Olahraga dan Silaturahim





Oleh : Mln. Mahmud Ahmad Syamsuri. S

Olahraga dan Silaturahim
"Pak Ustad, apa hubungan olahraga (Badminton) dan silaturahim...???"
"Pak Ustad" sapaan akrab dari teman-teman di salah satu Club Badminton yang saya ikuti.
Pertanyaan yang tercetus dari salah seorang teman di atas di sela-sela menunggu giliran untuk bermain badminton di salah satu Club Badminton yang saya ikuti di mana bertugas saat ini. 
Mendengar pertanyaan seperti demikian, bukanlah hal yang sulit untuk dijawab namun yang menjadi pemikiran di benak kita apa yang akan menjadi jawaban dapat menjadi jawaban dan juga keterangan yang tentunya bukan hanya untuk menjawab pertanyaan dari sang penanya saja. Sebab, di antara penanya ada teman yang nonmuslim dan juga ada di antara mereka yang ingin mengetahui lebih jauh dari sosok sang Ustad.
Sambil melihat dan mengamati roman serta mimik dari antara teman-teman yang ada, sang Ustad menjawab dan mulai menjelaskan :
"Ajaran Islam (muslim) mengajarkan kepada kita bahwasanya dari Abu Hurairah r.a.  ia berkata : Saya mendengar  Rasulullah s.a.w. bersabda : 
'Siapa yang ingin rezekinya dibanyakkan (lapangkan) dan umur dipanjangkan, hendaklah ia menghubungkan silatur-rahim.' (Mutiara Hadist Shahih Bukhari)
Olahraga satu dari sekian banyak untuk umat manusia untuk mengenal satu sama lain, dan bukankah dengan kita mengenal satu sama lain itu termasuk dari silaturahim...?"
Sampai disitu sang Ustad berhenti sejenak memberikan jawaban sambil menunggu respons dari teman-teman. Melihat kondisi yang semua terdiam, sang Ustad melanjutkan:
"Ajaran Islam (muslim) mengajarkan untuk kita saling mengenal. Di dalam olahraga tentu tidak akan ada di sana yang akan dilihat apakah itu suku bangsa, ras, etnis dan sebagainya." 
Sampai di sana banyak teman-teman yang nampak serius dan semangat  untuk menunggu penjelasan berikutnya.
"Naaah.... di olahraga badminton yang kita ikuti ini pun bagaimana silaturahim itu bisa terwujud..!!" Ujar sang Ustad. Maka, menurut saya tatkala kita main badminton sportifitas dan juga kejujuran kita terkadang teruji.
Karena tujuan kita selain berolahraga untuk menjaga kesehatan juga menyambung tali silaturahim, sudah barang tentu, bukan hanya ambisi untuk menang saja sehingga kita mengesampingkan kejujuran kita. Dengan mengatakan bola keluar padahal bola masuk atau sebaliknya dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri...!!
"Di saat kita sedang berolahraga, emosi, adrenalin kita sedang terpacu. Jadi, tatkala  sedang berolahraga tentunya kita harus mampu atau dapat mengendalikan otak depan dan otak belakang kita untuk bisa singkron dan  hati nurani pun juga tidak terabaikan."
Penjelasan demi penjelasan yang disampaikan oleh sang Ustad menjadikan suasana menjadi lebih hangat, sampai tiba giliran untuk bermain. Sambil berujar sang Ustad berkata, "Oohh giliran saya ya sekarang?"
Pertanyaan-pertanyaan yang renyah dan menghangatkan suasana seperti itu kerap kali dilontarkan oleh tema-teman di Club badminton, dengan berbagai pertanyaan baik itu tentang Infak, masalah salat, umroh, haji dan sebagainya.
Situasi dan kondisi demikian yang selalu dinantikan oleh sang Ustad untuk bisa menjelaskan atau menyampaikan inti ajaran Islam. Selain berolahraga dan bersilaturahim, sang Ustad juga bisa bertabligh. 
Tak ketinggalan dari sekian banyak pertanyaan-pertanyaan yang terlontar, sang Ustad memasukkan ajaran-ajaran Jemaat atau apa yang dilakukan dan  apa yang menjadi ajaran kita sebagai seorang Ustad dari kelompok Muslim Ahmadiyah.
Dengan demikian Saudara-saudara, bertabligh adalah suatu keniscayaan bagi seorang Ahmadi guna menyampaikan kebenaran-kebenaran Islam dan juga untuk menyampaikan kebenaran seorang juru selamat di akhir zaman.
Wallahu a’lamu bis-showaab... 

Post a Comment

0 Comments