mungkin merasa bahwa jiwa kita akan selamanya tercemar oleh racun, bahwa dosa-dosa kita begitu mengerikan sehingga tidak pernah bisa dihapuskan, dan bahwa jalan menuju kemurnian sekarang tidak jelas.

Namun, putus asa tidaklah boleh ada dalam diri kita. Kita harus mengamalkan apa yang diperintakan oleh Al-Qur’an untuk senantiasa berusaha sekuat-tenaga guna MENSUCIKAN DIRI KARENA INILAH YANG AKAN MENYELAMATKAN KITA DARI JURANG KEHANCURAN – DARI PANASNYA API NERAKA JAHANNAM. Walaupun tidaklah mudah melakukan pensucian diri, kita harus tetap melangkah dengan membaca Bismilah menuju pensucian diri.

Didalam haditspun digamarkan pentingnya kesucian, diantaranya; ‘Agama Islam itu adalah [agama] yang suci, maka hendaknya kamu menjaga kebersihan, sesungguhnya tidak akan masuk surge kecuali orang-orang yang SUCI’ {HR. Baihaqi}. اَلطُّهُوْرُ شَطْرُ الْاِيْمَانِ ‘Kesucian adalah sebagian dari IMAN’ {HR. Muslim}.

Berkenaan dengan kesucian pendiri Jemaat Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad juga ada bersabda;

1.MANUSIA TIDAK SUCI-> “Pada hakikatnya, selama manusia belum meninggalkan dusta, dia tidak akan memperoleh kesucian. Orang-orang dunia yang tak berguna dapat saja mengatakan bahwa, “Tanpa dusta,   tidak dapat hidup.”  Itu adalah suatu ucapan yang sia-sia, sebab jika dengan cara jujur tidak dapat hidup, maka dengan dusta pun sama-sekali tidak dapat hidup! … {Malfuzat, jld. I, hlm. 367}.

2.SIAPAKAH ABDAL? -> Kalian hendaknya mengetahui, bahwa seseorang yang melakukan perubahan dalam dirinya  dia memasuki derajat abdal. Rahasia-rahasia keutamaan Al-Quran tidak disampaikan kepada seseorang, kecuali orang itu termasuk golongan abdal.

Sebagian besar orang salah mengerti makna kata abdal dan mereka memberikan bermacam-macam tafsir, sementara sesungguhnya  abdal adalah orang-­orang yang melakukan perubahan suci dalam hidupnya, perubahan yang menyingkirkan kegelapan dosa dan menghapuskan karat. Kerajaan setan dihancurkan dan hati mereka diisi Tuhan Yang Maha Perkasa. Lebih lanjut mereka menjadi orang yang menerima kekuatan dari Ruh-ul Qudus  dan mereka dianugerahi Kemurahan Tuhan.

Aku sampaikan kabar gembira kepada kalian, bahwa siapa saja di antara kalian yang mengadakan perubahan suci dalam hidupnya akan menjadi abdal. Jika seseorang bergerak menuju Tuhan, rahmat Tuhan datang menyambutnya. Adalah hal yang sebenar­-benarnya — dan aku ingin mengemukakannya kepada kalian — bahwa tidak ada andil kecerdasan….

yang dapat membuat manusia memahami rahasia-rahasia Al-Quran.  Memiliki otak yang cerdas tidak cukup untuk meraih ilmu Al-Quran.

Sumber  hakiki dari ilmu itu adalah takwa.  Tuhan sendiri yang menjadi Guru bagi orang-orang mutaki (bertakwa). Itulah sebabnya kebanyakan nabi   butahuruf, dan itu pula sebabnya Rasulullah saw disebut ummī (butahuruf).”  {Malfuzat, jld. I, hlm. 408}.

3. TERUSLAH MENSUCIKAN DIRI -> “Al Quran mengatakan: Qad aflaha man zakkāha. Yaitu, dia yang mensucikan dirinya memperoleh  kesuksesan. Dan pensucian diri menuntut seseorang untuk terus bergaul dengan orang-orang yang baik dan dekat dengan orang-orang yang suci, hal itu sangat menolong.

Orang itu harus meninggalkan dusta dan perbuatan buruk, dan dia yang berjalan pada jalan itu harus diminta petunjuknya. Orang itu juga harus berangsur-angsur terus menyingkirkan kelemahan-kelemahannya. Sebab sebagaimana sebuah tulisan tidak mungkin sempurna tanpa diperiksa berulang-ulang, demikian juga moral pun tidak dapat sempurna kecuali orang itu terus menyingkirkan kelemahan-kelemahan.

Manusia adalah semacam hewan yang dia hanya dapat tetap di jalan yang benar jika dia terus mensucikan dirinya setiap waktu.  Jika hal-hal itu tidak dilakukan, dia dapat menyimpang kapan saja.”  {Malfuzāt, jld. I, hlm. 443}.

4. PENSUCIAN JIWA ->     ”Di dalam Al-Quran Syarif tertera: قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا

“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu” {QS. Asy-Syam, 91:10}.  Untuk tazkiyyah nafs (pensucian jiwa), hidup dalam pergaulan bersama orang-orang salih dan menjalin hubungan dengan orang-orang baik adalah sangat bermanfaat. Dusta dan akhlak-akhlak buruk hendaknya ditinggalkan, dan terhadap orang yang sedang berjalan di atas jalan [yang lurus] hendaknya tanyakan kepadanya mengenai jalan itu.  Beriringan dengan itu perbaiki jugalah kesalahan-kesalahan diri sendiri, sebab sebagaimana dalam tulisan, tanpa memperbaiki kesalahan-kesalahan maka tulisan tersebut tidak akan benar, demikian pula tanpa memperbaiki kesalahan-kesalahan maka akhlak juga tidak dapat dibenahi.

Manusia adalah makhluk hidup yang pensuciannya berlangsung scara bersamaan. Tempuhlah oleh kalian jalan yang lurus. Jika tidak, kamu akan tersesat” {Malfuzat, jld. I, hlm. 464}.

5. DAYA  MAGNETIS RASULULLAH SAW YANG MENSUCIKAN JIWA  -> “Pandapat ini sama sekali tidak benar, yaitu apa yang dikatakan oleh orang-orang jahil bahwa orang-orang [di masa Rasulullah saw.] begitu saja berkumpul, sebab selama belum ada suatu daya tarik dan  daya magnetis maka tidak mungkin orang-orang begitu saja dapat menyatu.

Pendapat saya adalah quwwat qudsiyyah (daya pensucian ruhani)  yang dimiliki Rasulullah saw. sedemikian rupa hebatnya dimana hal tersebut tidak dimiliki oleh nabi lainnya di dunia ini. Inilah rahasia kemajuan Islam, daya tarik (daya magnetis) Nabi Karim saw. sangat hebat, dan juga di dalam ucapan-ucapan beliau saw. terdapat pengaruh, sehingga siapa saja yang mendengar akan langsung tertarik.

Orang-orang yang beliau saw tarik langsung Beliau sucikan dan bersamaan dengan itu ajaran Beliau sederhana serta jelas, sehingga di dalamnya tidak ada keruwetan serta keraguan seperti halnya Trinitas [pada ajaran Kristen].” {Malfuzat, jld. III, hlm. 84}.

Selanjutnya, Begitu pentingnya pensucian diri ini bagi diri kita, Oleh karenanya mari kita simak dan kita amalkan petunjuk dan nasihat IMAM JEMAT AHMADIYAH yakni, Hadhrat Mushlih Mau’ud ra, Khalifatul Masih II ra, Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad ra. Ada 11 METODE MENSUCIKAN DIRI/JIWA yang Belau ra terangkan dengan sangat luar biasanya, yaitu;

1. SINGKIRKAN SEMUA PIKIRAN KOTOR DARI HATI

Persyaratan pertama untuk memurnikan jiwa adalah bahwa seseorang terus MENYINGKIRKAN SEMUA PIKIRAN JAHAT dan TIDAK MURNI DARI HATINYA”. {Irfan-e-Ilahi , Anwar-ul-Ulum, Vol. 4, hal.371}

2. KETAHUILAH APA YANG DISUKAI DAN TIDAK DISUKAI ILAHI

“SESEORANG TIDAK DAPAT MENURNIKAN JIWANYA SAMPAI DIA MENJAUHKAN DIRI DARI SEMUA KEJAHATAN DAN MELAKUKAN PERUATAN BAIK. Dengan demikian, seseorang perlu memperoleh pengetahuan lengkap tentang semua perbuatan yang tidak disukai dan disukai Ilahi. Hadhrat Masih Mau’ud as telah membuat indeks dari semua perintah dan larangan yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Dari sini, terbukti betapa Hadhrat Masih Mau’ud as peduli terhadap pelaksanaan perintah dan larangan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Jadi, sangatlah penting untuk mengetahui hal-hal ini untuk pemurnian diri; dan ketika poin-poin ini diketahui, masalahnya menjadi sangat mudah, karena manusia menjauh dari kegelapan, ketidaktahuan dan masuk ke dalam terang pengetahuan. Jika larangan demi larangan diketahui, maka seseorang harus berusaha untuk menindaklanjutinya, karena berjuang untuk bertindak sesuai dengan cara yang benar setelah mengetahuinya adalah satu-satunya FORMULA UNTUK SUKSES. Bahkan jika seseorang tersandung dalam bertindak berdasarkan cara-cara ini, dan seseorang tidak sepenuhnya melakukannya, dia tetap tidak boleh meninggalkan usahanya; sebaliknya, ia harus TERUS BERJUANG, karena ini akan menjadi penyebab kemajuannya di masa depan. Memang, harus diingat bahwa seseorang tidak boleh meninggalkan perbuatan yang tanpanya keyakinan tidak dapat lengkap; seseorang harus menindaklanjutinya “.  {Ibid, hlm.371-372}

3. JADIKANLAH PERBUATAN BAIK SEBAGAI KEBIASAAN

“SESEORANG HARUS MENANAMKAN DI DALAM HATINYA DAN TERUS MENGINGAT PERBUATAN-PERBUATAN YANG MENYEBABKAN SESEORANG MENCAPAI KESUCIAN dan sebaliknya, karena perbuatan-perbuatan yang selalu diingat itu tetap dan DITANAMKAN DIDALAM HATINYA. Saya akan menjelaskan dengan contoh berikut: “Mari kita asumsikan ada seseorang yang sangat pemarah. Dia harus, pada waktu yang tepat, merenungkan, ‘Saya cepat marah. Ini adalah perbuatan jahat. Itu merupakan penghalang bagi kemajuan spiritual saya. Oleh karena itu, saya tidak akan pernah melakukan perbuatan ini. ‘ Dia harus terus-menerus mengingatkan hatinya tentang pelarangan ini sejauh itu tertanam di dalam hatinya dan dia menyelamatkan dirinya dari penyakit ini …

Sukses menjadi mungkin melalui kemajuan secara bertahap dan menjadikannya praktik sehari-hari. Oleh karena itu, PAKSALAH DIRI KITA UNTUK MELAKUKAN PERBUATAN BAIK WALAU HANYA SATU KALI dan kemudian MELAKUKANNYA KEMBALI DI SAAT LAIN. Dengan cara ini, LAKUKAN PERBUATAN TERSEBUT BERKALI-KALI YANG PADA AKHIRNYA AKAN MENJADI KEBIASAAN.

Pada kenyataannya, nafs [ego] seorang laki-laki itu seperti anak kecil. Oleh karena itu, hal itu harus ditangani sebagai seorang anak, dan cara yang sama yang digunakan di sekolah untuk mengajar anak-anak harus digunakan untuk mengajar spiritualitas. Pertama, anak-anak diajari pelajaran kecil dan secara bertahap beban kerjanya meningkat ”. {Ibid, hlm.372-373}

4. KONSISTEN

“kita harus konsisten dalam beramal. Allah Yang Maha Kuasa menyatakan:

وَاعۡبُدۡ رَبَّکَ حَتّٰی یَاۡتِیَکَ الۡیَقِیۡنُ

“Dan teruslah menyembah kepada Tuhan engkau, hingga maut datang kepada engkau” (Al-Hijr, 15:100).

Ayat ini bermaksud mengatakan, bahwa oleh karena tujuan utama misi (tugas kenabian) Rasulullah saw. ialah menegakkan tauhid Ilahi, tidak lama lagi akan terpenuhi, maka dalam bersyukur yang penuh kegembiraan itu beliau harus memanjatkan puji-pujian kepada Tuhan, dan bersujud ke hadirat-Nya dengan penuh penyerahan diri

Orang-orang itu adalah pembohong yang ekstrim, yang mengklaim bahwa mereka telah melihat atau menyatu dengan Tuhan dan, ‘Jadi tidak perlu terus mencari-Nya melalui jalan ini. Doa, puasa, haji, dan zakat adalah nama-nama jalan ini yang menyebabkan seseorang mencapai Tuhan Yang Maha Esa. Ketika manusia mencapai Tuhan, adalah ketidaktahuan untuk tetap berada di jalan ini ‘…

Entitas yang ingin kami jangkau tidak terbatas dan kami berjalan melalui sungai yang tidak ada habisnya. Jadi, contoh kita serupa dengan orang yang berjalan di sungai dengan tujuan mencapai sumber sungai itu, tidak seperti seseorang yang berjalan dari satu tepi sungai ke tepi sungai lainnya. Oleh karena itu, karena Tuhan tidak terbatas, perbuatan kita juga tidak harus dibatasi untuk menjangkau-Nya. Jika Dia memang terbatas, maka Shalat, Puasa, Zakat dan Haji kita juga akan dibatasi. Tetapi karena Tuhan kita tidak terbatas, lalu bagaimana perbuatan kita bisa dibatasi? …

HARUS ADA KONSISTEN DALAM BERIBADAH. Seharusnya tidak seseorang melakukan ibadah mereka untuk jangka waktu tertentu dan kemudian berhenti. Dengan demikian, apapun yang telah dicapai sebelumnya, tidak akan memberikan manfaat apapun, sebagaimana telah Allah nyatakan:

وَ لَا تَکُوۡنُوۡا کَالَّتِیۡ نَقَضَتۡ غَزۡلَہَا مِنۡۢ بَعۡدِ قُوَّۃٍ اَنۡکَاثًا

“Dan janganlah kamu menjadikan seperti seorang perempuan, yang memutus-mutuskan benangnya sesudah kuat menjadi berpotong- potong” (An-Nahl, 16:93).

{Irfan-e-Ilahi , Anwar-ul -Ulum, Vol. 4, hlm.374-375}

5. PERTEMANAN YANG BENAR

“Ada begitu banyak hal yang seseorang tidak dapat mengerti tanpa seorang guru dan oleh karena itu dia perlu memiliki seorang guru untuk membantunya memahami hal-hal ini. Tuhan Yang Maha Kuasa menyatakan:

یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰہَ وَ کُوۡنُوۡا مَعَ الصّٰدِقِیۡنَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar” (QS. At-Taubah, 9:119)

Kamu harus tetap di Majlis mereka agar kamu menjadi kuat. Oleh karena itu, sangatlah penting bahwa seseorang mendapat manfaat dari seorang guru yang sempurna. Rantai para reformis, orang suci dan orang percaya yang sempurna terus berlanjut di setiap era.

Ketika mereka tidak ada lagi, maka Tuhan memunculkan seorang nabi; dengan demikian seseorang harus mendapatkan keuntungan dari mereka. Karena seorang siswa tidak dapat belajar dari buku sendiri dan membutuhkan seorang guru untuk belajar, demikian pula, seseorang tidak dapat mencapai tingkatan spiritual sendiri dan membutuhkan seorang guru untuk belajar…

Manusia dapat mempelajari pengetahuan itu dalam hitungan menit dari seorang guru, yang akan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mempelajarinya tanpa seorang guru. Bahkan jika siswa, pada awal pendidikan mereka, mulai menggunakan kamus untuk belajar, mereka tidak dapat belajar sendiri selama bertahun-tahun apa yang guru dapat ajarkan kepada mereka” {Ibid, hlm.375-376}

6. PERTAHANKAN TANGGUNG-JAWAB

“Tuhan Yang Maha Kuasa menyatakan:

يَوْمَ يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ جَمِيعاً فَيُنَبِّئُهُم بِمَا عَمِلُوا أَحْصَاهُ اللَّهُ وَنَسُوهُ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ

“Pada Hari ketika Allah akan membangkitkan mereka semua bersama-sama, maka Dia AKAN MEMBERITAHUKAN KEPADA MEREKA TENTANG APA YANG MEREKA PERBUAT. Allah telah menghitung semua itu, tetapi mereka telah melupakannya. Dan Allah itu Pengawas atas segala sesuatu” {QS. Al-Mujadalah, 58:7}

Juga, ada pepatah Hadhrat Umar ra yang cukup terkenal,

حَاسِبُوْا اَنْفُسَکُمْ قَبْلَ اَنْ تُحَاسَبُوْا

‘Perhatikan jiwamu, jangan sampai aku diambil darimu.’ ” {HR. Tirmidzi}

{Irfan-e-Ilahi , Anwar-ul-Ulum, Vol. 4, hlm. 376-377}.

7. RENUNGKAN PERINTAH AL-QUR’AN UNTUK MELAKUKAN KEBAIKAN

“SETELAH MEMEHAMI PERINTAH DAN LARANGAN AL-QUR’AN, SESEORANG HARUS MENANAMKAN KEIASAAN MERENUNGKANNYA. Misalnya, seseorang harus merenungkan berkah dan manfaat dari shalat, puasa dan amal shaleh lainnya. Dengan cara yang sama, seseorang harus merenungkan realitas dan hasil dari kebohongan, ketidakjujuran, pengkhianatan dan keburukan dll, karena perwujudan realitas sesuatu menimbulkan cinta atau kebencian terhadap hal itu di dalam hati manusia. Berkenaan dengan ini, Al-Qur’an menyatakan:

لَہُمۡ قُلُوۡبٌ لَّا یَفۡقَہُوۡنَ بِہَا ۫ وَ لَہُمۡ اَعۡیُنٌ لَّا یُبۡصِرُوۡنَ بِہَا ۫ وَ لَہُمۡ اٰذَانٌ عیَسۡ

“…Mereka mempunyai hati, tetapi dengan itu mereka tidak mengerti ; dan mereka mempunyai mata, tetapi dengan itu mereka tidak melihat ; dan mereka mempunyai telinga, tetapi dengan itu mereka tidak mendengar…” {QS. Al-Araf, 7:180}.

{Irfan-e-Ilahi , Anwar-ul-Ulum, Vol. 4, hal.383}

8. BERSEDIA MENERIMA KESALAHAN

“SESEORANG HARUS MEMILIKI KARAKTERISTIK PENERIMAAN. Seharusnya tidak sedemikian rupa sehingga dia mendengar suatu masalah dan bahkan tidak berusaha untuk bertindak atas masalah itu; sebaliknya, ketika suatu masalah diberitahukan kepadanya, dia harus mengarahkan perhatiannya ke sana dan berusaha untuk menindaklanjutinya.

Ayat yang disebutkan di atas ({QS. Al-Araf, 7:180} juga menunjukkan hal ini. Tidak mungkin mencapai kesuksesan bagi orang-orang yang mendengar suatu masalah dan kemudian mengabaikannya, atau mereka melihat sesuatu, tetapi mengabaikannya. ” {Irfan-e-Ilahi , Anwar-ul-Ulum, Vol. 4, hlm.383}

9. BERSABARLAH DARI TEGURAN DENGAN KESABARAN DAN TOLERANSI

“SESEORANG HARUS MENANGGUNG DENGAN KESABARAN KETIKA MEREKA DIPERINGATI UNTUK KESALAHAN. Banyak orang tidak dapat mereformasi diri sendiri justru karena mereka berhenti bekerja ketika kesalahan mereka ditunjukkan dan mereka tidak memperbaiki kesalahan ini. Namun, mereka seharusnya tidak bertindak seperti ini; mereka harus mentolerir ketika mereka ditegur atas kesalahan yang mereka lakukan. Tuhan Yang Maha Kuasa menyatakan:

وَ اِذَا قِیۡلَ لَہُ اتَّقِ اللّٰہَ اَخَذَتۡہُ الۡعِزَّۃُ بِالۡاِثۡمِ فَحَسۡبُہٗ جَہَنَّمُ ؕ وَ لَبِئۡسَ الۡمِہَادُ

“Dan apabila dikatakan kepadanya, “Takutlah kepada Allah swt., ” rasa sombong mendorongnya untuk berbuat dosa. maka cukuplah baginya Jahannam. Dan sungguh buruk tempat kediaman itu” {QS. Al-Baqarah, 2: 207}.

Rasa diri mulia dan gengsi semu merupakan batu licin yang menyebabkan ia jatuh, keangkuhan mendorongnya ke arah perbuatan dosa yang lebih jauh hingga dosa itu benar-benar mengepungnya dari segala jurusan. Orang demikian meratakan jalannya sendiri ke neraka.

Dengan kata lain, ada sebagian orang yang, jika disuruh takut kepada Allah, menjadi marah atas nasehat ini dan menjadi gila karena berpikir direndahkan dan alih-alih mengindahkan nasehat ini, mereka mulai menentang dan menentang penasihat tersebut. Tempat tinggal orang-orang seperti itu adalah Neraka, karena alih-alih menghargai dan berterima kasih kepada individu yang menunjukkan kesalahan, mereka bertengkar dengannya.

Orang seharusnya tidak memahami dari ini bahwa ketika mereka melihat kekurangan atau kekurangan pada seseorang, mereka memiliki hak untuk menegur dan menegurnya secara terbuka [secara terbuka] di pasar. Seseorang harus selalu menasihati atau menegur secara pribadi, dan pemberi selamat juga harus mengingat kapasitas dan statusnya sendiri, apakah dia memegang hak untuk menegur orang tersebut, jangan sampai hasilnya tidak berbalik atau menjadi sesat.

Oleh karena itu, sebagaimana perlu bagi orang yang melakukan kesalahan untuk memegang kekuatan untuk mentolerir dan mendengarkan kata-kata pemberi nasihat dengan hati yang dingin, juga perlu bagi pemberi nasihat untuk melanjutkan dengan sangat hati-hati. Seharusnya dia tidak mempermalukan siapapun yang dia inginkan di depan orang lain”. {Irfan-e-Ilahi , Anwar-ul-Ulum, Vol. 4, hlm. 383-384}

10. JANGAN PUTUS ASA

“SESEORANG SEHARUSNYA TIDAK PUTUS ASA; sebaliknya, dia harus memiliki kepercayaan kepada Allah. Ada beberapa orang yang bekerja tanpa lelah tetapi menjadi putus asa pada titik ketika mereka segera melihat buah dari kerja keras mereka …

“Jadi, seorang mukmin jangan pernah kecewa. Dia harus terus maju dan tidak pernah mengabaikan kemajuannya saat melihat kegagalan. Memang, dia harus merenungkan alasan kegagalannya dan harus berusaha menghapusnya, jika dia dapat menemukannya. Tapi seseorang tidak boleh putus asa akan rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa.

Beberapa orang mengatakan bahwa mereka tidak pernah melihat buah dari tindakan mereka dan karenanya meninggalkan mereka. Saya mengatakan bahwa Anda harus terus melanjutkan masalah Anda, meskipun Anda tidak melihat hasil apa pun. Mau tidak mau, Anda pasti akan sukses…

Dengan cara yang sama, karena tidak bermoral untuk curiga terhadap orang lain, adalah tidak bermoral untuk mencurigai diri sendiri; sebaliknya, itu adalah dosa. Hati seseorang harus, sambil menaruh kepercayaan kepada Allah Yang Maha Kuasa, memahami dan berpikir, ‘Kami tidak akan membiarkan Setan menguasai dan menang atas kami”. {Ibid, hlm. 384-387}

11. ANGGAPLAH SETIAP DOSA SEBAGAI DOSA BESAR

“BEBERAPA ORANG MENYATAKAN BEBERAPA DOSA SEBAGAI DOSA YANG SANGAT BERAT DAN MENYATAKAN BEBERAPA DOSA SEBAGAI SANGAT KECIL; akibatnya, mereka TIDAK BERHATI-HATI DALAM MENJAUHKAN DIRI DARI DOSA-DOSA [yang mereka anggap kecil]. Al-Qur’an menunjukkan bahwa dosa tidak dapat dikategorikan sebagai serius atau kecil. Menurut Al-Qur’an, dosa kecil adalah yang muncul dalam pikiran manusia tetapi dia tidak bertindak berdasarkan itu, dan dosa serius adalah yang dia lakukan … Oleh karena itu, SESEORANG TIDAK BOLEH MENGANGGAP DOSA APAPUN KECIL, karena manusia tidak peduli. dosa-dosa yang dia anggap sangat kecil …

Hadits mencatat bahwa Nabi saw sedang bepergian ke suatu tempat dan melewati kuburan. Di sana, dia menyatakan, ‘Penghuni kedua kuburan ini dihukum karena apa yang mereka anggap sebagai masalah kecil, tetapi pada kenyataannya itu adalah masalah yang serius. Itu adalah hal-hal kecil dalam arti bahwa mereka dapat dengan mudah menjauhkan diri darinya, tetapi serius dalam arti menyebabkan mereka masuk ke Neraka. Satu penduduk tidak berhati-hati dalam melindungi dirinya dari percikan air seni pada dirinya sendiri dan yang lainnya akan menggigit. ‘ {HR. Tirmidzi})

Oleh karena itu, tidak ada materi yang sangat kecil; sebaliknya, gagasan tentang suatu masalah kecil atau berat adalah relatif. Seseorang mungkin menemukan tindakan atau masalah yang dia lakukan atau dapat lakukan dengan sangat mudah atau kecil, meskipun itu mungkin cukup sulit atau berat. Orang lain mungkin menganggap tindakan atau masalah yang tidak dia lakukan atau tidak bisa lakukan cukup sulit atau berat, meskipun itu sangat biasa dan kecil. ” {Irfan-e-Ilahi , Anwar-ul-Ulum, Vol. 4, hlm. 387-388}

Alhamdulillah banyak sekali Metode Mensucikan Diri/Jiwa, semoga kita dapat mensucikan diri kita dan dapat mencusikan orang lain, sebagaimana Junjungan kita mempunyai kemuliaan dan quwwat qudsi (kekuatan untuk mensucikan orang lain). Walaupun sebesar jarah yang kita miliki untuk hal itu, maka sangat berarti bagi kita, karena selama kita belum berusaha untuk mengarah pada suatu perubahan suci dan memberikan arah kesucian pada orang lain, selama itu pula tidak ada manfaat yang dapat diraih.

*Penulisan nomor ayat Alqur’an dalam makalah ini mengikuti mushaf yang basmallahnya diberi nomor ayat pertama, seperti dalam surat Al-Fatihah.

Basmallah dihitung sebagai ayat 1 kecuali Surah At-Taubah. hal ini berdasarkan Hadits Nabi Besar Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam riwayatsahabat Ibnu Abbas radhiyallaahu ‘anhuma yang menunjukkan bahwa setiap basmalah pada tiap awal surat adalah ayat pertama surat itu.

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ يَعْرِفُ فَصْلَ السُّوْرَةِ حَتَّى يَنْزِلَ عَلَيْهِ بِسْمِ اللهِ الرَّحمْـاـنِ الرَّحِيْمِ

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengetahui pemisahan surat sehingga bismillaahir-rachmaanir-rachiimturun kepadanya. (Abu Daud, Kitab Shalat; dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak)

Post a Comment

0 Comments