Orang Salah Lahir dari Orang Saleh yang Salah Memilih Ustadz



Oleh : Mln. Bilal Ahmad Bonyan


Bulan Oktober 2019 begitu dinanti oleh para pecinta Film, “release” film terbaru “Joker” ramai diperbincangkan di dunia maya. Namun, bukan “content” film yang menjadi fokus perhatian masyarakat, melainkan “quote” dari tokoh fiksi antagonis ini menjadi begitu fenomenal. “Orang Jahat lahir dari orang baik yang tersakiti” merupakan kata kata mutiara yang diucapkan oleh “joker” dalam film tersebut. Sontak netizen negeri +62 (Indonesia) memunculkan berbagai “quote” yang senada dengan itu. 

Salah satu “quote” yang menarik perhatian saya adalah “orang Jahat lahir dari orang baik yang salah memilih ustadz.” "Quote" yang ditampilkan dalam bentuk "meme" ini terdengar begitu sensitif, melihat kedudukan ustadz atau guru begitu penting dalam pembentukan masyarakat yang berilmu dan berakhlak. 

Ustadz yang berilmu merupakan ulama yang memiliki kedudukan istimewa dalam Islam. Bahkan, Nabi Muhammad saw bersabda :

“Innal “ulamaa’a warotsatul anbiyaa’i innal anbiyyaa’a lam yuwarritsuu diinaaron walaa dirhaman innamaa warrotsul ‘ilma...” 

“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh, para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu...” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Abu Daud dan ad-Darimi)   

Ulama adalah khazanah yang dapat memperkaya umat dengan ilmu dan petunjuk. Ulama adalah mata air yang akan menyediakan air berkualitas untuk diminum oleh umat, air yang dapat menghilangkan dahaga umat, air yang dapat membersihkan kotor yang menempel dipikiran dan akhlak umat. Ulama merupakan bintang yang bersinar terang, menyinari jalan umat di kegelapan, cahaya yang membimbing umat sehingga tidak salah dalam memilih jalan dan terjerumus kedalam jurang kehancuran. 

Begitu mulia kedudukan ulama, Nabi Muhammad s.a.w. menjelaskan berkenaan dengan kedudukan ulama dalam Islam, bersabda :

“ulama ummatii ka anbiyaa bani isrooil”

“Ulama di dalam umatku seperti nabi-nabi bani Israil”

Ulama merupakan golongan yang sangat istimewa. Di satu sisi mereka adalah umat nabi, di sisi lain mereka adalah pembimbing umat nabi. Bahkan, ulama saleh ada figur figur suci yang terpancar darinya cahaya karomah. Ulama saleh adalah pribadi yang para malaikat merupakan sahabatnya, yang selalu meng-amin-kan setiap doa yang dipanjatkannya. 

Ulama saleh adalah sahabat Allah s.w.t. berbincang (mukallamah) dan membagikan ilmu-Nya (Mukhoththobah). Inilah, ulama yang Nabi Muhammad s.a.w. memerintahkan agar umat mengikutnya, beliau bersabda:

“ittabi’ul ulamaa’a fainnahum suruuhud dunya..”

“ikutilah para ulama karena sesungguhnya mereka adalah pelita pelita dunia...” (HR. Ad-Darimi)

Akan tetapi pada kondisi zaman seperti ini, zaman yang mayoritas tokoh dari berbagai agama telah menjelaskan bahwa ini adalah zaman akhir, umat harus hati hati dan teliti dalam memilih dai, ustadz atau ulama yang akan dijadikan penuntun dan panutan. 

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Sahabat Hudzaifah bin Yaman r.a., Nabi Muhammad s.a.w. menjelaskan mengenai keburukan zaman yang terjadi dalam umat Islam, salah satunya adalah banyaknya dai dai “palsu”.

Dari Hudzaifah al-Yaman r.a. beliau berkata : Manusia bertanya kepada Rasulullah s.a.w. tentang hal hal yang baik. Tetapi, aku bertanya kepada beliau saw tentang hal hal yang buruk agar jangan sampai menimpaku. Aku bertanya : “Wahai Rasulullah s.a.w., dahulu kami berada dalam keadaan jahiliyah dan keburukan lalu Allah swt mendatangkan kebaikan (Islam) ini. Apakah setelah kebaikan ini akan datang keburukan? Beliau s.a.w. bersabda : “Ya.” Aku bertanya : 

Dan apakah setelah kejelekan ini akan datang kebaikan? beliau s.a.w. bersabda : “Ya, tetapi di dalamnya ada ‘asap’.” Aku bertanya : Apa asap itu? beliau s.a.w. bersabda : “suatu kaum yang membuat ajaran bukan dari ajaranku, dan menunjukan kepada selain kepada petunjukku. Engkau akan mengenal mereka dan memungkirinya.” Aku bertanya : Apakah setelah kebaikan ini akan datang keburukan lagi? beliau saw bersabda : “Ya, (akan muncul) para dai yang menyeru ke neraka jahanam. 

Barangsiapa yang menyambut seruan mereka, maka mereka pun akan menjerumuskan ke dalam neraka.” Aku bertanya : Ya Rasulullah, sebutkan ciri ciri mereka kepada kami.! Beliau s.a.w. bersabda : “kulit mereka seperti kita, dan berbicara dengan bahasa kita.” Aku bertanya : Apa yang Rasulullah s.a.w. perintahkan kepadaku jika aku temui keadaan seperti itu? Beliau s.a.w. bersabda : “Pegang erat-erat jamaah kaum muslimin dan imam mereka.” 

Aku bertanya : Bagaimana jika tidak ada imam dan jamaah kaum muslimin? Beliau s.a.w. bersabda : “Tinggalkan semua Firqoh-Firqoh (kelompok) itu, walaupun kau menggigit akar pohon hingga ajal mendatangimu.” (HR. Bukhari)

Hadits yang menjelaskan tentang berbagai keburukan yang akan dialami oleh umat ini, hendaknya menjadi pelajaran sekaligus perhatian serius oleh umat Islam, khususnya berkaitan dengan para dai yang menyeru ke neraka jahanam. Apabila dilihat dari isi ceramah yang disampaikan oleh para dai, tidak mungkin ada seorang dai pun yang secara narasi dengan terbuka mengajak umat islam untuk masuk ke dalam neraka. Apalagi dihiasi dengan wajah kearab-araban atau  berbahasa arab dengan fasih, tidak mungkin masyarakat awam berfikir bahwa dai, ustadz atau ulama tersebut mengajak masuk ke dalam neraka. 

Agar umat islam mendapatkan penjelasan yang lebih dalam dan dapat membedakan antara “Ulama saleh"  dan “Ulama salah” hendaknya memperhatikan Firman Allah swt berfirman berikut :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ - كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu tidak kerjakan. Besar kebencian disisi Allah apabila kamu mengatakan apa apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. Ash-Shaf : 2-3)

Dengan menelaah ayat ini, umat dapat melihat dan membedakan ciri seorang ulama yang saleh dan ulama yang hanya pandai berceramah dengan dibumbui bahasa arab yang fasih. Seorang ulama yang saleh terkadang tidak “menarik” dalam berceramah tetapi menarik dalam amaliah. Sedangkan, ulama yang salah, di atas mimbar begitu menggebu, tetapi yang disampaikan tidak sejuk di kalbu. Bahkan, ulama yang seperti ini banyak yang tergelincir oleh ucapannya sendiri. 

Hadits yang diriwayatkan oleh Khalifah Ali bin Abi Thalib r.a. memperjelas ciri ulama yang tidak patut untuk diikuti oleh umat. Rasulullah s.a.w. bersabda :

“...akan datang pada manusia suatu zaman, Islam tidak tinggal kecuali hanya namanya, dan tidak tinggal dari Al-Quran kecuali tulisannya. Masjid masjid megah tapi kosong dari petunjuk. Ulama mereka adalah yang paling jahat di bumi, dari mulut mereka keluar fitnah dan (akibat) fitnah itu akan kembali pada mereka sendiri.” (HR. Al-baihaqi)

Umat hendaknya tidak “percaya” begitu saja dengan setiap materi ceramah yang disampaikan oleh para dai. Apalagi, yang berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain yang berbeda pemahaman dengan penceramah. Umat sebaiknya memiliki sikap “kritis” terhadap apa yang disampaikan dengan mengedepankan “tabayyun” meminta penjelasan langsung dari sumber utama. 

Nabi Muhammad saw mengingatkan akan hadirnya orang-orang yang seperti ulama tetapi fitnah pun mereka sampaikan kepada umat. Siapa yang pecaya dan mengikuti fitnah tersebut, mereka akan terjerumus ke dalam jahanam yang dibuka oleh “ulama salah” tersebut.

Wassalam

Salaamun 'alaa man ittaba’a al-hudaa.

Post a Comment

5 Comments