HUBUNGAN MANUSIA DAN KESEMPURNAAN ISLAM






Oleh : Mln. Basyarat Ahmad Sanusi

Agama samawi bukanlah hasil karya cipta manusia, semua aturannya berdasarkan wahyu-wahyu Tuhan, maka pada prinsipnya semua agama yang berasal dari Tuhan mengajarkan hal yang sama, yakni Tuhan itu Esa, sembahlah Dia, Tuhan seru sekalian alam. 

Lalu, apa yang berbeda hingga menyebabkan dunia harus mengenal berbagai agama? Jawaban paling mungkin dapat dikemukakan di sini adalah kenyataan bahwa manusia itu sendiri mengalami kemajuan berpikir secara bertahap, sementara keberadaan agama bertujuan membimbing manusia yang telah berada pada tahap di mana akalnya telah mampu mengemban hukum-hukum Tuhan. 

Itulah sebabnya, agama belum diberikan kepada manusia pertama, tetapi di berikan kepada manusia zaman Adam a.s. sebagai nabi pertama. Landasan pemikirannya terdapat dalam permulaan surat Al-Dahr ,“Bukankah telah datang kepada manusia suatu masa, ketika belum menjadi sesuatu yang belum layak disebut “.

Hemat saya, masa yang disebut ayat ini ketika wujud manusia telah ada, tetapi karena masih begitu primitif kehidupannya, maka ia belum menjadi sesuatu yang layak disebut manusia, karena itu syariat Tuhan belum dibebankan kepadanya.  

Kemampuan berpikir ras manusia berjalan berevolusi, maka agama samawi pun diturunkan secara bertahap sesuai zaman dan kondisinya, maka yang berbeda dari setiap agama samawi bukan pada inti ajarannya melainkan berbeda tahapannya, karena pemikiran manusia berevolusi dan agama mengimbangi secara bertahap maka mesti keduanya sampai ke tahap akhir yang paling sempurna. 

Hal ini merupakan sifat Rubbubiyat Tuhan, yang selalu menciptakan sesuatu dari tahap dasar, kemudian mengembangkannya hingga mengantar ke puncaknya yang paling sempurna.(Al-Qur’an dan tafsir Singkat, PB. JAI, 2014, catatan kaki no.6 h 8)

Hubungan evolusi jasmani dan rohani manusia yang sama-sama telah mencapai puncak kesempurnaannya hanya dikemukakan kitab Suci Alquran, seperti kita ketahui Allah Swt. berfirman :

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (QS.At-Tin :4)

Setelah mengumumkan bahwa penciptaan bentuk fisik manusia telah sampai pada sebaik-baik bentuk maka ayat terakhir yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw, mengumumkan bahwa syariat yang diturunkan bagi keperluan manusia pun merupakan puncaknya, wahyu itu berbunyi :

 الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا 

"..Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. (QS.5:3)

Surat At-Tin membicarakan kesempurnaan manusia secara fisik sedangkan Surat Al-Maidah ayat 3 ini, membicarakan kesempurnaan syariat bagi manusia, nyatalah kepada kita bahwa Allah Swt. menurunkan syariat bagi kemuliaan rohani manusia, mengikuti perkembangan manusia secara fisik dan kondisi psikisnya. Mengenai kesempurnaan Islam Allah Swt, menegaskan lagi bahwa:

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ 

Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. (QS. 3:19)

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS.3:85).

Selaras dengan keterangan ayat di atas Rasulullah Saw. sendiri bersabda bahwa :

ان مثلى ومثل لانبياء من قبلى كمثل رجال بنا بنيانا فاحسنه واجمله الا موضع لبنة من زاوية من زواياه فجعل الناس يطوفون ويتعجبون له......فانا اللبنة وانا خاتم النبين

“ Misal aku dengan nabi-nabi sebelum aku seperti seorang laki-laki yang telah mendirikan gedung yang indah tetapi ada ketinggalan sebuah bata pada salah satu sudutnya, orang-orang tercengang melihat keindahannya, namun mereka bertanya, kenapa tidak engkau pasang satu bata yang ketinggalan itu, ....Akulah bata itu dan aku juga kesudahan nabi-nabi (Bukhori dan Muslim).
Nabi-nabi membangun umat melalui syariat, baik melalui syariat yang dibawanya sendiri maupun hanya melanjutkan syariat rasul sebelumnya. Dari hadis di atas kita bisa mengetahui bahwa bangunan syariat yang didirikan nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad Saw., nyaris sempurna, tinggal satu bata lagi yang belum terpasang dan bata terakhir itu adalah syariat Islam. 

Setelah terpasangnya syariat Islam pada umat manusia maka bangunan syariat Ilahi telah sempurna, tidak ada lagi pertanyaan tersisa yang tidak bisa dijawab syariat agama, sebab Islam telah mencakup seluruh keperluan manusia.

Masa berlaku sebuah syariat agama dibatasi oleh syariat berikutnya, seperti contoh syariat nabi Nuh a.s. berakhir ketika datang syariat Nabi Ibrahim a.s. dan masa waktu syariat Ibrahim a.s. sampai datangnya syariat nabi Musa a.s.. Kemudian, hadirlah Islam dengan deklarasi khusus datang sebagai syariat terakhir yang berlaku sampai datangnya As-Sa’ah (kiamat). 

Kendati Islam dikukuhkan sebagai agama samawi terakhir, bukan berarti sama sekali terpisah dari agama-agama samawi terdahulu, bahkan bisa dikatakan Islam adalah puncak tangga agama samawi terdahulu maka Islam memberi koridor akan korelasinya dengan agama-agama terdahulu seperti tertulis dalam surat Al-Baqoroh ayat : 107

Ayat mana pun yang Kami mansukhkan atau Kami biarkan terlupa, Kami mendatangkan yang lebih baik darinya atau yang semisalnya. Tidak tahukah engkau bahwa Allah swt. Maha Kuasa atas segala sesuatu ?

Ayat yang disebut dalam ayat ini sebagai mansukh, menunjuk kepada wahyu-wahyu terdahulu. 

Dijelaskan bahwa kitab suci terdahulu mengandung dua macam perintah: pertama yang menghendaki penghapusan karena keadaan sudah berubah dan karena keuniversalan wahyu baru itu, menghendaki penghapusan. Kedua, yang mengandung kebenaran kekal-abadi atau memerlukan penyegaran kembali sehingga orang dapat diingatkan kembali akan kebenaran yang terlupakan. (The Holly Qur’an With Translation and Comentary In Indonesia, catatan kaki no 132)

Singkat kata, Islam menghapuskan beberapa aturan yang sudah tidak berlaku dari agama sebelumnya dan menggantikannya dengan syariat baru yang lebih maju, akan tetapi tetap memelihara ajaran agama terdahulu yang mengandung kebenaran abadi. Misalnya, menyembah kepada Tuhan diajarkan semua agama tentu dilestarikan sebagai esensi dari ajaran agama, tetapi cara penyembahan kepada Tuhan telah disempurnakan dalam Islam.

Demikian, sekilas hubungan manusia dengan kesempurnaan Islam. Adanya sebutan agama yang berbeda-beda tidak menunjukan bahwa Tuhan berbilang, akan tetapi agama-agama samawi itu datang dari Wujud Yang Maha Esa yang datang sesuai zaman dan kondisi umat manusia.

Post a Comment

0 Comments