KUNCI TEGAKNYA DAARUL ISLAM KHILAFAH ISLAMIYAH


Oleh : Mln. Neki Firdaus

Penegakan Khilafah Islamiyah terus dikampanyekan oleh mereka yang concern terhadap penegakan Syaiat Islam.

Wacana ini sudah sangat dipahami urgensinya tanpa harus diperdebatkan lagi. Keberadaannya sangat penting untuk menjaga persatuan umat, dan menentukan arah perjuangan serta memberikan komando bergerak ke kanan atau ke kiri.

Suatu hal yang mengherankan tentunya, bahwa sedemikian besar jumlah umat Islam di dunia namun tidak memiliki Khalifah (pemimpin) untuk ditaati.
Sejatinya khilafah merupakan karunia Allah Subhanahu wata’ala yang dijanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh [Qs. An-Nur 24:55].

Karunia ini sedemikian besar pengaruhnya terhadap kemajuan Islam secara ruhani dan jasmani. Oleh karena itu, sudah selayaknya seluruh umat Islam di seluruh dunia menyatukan hati, pikiran dan doa untuk menggetarkan Arasy Ilahi, supaya janji khilafat segera mewujud ditengah-tengah orang yang beriman.

Umat ini merindukan kemanan, jauh dari rasa takut, dan kita merindukan keselamatan dan keamanan, jauh dari kesedihan. Namun fakta yang terjadi adalah sebaliknya, nampak dihadapan mata kepala kita pertikaian dan peperangan terus menerus terjadi di wilayah negara-negara yang nota bene berpendudk muslim.

Nash-nash yang berkaitan dengan wacana Khilafah Islamiah tidak dijelaskan secara eksplisit dalam al-Quran, hanya berupa ayat-ayat Mutasyabihat. Walhasil, ada penafsiran berbeda tentang bentuk dan corak pemerintahan Islam yang dikehendaki.

 Ada yang berpendapat bercorak kerohanian, ada juga yang berpendapat dalam corak formalisasi agama (Darul Islam). Karena itu, dari sekian banyak negara yang dihuni umat Islam dan terhubung dengan Organisasi Konferensi Islam (OKI), yang secara tegas menyebut sebagai Negara Islam hanya Negara Pakistan, Iran, Komoros, dan Mauritania saja. Artinya dasar pemerintahan Islam tidak menjadi pilihan untuk memajukan bangsa dan Negara.

Satu hal yang pasti dan telah tercatat dalam sejarah, bahwa kejayaan Islam di era Rasulullah Shallahu ‘alahi wasallam dan para sahabat radiayallahu anhum, selama kurun waktu 3 abad adalah dengan cara membumikan ajaran Islam secara Kaffah alias tegaknya khilafah Islamiyah dalam corak kerohanian [HR. Bukhari].

Selanjutnya al-Quran mengisyaratkan tentang masa kemunduran Islam selama 1000 tahun [Qs. As-sajdah 32:6). Hal ini ditandai dengan Inna qaumiitakhidzu hadal quraana mahjuura [Qs. Al-Furqan 25:31], yakni ummat ini telah meninggalkan al-Quran.

Hal senada telah terucap dari lisan suci Nabi Agung Muhammad Shallahu ‘alahi wa sallam bahwa, “Akan tiba suatu masa bahwa Islam tinggal namanya, al-Quran tinggal tulisannya saja, masjid-mesjid indah namun jauh dari petunjuk, dan ulama-ulama pada saat itu seburuk-buruk makhluk di atas muka bumi karena dari mulutnya keluar fitnah” [HR. Bukhari].

 Dapat dikatakan bahwa Kemunduran Islam terjadi karena melemahnya kualitas iman, ketaqwaan telah hilang dan ajaran Islam ditinggalkan. Dan yang menggantikannya adalah Hubbud dunya –kecintaan terhadap dunia--, menyenangi kehidupan, kedudukan dan kemegahan dunia, Jauh dari spiritualitas. Inilah era dimana fitnah Dajjal ya’juz wa ma’juz menguasai dan memenuhi bumi di daratan dan lautan.

Berkaca pada masa awal kejayaan Islam, hegemoni Islam tidak tegak dengan keberadaan Darul Islam. Darul Islam hanya merupakan bentuk dari konsekwensi logis dari upaya-upaya membumikan ajaran Islam dalam setiap aspek kehidupan.

Islam tidak membutuhkan tempat, ruang dan waktu, karena Islam adalah rahmatan lil’alamin. Semua tempat, ruang dan waktu adalah Islam. Apabila Islam membutuhkan tempat, ruang dan waktu artinya Islam tidak dapat menjadi rahmat bagi semua.

Islam tidak bisa diterima di semua tempat atau kalangan. Islam hanya diperuntukan bagi bangsa tertentu saja. Islam hanya bagi masyarakat tertentu saja. Yang tentu hal ini bertolak belakang dengan kesempurnaan ajaran Islam.

Landasan dasar Islam adalah Tauhid Ilahi, artinya Islam berpijak pada spiritualitas. Tujuan Islam jauh lebih besar dan lebih tinggi serta lebih mulia diatas tujuan-tujuan duniawi dari sekedar Darul Islam.

 Adalah benar bahwa Tuhan menjanjikan bagi orang-orang beriman, bahwa Dia akan mewariskan bumi bagi mereka dan menjadikan mereka raja-raja, namun perlu diingat bahwa sempurnannya janji ini dengan mengedepankan spiritualitas bukan yang lain. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa karunia berdirinya Darul Islam tidak lebih dari sebuah ganjaran (reward) atau hadiah yang Allah subhanahu wata’ala berikan kepada orang-orang beriman atas prestasinya mengamalkan perintah dan larangan Allah subhanahu wata’ala.

Mari kita tegakkan uswah hasanah Nabi Karim Muhammad Shallahu ‘alaihi wasallam dalam menegakkan dan menghidupakan syariat ajaran Islam.

Ajaran Islam telah teruji lebih dari 1400 tahun dan tetap memperlihatkan kekuatan dan keagungan serta fleksibilitasnya ditengah perkembangan peradaban dunia. Islam itu terkait dengan spiritualitas dan wilayahnya adalah hati. Hati tidak dapat ditundukan dengan benturan-benturan. Hati hanya dapat ditundukan oleh cinta kasih.

Maka lebarkanlah sayap kasih sayang, buang dan kubur dalam-dalam sikap egois, dan kebencian, karena Islam tidak memiliki hubungan dengan kebencian.

Mari kita bangun keimanan dengan menegakkan amal saleh yang melaluinya layastakhlifannahum fil ardhi mewujud sesuai taqdir dan keridloan-Nya.
Kita tidak perlu khawatir dan gelisah mengenai janji Tuhan tentang kemengan Islam. Bagaimana mewujudkannya dan bagaimana meraihnya. Sunnatullah tidak akan pernah berubah, hal ini pasti terjadi. Hukum Tuhan berlaku, siapa yang menanam ia yang akan memanen, siapa yang yang menabur ia yang kan menuai. Mari kita menanam benih benih keimanan dan ketaqwaan, mari kita menabur cinta kasih dan kelemah lembutan, mari kita warnai dunia dengan kedamaian yang sejati dengan bersama rukuk dan sujud dihadapan Yang Maha Percipta, Penguasa Alam Semetsta, Allah Subhanahu wata’ala.

Inilah kunci tegaknya Darul Islam (Khilafah Islamiah) menegakan dan menghidupkan Islam secara kaffah --yuhyiddin wa yuqiimusy syariah.

Post a Comment

0 Comments