Hadits: Ganjaran Puasa Diampuni Dosa yang Lalu

pahala ganjaran puasa diampuni dosa lalu


Salah satu keutamaan puasa Ramadhan adalah diampuninya dosa-dosa kita yang telah lampau. Hal itu telah dijanjikan oleh Rasulullah (shallallahu 'alaihi wasallam)

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، قَالَ حَفِظْنَاهُ وَإِنَّمَا حَفِظَ مِنَ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ـ رضى الله عنه ـ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏ "‏ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ، وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ ‏"‏‏.‏ تَابَعَهُ سُلَيْمَانُ بْنُ كَثِيرٍ عَنِ الزُّهْرِيِّ‏.‏

Dari Abu Hurairah (ra), dari Nabi (shallallahu 'alaihi wasallam) beliau bersabda: Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Dan barangsiapa yang bangun pada lailatul qadr dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. [Sahih al-Bukhari, Kitabu Fadhli Lailatil Qadr, bab fadhli lailatil qadr)

Ganjaran yang begitu agung tersebut sudah semestinya memacu semangat kita untuk lebih giat dalam berpuasa. Tetapi karunia pengampunan itu tidak didapatkan tanpa syarat, syarat utamanya adalah dengan penuh keimanan dan muhasabah diri untuk meraih pahala dari Allah. Jadi dosa-dosa kita akan diampuni ketika kita meningkat dalam eimanan, menaruh perhatian pada titik-titik kelemahan diri,  melakukan muhasabah atau koreksi diri,  mengawasi tindakan-tindakan kita, fokus untuk memenuhi hak-hak Allah, memenuhi hak-hak sesama manusia dan berusaha untuk melakukan tindakan-tindakan sesuai yang dikehendaki oleh Allah, maka hanya dengan begitu ia akan dianugerahi ampunan untuk dosa-dosanya di masa yang lalu.

Namun, harap diketahui tentu tidak cukup dengan hanya berkata-kata saja bahwa kita berpuasa dengan keimanan dan koreksi diri dan mengharap pahala kemudian dosa-dosa kita yang lampau pasti diampuni. Berpuasa dengan keimanan dan muhasabah diri maknanya ialah kita harus terus menempatkan keadaan iman kita pada kriteria yang dapat meningkatkan hubungan kita dengan Allah Ta’ala. Dan kriteria itu ialah kriteria pengamalan perintah-perintah-Nya. Kita hendaknya melihat apakah kita mengamalkan perintah-perintah-Nya ataukah tidak?

Pada kenyataannya, ada dua jenis keimanan pada Tuhan. Yang pertama adalah terbatas hanya di bibir saja – yang tidak punya pengaruh dalam perbuatan dan tindakan. Jenis keimanan yang kedua keimanan yang disaksikan dengan amalan dan tindakan. Jadi keimanan hakiki dapat dilihat dari kondisi kedua itu. Banyak orang yang mengaku beriman tetapi perhatiannya masih condong pada dunia dan banyak melakukan perbuatan dosa. 

Bulan Ramadhan menyediakan bagi kita suasana khusus yang jika satu sama lain saling memperhatikan maka secara otomatis akan menaruh perhatian pada ibadah-ibadah dan kebaikan-kebaikan. Dalam atmosfir demikian kita akan fokus pada ibadah-ibadah dan kebaikan-kebaikan, kita memperhatikan usaha-usaha amal-amal saleh dan istighfar atas dosa-dosa masa lalu dengan kerendahan hati di hadapan Allah dan selanjutnya hendaknya kita jadikan ibadah-ibadah Ramadhan dan perubahan suci di dalamnya sebagai bagian tetap dari kehidupan kita di masa mendatang. Kita harus berusaha sungguh-sungguh untuk tidak mendekati lagi dosa-dosa tersebut yang mana kita telah diampuni selama bulan Ramadhan. Kita menjaga pula pintu-pintu surga yang telah dibukan untuk kita di bulan Ramadhan akan terus terbuka di bulan yang sleanjutnya. Maka, kita harus berusaha keras merendahkan diri kepada Allah serendah-rendahnya demi tetap merasakan manfaat aliran-aliran karunia-Nya dan menyempurnakan capaian-capaian yang diperlukan demi ketakwaan yang mana telah Allah Ta’ala tetapkan sebagai tujuan berpuasa.

Post a Comment

0 Comments