IMAM MAHDI YANG DATANG DI AKHIR ZAMAN BERNAMA AHMAD




Oleh: Mln. Nasrun Aminullah Muchtar

Perlu diketahui bahwa Hadits-Hadits yang membahas tentang kedatangan Imam Mahdi semuanya itu tidak kurang dari 50 Hadits, derajat Hadits-Hadits tersebut mulai dari Sahih (benar), Hasan (baik), Dhoif (lemah) bahkan Maudhu (palsu). 

Namun, para ulama Ahli Hadits telah bersepakat bahwa Hadits-Hadits yang membahas tentang kedatangan Imam Mahdi termasuk ke dalam tingkatan mutawattir ma'nawi, artinya secara hakikatnya bisa dipercaya itu sebagai sabda Nabi SAW dan merupakan suatu keyakinan yang akan tergenapi di kemudian hari.

Jadi, kalau ada seseorang yang baru tahu hanya 2 atau 3 Hadits saja atau hanya bermodal copy paste lalu langsung mengambil kesimpulan, apalagi sampai berani memvonis akidah orang lain sesat dan kafir, maka itu kesalahan yang sangat disayangkan apabila itu terjadi.

Kebanyakan umat Islam menyangka bahwa nama Imam Mahdi yang akan datang di akhir zaman itu namanya harus persis sama dengan nama Nabi Muhammad SAW, dan nama bapaknya juga harus Abdullah dan nama ibunya harus Aminah, maka perlu saya jelaskan tentang keadaan Hadits yang dijadikan dasar bagi pengakuan itu. Bunyi Hadits itu begini:

لاَ تَذْهَبُ الدُّنْيَا حَتَّى يَمْلِكَ الْعَرَبَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِى يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِى

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Dunia ini tidak akan sirna hingga menguasai Arab seorang pria dari keluargaku yang namanya sama dengan namaku” (HR. Turmudzi).

لَوْلَمْ يَبْقَ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا يَوْمٌ لَطَوَّلَ اللّهُ ذَالِكَ الْيَوْمَ حَتَّى يَبْعَثَ فِيْهِ رَجُلاً مِنِّى أَوْمِنْ اَهْلِ بَيْتِيْ يُوَاطِئُ اسْمُهُ إْسْمِي وَاسْمُ اَبِيْهِ اسْمَ اَبِي

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seandainya tidak tinggal dari umur dunia ini, kecuali satu hari, Allah akan memanjangkan hari itu juga sehingga Dia mengutus di dalamnya seorang laki-laki dariku atau dari Ahli Baitku, namanya akan sesuai dengan namaku dan nama bapaknya akan sesuai dengan nama bapakku” (HR. Abu Daud).

Pertama, yang perlu diperhatikan lebih dahulu bahwa di dalam Hadits tersebut sama sekali tidak menyebutkan kata “Mahdi” yang disebutkan di dalamnya hanya “seorang laki-laki” dari Nabi atau dari Ahlul-Bait.

Kemudian yang kedua, perlu diperhatikan bahwa Hadits itu menurut para Imam Ahli Hadits bukan tertuju kepada Imam Mahdi akhir zaman, tetapi tertuju kepada seseorang yang bernama Muhammad bin Abdullah salah seorang keturunan Ahli Bait Rasulullah SAW yang mendapatkan gelar "Nafsun Zakiyyah" (orang suci) dan itu telah berlalu pada masa dahulu. 

Wujud yang diisyaratkan dalam Hadits tersebut, yaitu Muhammad bin Abdullah lahir pada tahun 100 H/719 Masehi, ayahnya bernama Abdullah adalah putra Hasan al-Mutsanna dan cucu dari Imam Hasan r.a. (cucu Rasulullah SAW). Beliau telah memerintah di Mekkah, Yaman, Syam dan lain-lain Negeri (Lihat Kitab Tarikh Al-Kamil, Juz V, hal. 256).

Tatkala Muhammad bin Abdullah pergi ke Madinah, maka orang-orang di sana menyambut beliau dengan ucapan:

هذَا هُوَالْمَهْدِيُّ، هذَا هُوَالْمَهْدِيُّ

"Inilah dia Al-Mahdi, inilah dia Al-Mahdi!" (Lihat Kitab Tarikhul-Kamil, Juz V, hal. 245).

Nama Al-Mahdi yang mereka sambut itu sebenarnya Muhammad bin Abdullah. Dia diberi gelar “Nafsun Zakiyyah”, karena dia memang seorang yang baik dan suci. Jadi, Al-Mahdi yang bernama Muhammad bin Abdullah itu sudah lama berlalu. Maka, orang yang dikabarkan dalam Hadits itu tidak perlu ditunggu lagi sekarang ini (Lihat penjelasan dalam Kitab Hujajul-Kiramah, hal. 387).

Permasalahan yang ketiga yang perlu diperhatikan ialah melihat dari sisi perawi Hadits. Seorang yang meriwayatkan Hadits itu bernama “Ashim”. Para Imam Hadits telah menjelaskan bahwa “Ashim” itu كَثِيْرُالْخَطَآءِ فِىْ حَدِيْثِهِ “Dia biasanya banyak salah dalam hal meriwayatkan Hadits” (Kitab Hujajul-Kiramah, hal. 352).

Perlu diketahui juga, dalam riwayat disebutkan bahwa di negara Kurdistan ada juga seseorang yang bernama Abdullah dari keturunan Fathimah, tatkala ia memperoleh anak laki-laki, anak itu ia namakan “Muhammad” sambil menyatakan kepada orang-orang di negara itu bahwa anaknya yang bernama Muhammad bin Abdullah akan menjadi Mahdi. 

Kemudian ia mulai mencari kekuasaan dan berusaha sehingga ia dapat menawan beberapa benteng di negara itu, akan tetapi akhirnya ia ditangkap Sultan Istambul. Tatkala ia dan anaknya itu dihadapkan kepada Sultan, maka Sultan memberikan maaf dan melepaskan mereka itu (Lihat Kitab Hujajul-Kiramah, halaman 388-389).

Dari keterangan di atas, maka nama Imam Mahdi yang akan datang di akhir zaman itu tidak harus sama persis dengan nama Nabi Muhammad SAW dan begitu juga nama ayahnya. Karena kalau Imam Mahdi itu sudah ditentukan secara persis namanya maka tentu akan banyak yang mengaku-ngaku sebagai Imam Mahdi, padahal tidak mendapatkan mandat dari Allah SWT.

Lantas siapakah nama Imam Mahdi yang datang di akhir zaman sebagaimana yang telah dinubuwatkan oleh Yang Mulia Rasulullah SAW?

Perlu diketahui bahwa, apabila Hadits-Hadits didukung ayat-ayat Alqur'an maka Hadits-Hadits itu patut kita terima, karena Alqur'an merupakan sebagai Hakim bagi Hadits-Hadits. Tetapi apabila ada Hadits bertolak belakang dengan Alqur'an, maka itu patut kita tolak karena dapat diyakini itu bukan Sabda Rasulullah SAW.

Mari kita lihat bunyi Hadits lainnya, yang juga ada menyebutkan nama Imam Mahdi sebagai berikut:

عَنْ اَنَسٍ رَضِىَ اللّهُ عَنْهُ قَالَ٬ قَالَ رَسُوْلُ اللّهِ صعلم عَصَابَةٌ تَغْزُوالْهِنْدَ وَهِىَ تَكُوْنُ مَعَ الْمَهْدِىِّ اِسْمُهُ اَحْمَدُ (رواه البخاري فى تاريخه)

Dari Anas r.a. berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Sebuah golongan akan berperang dengan India dan golongan itu adalah beserta Imam Mahdi yang namanya Ahmad" (HR. Bukhari dalam Tarikhnya, Lihat juga dalam Kitab Al-Jawaahir Al-Asrar, halaman 56).

عن خذيفة بن يمان قال: قال رسول الله صلي الله عليه وسلم : اذا مضت الف ومأتان واربعون سنة يبعث الله المهدي 

Dari Hudzaifah bin Yaman r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Apabila sudah lewat 1240 tahun Hijrah, Allah akan membangkitkan Imam Mahdi" (An-Najmu Tsaqib Jilid II, halaman 209).

Untuk menghilangkan keraguan atas banyaknya Hadits-Hadits, mari kita ambil saja dalil dari ayat Alqur'an sebagai sandaran utama yang tidak ada keraguan di dalamnya. Allah Ta'ala berfirman dalam Alqur'an:

وَ اِذۡ قَالَ عِیۡسَی ابۡنُ  مَرۡیَمَ یٰبَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ  اِنِّیۡ  رَسُوۡلُ  اللّٰہِ  اِلَیۡکُمۡ مُّصَدِّقًا  لِّمَا بَیۡنَ  یَدَیَّ  مِنَ  التَّوۡرٰٮۃِ وَ مُبَشِّرًۢا  بِرَسُوۡلٍ یَّاۡتِیۡ  مِنۡۢ  بَعۡدِی اسۡمُہٗۤ  اَحۡمَدُ ؕ فَلَمَّا جَآءَہُمۡ  بِالۡبَیِّنٰتِ قَالُوۡا ہٰذَا  سِحۡرٌ  مُّبِیۡنٌ 

Dan ingatlah ketika ‘Isa Ibnu Maryam berkata, “Hai Bani Israil! Sesungguhnya aku Rasul Allah kepadamu sekalian, membenarkan apa yang ada sebelumku yaitu Taurat, dan memberi kabar suka tentang seorang rasul yang akan datang sesudahku, yang bernama Ahmad.” Maka tatkala ia datang kepada mereka dengan bukti-bukti yang nyata mereka berkata, “Ini adalah sihir yang nyata!” (QS. As-Shaf 61: 7).

Sekarang perhatikanlah, siapakah yang dimaksud dengan اسۡمُہٗۤ  اَحۡمَدُ “Namanya Ahmad” dalam ayat ini? Tentu apabila ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW itu sangat tepat sekali, karena beliau datang sesudah Nabi Isa a.s. dan "Ahmad" juga merupakan nama sifat Rasulullah SAW.

Namun, tidak ada salahnya juga beranggapan bahwa di dalam ayat tersebut memberikan isyarat yang sangat mendalam bahwa "Ahmad" disitu tertuju kepada seseorang wujud pecinta sejati Rasulullah SAW yang muncul di akhir zaman yang akan mendapatkan gelar sebagai Imam Mahdi sekaligus juga Nabiyullah Isa a.s. sesuai dengan pendapat para ahli tafsir mengenai ayat tersebut. (Lihat juga dalam QS. Al-Jum'ah: ayat 3-4 tentang diutusnya kembali Rasulullah SAW di kalangan kaum "Akhirin", juga dijelaskan dalam Hadits Bukhari mengenai tafsir ayat ini).

Untuk memeriksa keterangan ini, marilah kita selidiki lebih jauh:

1. Kita lihat dulu kepada namanya. Dalam ayat ini disebutkan namanya “Ahmad”. Jika kita perhatikan, maka dalam Alqur'an Karim tidak ada sebutan nama Ahmad melainkan pada ayat ini saja. Di beberapa tempat Allah SWT memanggil Rasulullah SAW selalu dengan nama “Muhammad”.

2. Abdul Mutholib sendiri menamakan cucu beliau dengan nama “Muhammad”, dan tidak pernah memanggil beliau dengan nama “Ahmad”.

3. Di dalam Hadits tidak pernah satu kali pun orang menyebut nama beliau “Ahmad”, akan tetapi senantiasa “Muhammad”.

4. Di dalam “Dua Kalimat Syahadat “ kita diwajibkan menyebut nama “Muhammad Rasulullah” dan tidak di izinkan sama sekali untuk memakai nama “Ahmad”.

5. Di dalam Azan, tidak pernah umat Islam menyebutkan nama “Ahmadur Rasulullah” melainkan “Muhammadur Rasulullah”.

6. Di dalam sholawat, tidak pernah disebut nama Rasulullahdengan “Ahmad” melainkan senantiasa “Muhammad”.

7. Rasulullah SAW senantiasa menulis surat-surat kepada raja-raja dengan tanda-tangan “Muhammad”.

8. Pada capnya sendiri, tidak pernah beliau melukiskan nama “Ahmad” melainkan nama “Muhammad”.

9. Sahabat Rasulullah SAW belum pernah sekali juga menyebut nama beliau “Ahmad”, melainkan senantiasa “Muhammad”.

10. Orang musyrikin juga di zaman itu belum pernah menyebut Rasulullah SAW di dalam mencaci-maki beliau dengan nama Ahmad 
walau hanya satu kali saja akan tetapi, senantiasanya mereka mengatakan “Muzamman”, dengan wazan (perbandingan) “Muhammad”. 

Lebih jauh marilah kita periksa pula dari sudut lainnya. Dalam ayat dari QS. Ash-Shaf ini tidak ada satu lafazpun yang diperuntukkan bagi Rasulullah SAW seperti halnya “Khataman-Nabiyyin” atau seperti “Annabiyyul-Ummi”, yang dapat memastikan, bahwa perkataan ini secara khusus untuk Rasulullah SAW sendiri. Lebih jauh dapatlah dipastikan, bahwa Rasulullah SAW sendiri belum pernah seumur hidup beliau bersabda di segala macam Hadits, bahwa ayat "Ismuhu Ahmad" ini khusus untuk beliau saja, baik itu di dalam Hadits shahih, ataupun dhoif, atau marfu’ sama sekali, ataupun mursal. 

Sekarang mari kita perhatikan, ada pula seseorang wujud dari umat Islam, yang kecintaannya kepada Allah Ta'ala dan Nabi Muhammad SAW sangat luar biasa, dan itu disaksikan sendiri oleh banyak kerabat, tetangga, sahabat dan khalayak ramai di kampungnya, yaitu Mirza Ghulam Ahmad dari Desa Qadian, India. Tepat pada tahun 1250 Hijriyah (1889 Masehi) beliau berdasarkan perintah Allah Ta'ala melalui wahyu-Nya telah menda'wakan diri sebagai Imam Mahdi yang ditunggu-tunggu umat Islam, beliau juga mengklaim mendapatkan gelar sebagai Almasih Yang Dijanjikan. 

Mirza Ghulam Ahmad lahir 13 Februari 1835 dan wafat 26 Mei 1908 (usia 73 tahun). Nama asli beliau adalah "Ahmad", adapun Mirza adalah nama gelar bangsawan keturunan dari tanah Persia, Ghulam artinya hamba sahaya, artinya beliau seperti layaknya hamba sahaya begitu sangat mencintai dan banyak memuji wujud Muhammad Rasulullah SAW melalui doa-doa shalawat dan salam beliau. Menurut tata bahasa arab "Ahmad" artinya orang yang banyak memuji, sedangkan "Muhammad" artinya orang yang banyak dipuji.

Mari kita perhatikan:

1. Ibu-bapak beliau sendiri menamakan beliau dengan nama “Ahmad”, sejak lahir. 

2. Waktu menerima bai’at orang-orang, beliau selalu berkata atau menuliskan nama beliau “Ahmad”.

3. Di dalam buku-buku karya beliau yang sebanyak 86 buku senantiasa beliau menamakan diri beliau “Ahmad”.

4. Di dalam wahyu yang beliau terima, acapkali Allah SWT memanggil dengan nama “Ahmad”.

5. Sekalipun di dalam Injil tidak disebutkan, bahwa di antara dua orang nabi itu ada seorang yang bernama “Ahmad”, akan tetapi di dalam injil itu ada diterangkan, bahwa salah seorang dari dua nabi yang akan datang kemudian itu ialah Al-Masih sendiri, artinya Al-Masih akan datang dua kali.

Kemudian di dalam ayat lanjutannya dikatakan:

وَ مَنۡ  اَظۡلَمُ مِمَّنِ افۡتَرٰی عَلَی اللّٰہِ الۡکَذِبَ وَ ہُوَ  یُدۡعٰۤی  اِلَی الۡاِسۡلَامِ ؕ 

Artinya: “Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang-orang yang berdusta terhadap Allah, dan sedang ia dipanggil kepada Islam?” (QS. As-Shaf 61: 8).

Kalau ayat ini ditujukan secara khusus kepada Nabi Muhammad Rasulullah SAW tentulah tidak akan berbunyi وَ ہُوَ  یُدۡعٰۤی  اِلَی الۡاِسۡلَامِ ؕ  “Marilah masuk Islam”, karena Nabi Muhammad Rasulullah SAW sendiri yang membawa Islam, dan memanggil orang-orang: “Masuklah Islam”. Jadi jelas, bahwa nama Ahmad disitu, memiliki isyarat nubuatan bahwa kepada sesorang yang bernama "Ahmad" itu nantinya dia akan akan diseru oleh para ulama-ulama di akhir zaman "marilah masuk Islam", karena beliau dianggap kafir dan sesat akibat penda'waannya.

Kemudian di dalam ayat lanjutannya dikatakan:

یُرِیۡدُوۡنَ  لِیُطۡفِـُٔوۡا  نُوۡرَ اللّٰہِ  بِاَفۡوَاہِہِمۡ وَ اللّٰہُ  مُتِمُّ  نُوۡرِہٖ  وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡکٰفِرُوۡنَ 

"Mereka hendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka, tetapi Allah akan menyempurnakan cahaya-Nya, walau pun orang-orang kafir tidak menyukai" (QS. As-Saff 61: 9).

Ayat ini pun menunjukkan pula dengan lebih nyata bahwa nama "Ahmad" ini akan menghadapi permusuhan sengit, yang mana Jemaahnya akan mendapatkan serangan melalui mulut-mulut, artinya akan banyak hembusan fitnah di akhir zaman terhadap beliau. Kalau kita perhatikan, kalau untuk zaman Rasulullah SAW orang-orang mau menghapuskan agama Islam itu dengan senjata, bukan dengan mulut (keterangan-keterangan), hingga orang-orang Islam pada waktu itu banyak yang syahid. 

Kemudian di dalam ayat lanjutannya dikatakan:

ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ 

"Dialah Yang mengirimkan Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai" (QS. As-Saff 61: 10).

Kalau kita sesuaikan ayat ini dengan Hadits Rasulullah SAW maka soal ini menjadi lebih jelas lagi. Rasulullah SAW bersabda, bahwa “di akhir zaman agama Islam akan menang di atas sekalian agama”, artinya di zaman itulah agama Islam akan “sempurna”. 

Kita lihat penduduk dunia saat ini sekitar 8 milyar, dan jumlah umat Islam hanya 1,1 milyar, artinya mayoritas penduduk dunia saat ini masih belum mengakui agama Islam dan kenabian Muhammad SAW. Maka melalui kedatangan Imam Mahdi bernama "Ahmad" dan Jamaahnya itulah yang berproses akan meneruskan perjuangan "kemenangan" menyeluruh agama Nabi Muhammad SAW yang tertunda dari 14 abad silam.

Hal ini sejalan juga dengan penjelasan para Ahli Tafsir mengenai ayat-ayat tersebut, seperti yang dikatakan oleh Abu Hurairah r.a. dan ditulis oleh Mujahid di dalam kitabnya. Dan lagi diterangkan oleh Abu Haiyan di dalam tafsir “Bahrul Muhit” begini:

وَقَالَ أَبُوْ هُرَيْرَةَ وَالْبَاقِرُ وَجَابِرٌبْنُ عَبْدِاللّهِ إِظْهَارُ الدِّيْنِ عِنْدَ نُزُوْلِ عِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَرٌجٌوْعُ الْأَدْيَانِ كُلِّهَا إِلَى دِيْنِ الْإِسْلَامِ كَأَنَّمَا ذَهَبَتْ هذِهِ الْفِرْقَةُ إِلَى إِظْهَارِهِ عَلَى أَتَمِّ وَجُوْهِهِ حَتَّى لَا يَقْبَى مَعَهُ دِيْنٌ آخَرَ 

Abu Hurairah, Bakir dan Jabir Ibni Abdillah berkata: “Agama Islam akan unggul yaitu di waktu Nabi Isa Ibnu Maryam turun, dan di waktu kembalinya semua agama kepada Islam, waktu itu seolah-olah tidak ada agama lainnya selain daripada Islam sebagai agama terakhir". 

Seperti ini juga Ibnu Jarir berkata di dalam Kitabnya juz 15, bahwa ayat ini akan terjadi bila Nabi Isa turun. Dari semuanya ini kita dapat mengambil kesimpulan, bahwa ayat ini adalah berhubungan dengan Almasih akhir zaman, dan Almasih ini namanya “Ahmad”, yang tersebut di dalam Al-Qur’an. Karena Imam Mahdi itu adalah gelar dan Almasih juga adalah gelar yang dianugerahkan untuk satu orang wujud di dalam umat Nabi Muhammad SAW, sebagaimana ada Hadits masyhur berbunyi:

وَلَا الْمَهْدِىُّ إِلَّا عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda "Dan tiada Mahdi melainkan Isa Ibnu Maryam itu sendiri" (HR. Ibnu Majah, Kitabul Fitan, Bab Syiddatuz Zamaan, Jilid 2, halaman 1341).

Semoga bermanfaat,


Wassalamu manittaba'al hudaa..

Post a Comment

0 Comments