1886





Oleh : Mln. Tarmidzi Ali

Salah satu tujuanmu akan dicapai di Hoshiarpur. (Wahyu Hadhrat Masih Mau’ud as dimuat di surat kabar Al-Badr, vol. 6, no. 36, 5 September 1907, hal, 10) 

Pada 22 Januari 1886 Hadhrat Masih Masih as telah tiba di Hosyiarpur, dan beliau as tinggal di sebuah rumah dari seorang sahabatnya yang bernama Maher Ali ra, di sebuah tempat yang terpisah jauh dari hiruk pikuk kesibukan dan keramaian duniawi, dengan tujuan agar beliau as dapat beribadah dengan fokus utama pada kekusyu’an dan ketundukan hati penuh dihadapan Wujud Sang Kekasih Rabbul ‘Alamin – Yang Maha Pemurah – Yang Maha Penyayang. 
Di sana, Hadhrat Masih Mau’ud as bermukim selama dua bulan, atas perintah Allah Ta’ala beliau as telah mengambil waktu secara khusus selama 40 hari dan 40 malam tenggelam penuh dalam berdoa, penuh dengan keharuan dan keperihan hati kepada-Nya demi untuk kelanjutan dan kebangkitan umat Islam, terkhusus untuk kemajuan akhlak dan kerohanian mereka di masa-masa mendatang. 
Dari sejumlah wahyu, mimpi, kasyaf – pengalaman rohani yang sudah beliau as terima, di antaranya ada terdapat sebuah nubuwatan agung yang sangat terkemuka di kalangan muslim Ahmadiyah tentang kemajuan Islam yang akan diraih kembali bersama dengan kelahiran seorang putra dari Hadhrat Masih Mau’ud as. 
Seorang putra yang dijanjikan dengan sinar cahaya yang sangat cemerlang di dalam hidupnya, Ia akan melanjutkan misi perjuangan ayahandanya dan tentu saja ini yang paling penting baginya – yakni, hakikat perjuangan bagi muslim Ahmadiyah adalah – melanjutkan kembali perjuangan misi suci Yang Mulia Baginda kita, Junjungan Alam Semesta, Nabi Besar Hadhrat Rasulullah Muhammad Mustafa SAW di zaman ini, di zaman kedatangan Imam Mahdi as.
Pada 20 Februari 1886, beliau as telah menerima wahyu dari Allah Ta’ala sebagai respon terhadap doa-doanya itu, Allah Ta’ala telah berkenan secara langsung menjawab dan berbicara kepada beliau as, berikut ini saya kutip lagi dalam kata-kata yang sudah diterjemahkan dari bahasa sumber berbahasa Urdu ke dalam bahasa sasaran berbahasa Indonesia.
Aku menganugerahkan kepada engkau satu tanda kasih sayang-Ku sesuai dengan permohonan engkau kepada-Ku. Aku telah mendengar permohonan-permohonan engkau dan telah mengabulkan do’a-do’a engkau dengan kasih-sayang-Ku dan telah memberkati perjalanan engkau (ke Hosyiarpur dan Ludhiana) ini.
Satu tanda kekuasaan, kasih-sayang, kedekatan kepada-Ku dianugerahkan kepada engkau; satu tanda karunia dan cinta-kasih dianugerahkan kepada engkau dan engkau dianugerahi pula kunci keberhasilan dan kemenangan. 
Hai Muzaffar !! Selamat Sejahtera Ku-limpahkan diatas engkau. Tuhan berfirman kepada engkau agar manusia yang menghendaki kehidupan selamat dari cengkeraman kematian. Dan mereka yang terpendam didalam kubur-kubur keluar dari padanya. 
Supaya kemuliaan  Islam dan martabah Kalamullah zahir kepada manusia. Supaya kebenaran nampak zahir bersama semua berkat-berkat-nya dan kebatilan berlari bersama kesialannya. Supaya manusia faham bahwa Aku ini Qadir.
Aku berbuat sesuai dengan kehendak-Ku. Supaya mereka yakin bahwa Aku bersama engkau. Dan supaya orang-orang yang tidak beriman kepada wujud Tuhan, mengingkari Agama Tuhan, Kitab-Nya dan mengingkari Rasul Suci Muhammad Mustafa saw dan memandangnya dengan pandangan benci memperoleh sebuah Tanda yang terang dan jalan orang-orang berdosa nampak kepada mereka.
 Oleh sebab itu, bergembiralah bahwa seorang putra yang rupawan dan suci akan dianugerahkan kepada engkau; engkau akan menerima seorang pemuda yang tampan dan cemerlang yang akan lahir dari benih engkau dan keturunan engkau.
Seorang putera yang  rupawan dan suci akan datang sebagai tamu engkau.Namanya Immanuel dan juga Basyir. Kepadanya dianugerahkan ruh suci, dan dia akan bebas dari segala noda.
 Dia adalah cahaya Tuhan. Berberkatlah dia yang datang dari Langit. Dia akan disertai karunia yang akan datang bersamanya. Dia berjiwa besar dan agung serta berdaulat.
Dia akan datang ke dunia dan melalui jiwa Masihi-nya serta melalui berkat-berkat Ruhul Qudus akan mensucikan banyak manusia dari penyakit (ruhani) mereka.Dia adalah Kalam Tuhan, sebab kasih sayang dan kemuliaan Tuhan telah mengirimnya dengan kalam mulia.Dia akan sangat cerdas dan tangkas namun berhati lembut dan akan dikaruniakan penuh ilmu-ilmu duniawi dan ruhani kepadanya.
Dia akan membuat tiga menjadi empat.
Hari Senin, mubarak-lah Hari Senin. Putera yang menawan hati, berderajat tinggi dan mulia. Manifestasi dari yang awal dan yang akhir, manifestasi dari kebenaran dan keagungan; seakan-akan Tuhan turun dari Langit.
Kedatangannya sangat beberkat, dan akan menjadi sumber manifestasi Keagungan Ilahi. Lihatlah cahaya datangdengancahaya!
Tuhan telah mengurapi-nya dengan wewangiankeridhaan-Nya. Kami akan menanamkan ruh Kami kedalamnya dan perlindungan Tuhan akan selalu menaunginya. Dia akan cepat-cepat besar dan akan menjadi sumber pembebas bagi orang-orang yang terkurung di dalam belenggu penjara.
Kemasyhurannya akan tersebar ke seluruh penjuru bumi dan Bangsa-bangsa akan memperoleh berkat dari padanya. Kemudian dia akan diangkat kepada martabat ruhaninya di surga. Ini merupakan perkara yang sudahditakdirkan.
Kutipan di atas saya ambil dari khotbah jum’at Khalifatul Masih al-Khamis Hadhrat Mirza Masroor Ahmad atba tanggal 21 Februari 2014.
Sebagian nubuwatan Hadhrat Masih Mau’ud as ada yang tergenapi di zaman beliau as dan ada sebagiannya tergenapi di zaman lain lagi setelah kewafatannya. Misalnya, tentang janji Allah Ta’ala atas keunggulan sebuah artikel beliau as terhadap artikel-artikel yang lain pada saat dibacakan di sebuah konferensi agama-agama di Lahore di tahun 1896, yang kemudian artikel tersebut telah dicetak menjadi sebuah buku yang sangat populer di seluruh dunia, ‘Filsafat Ajaran Islam.’
Nubuwatan tentang seorang putra yang dijanjikan telah sempurna di waktu yang lain lagi, di tahun 1944 Khalifatul Masih Tsani Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad ra telah menerima wahyu – sebuah ru’ya – dari Allah Ta’ala berkaitan dengan maksud nubuwatan tersebut telah sempurna di dalam wujud dirinya sendiri. 
Sebelumnya, tak ada yang tahu siapa sesungguhnya yang dimaksud dengan putra yang dijanjikan itu. Pada saat itu, berdasarkan sebuah ru’ya beliau ra telah mengumumkan sebuah penyempurnaan nubuwatan itu tertuju kepada diri beliau ra di dalam kata-kata berikut ini.
Saya adalah Mushlih Mau’ud, dan dengan perantaraan saya, Islam akan tersebar ke seluruh pelosok dunia. Dan, Tauhid akan tegak di dunia ini.
Dengan demikian nubuwatan tersebut telah tergenapi tepat 58 tahun kemudian – 1944 – pasca peristiwa Hadhrat Masih Mau’ud as menerima wahyu di tanggal 20 Februari 1886 di Hosyiarpur. Kita semua tentu sudah memahaminya berdasarkan sebuah fakta sejarah tentang pencapaian kemajuan Islam di masa kekhalifahan Hadhrat Mushlih Mau’ud ra selama 52 tahun, 1914-1965. 
Penyebaran Islam yang sangat cemerlang, baik secara geografis melalui pengiriman para muballigh ke pelbagai negara di daratan Afrika, Amerika, Eropa sampai ke negara-negara yang baru muncul di wilayah Asia, maupun secara intelektual dan kerohanian yang tersimpul di dalam Tafsir Kabir 10 jilid dan ada ratusan artikel lainnya yang kemudian dicetak menjadi buku-buku dengan berbagai tema yang telah beliau ra tulis.
Dan semua peristiwa yang terjadi di dalam sejarah Ahmadiyah akan semakin menambah nilai Iman dan Islam kita kepada Wujud Sang Kekasih Rabbul ‘Alamin – Yang  Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, dan semua karunia ini kita terima atas berkat pendakwaan Hadhrat Masih Mau’ud dan Imam Mahdi as untuk kemajuan dan kebangkitan umat Islam di masa-masa mendatang berdasarkan nubuwatan kitab suci al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi Besar Muhammad Mustafa SAW yang sempurna tepat pada waktunya.

Post a Comment

0 Comments