NABI ISMA’IL a.s.: “Anak Tunggal” yang Inspiratif




Oleh: Mln. Zafar Ahmad Khudori (Muballigh Jmt. Kebumen dsk.)

Allah s.w.t. berfirman dalam QS 19/Maryam: 54:
“Dan ceriterakanlah kisah nabi  Isma’il seperti tercantum dalam Kitab Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar-benar setia pada janji-janjinya. Dan ia adalah seorang rasul, seorang nabi.” 

Dirks (2006: 286-290) membuat Tabel (ke-9) tentang Ringkasan Kehidupan Hadhrat Ibrahim a.s. di mana di dalamnya juga terdapat Riwayat Nabi Isma’il a.s.. Dalam artikel ini isi tabel tersebut (yang bersumber dari Alkitab [Bible], Al-Quran dan Hadits) akan membantu kita sebagai kerangka.

PENDAHULUAN
Pada tahun 2117 SM Nabi Ibrahim a.s. (usia 49 tahun) menikah dengan Hadhrat Sarah di Ur, Irak. Pernikahan ini berjalan hingga beberapa tahun, tetapi Hadhrat Sarah tidak kunjung hamil.

Pada tahun 2089 SM dari Irak Nabi Ibrahim a.s. (usia 77 tahun), Hadhrat Sarah dan Nabi Luth a.s. pergi ke Mesir. 

Pada 2084 SM di Mesir: Fir’aun menahan Hadhrat Sarah dan kemudian dikutuk oleh Allah. Akhirnya Fir’aun mengembalikan Hadhrat Sarah dan memberi hadiah dan ganti rugi, termasuk Hadhrat Hajar (sebagai hadiah kepada Nabi Ibrahim a.s. [82 tahun] untuk membantu Sarah).

Di Hebron, Palestina pada tahun 2081 SM  Hadhrat Sarah memberikan Hadhrat Hajar sebagai istri ke-2 kepada Nabi Ibrahim a.s. (85 tahun).

Kejadian 16:3: 
Jadi Sarai, isteri Abram itu, mengambil Hagar, hambanya, orang Mesir itu, –yakni ketika Abram telah sepuluh tahun tinggal di tanah Kanaan–, lalu memberikannya kepada Abram, suaminya, untuk menjadi isterinya.

Beberapa waktu kemudian (di Hebron: 2084 SM/ Nabi Ibrahim a.s. 85 tahun) Hadhrat Hajar mengandung.

Kejadian 16:4: 
Abram menghampiri Hagar, lalu mengandunglah perempuan itu. Ketika Hagar tahu bahwa ia mengandung maka ia memandang rendah akan nyonyanya itu.

Sarah pun bersikap kasar kepada Hadhrat Hajar. Hadhrat Hajar akhirnya melarikan diri dari Sarah: tiba di Kadesh dalam perjalanannya menuju Mesir; bertemu dengan malaikat dan kemudian kembali ke Hebron.

Kejadian 16:
6. Kata Abram kepada Sarai: “Hambamu itu di bawah kekuasaanmu; perbuatlah kepadanya apa yang kaupandang baik.” Lalu Sarai menindas Hagar, sehingga ia lari meninggalkannya.

Tentang Hadhrat Hajar, selanjutnya (Kej. 16):
9. Lalu kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: “Kembalilah kepada nyonyamu, biarkanlah engkau ditindas di bawah kekuasaannya.”

10. Lagi kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: “Aku akan membuat sangat banyak keturunanmu, sehingga tidak dapat dihitung karena banyaknya.” 

11. Selanjutnya kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: “Engkau mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan akan menamainya Ismael, sebab TUHAN telah mendengar tentang penindasan atasmu itu.

12. Seorang laki-laki yang lakunya seperti keledai liar, demikianlah nanti anak itu; tangannya akan melawan tiap-tiap orang dan tangan tiap-tiap orang akan melawan dia, dan di tempat kediamannya ia akan menentang semua saudaranya.”

Menurut Rita (Tuhanyesus.org: August 22, 2018), “Banyak orang salah mengerti tentang istilah ‘keledai liar’ sehingga istilah tersebut dianggap buruk. Padahal, yang dimaksud dengan ‘keledai liar’ adalah orang yang merdeka, tidak bergantung pada siapapun.”

Ayub 24:5: Sesungguhnya, seperti keledai liar di padang gurun mereka keluar untuk bekerja mencari apa-apa di padang belantara sebagai makanan bagi anak-anak mereka.

LAHIRNYA “ANAK TUNGGAL” 
Pada tahun 2080 SM Hadhrat Hajar melahirkan Nabi Ismail a.s. di Hebron pada saat Nabi Ibrahim a.s. berusia 86 tahun.

Kejadian 16:
15. Lalu Hagar melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abram dan Abram menamakan anak yang dilahirkan Hagar itu Ismael.

16. Abram berumur delapan puluh enam tahun, ketika Hagar melahirkan Ismael baginya.
Menurut Al-Quran, lahirnya Nabi Isma’il a.s. merupakan berkat pengabulan doa Nabi Ibrahim a.s.

QS 37/Ash-Shaaffaat: 
100: Dan ia berdoa, “Wahai Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku anak-anak yang saleh (ash-shoolihiin).”

101. Maka Kami memberi khabar suka kepadanya tentang seorang anak laki-laki yang lembut hatinya (bi-ghulaamin haliim).
Ia adalah putra tertua Abraham yang lahir dari istri keduanya, Hagar, seorang Mesir (wikipedia.org).

ANAK TUNGGAL YANG SABAR 
“SEBAGAI KURBAN”
Pada tahun 2067 SM di Mekkah: Nabi Ibrahim a.s. (99 tahun) mengorbankan Nabi Isma’il a.s. atas perintah Allah s.w.t.:

Baca QS 37/Ash-Shaaffaat:
103: Maka ketika anak itu telah cukup usia untuk bekerja bersamanya, ia berkata, "Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu sebagai kurban. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?" Ia menjawab, "Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepada engkau; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar dalam keyakinanku (ash-shoobiriin)."

104. Dan ketika keduanya telah telah berserah diri terhadap kehendak Allah dan ia, Ibrahim, telah menelungkupkan putra-nya pada dahinya.

105. Maka Kami berseru kepadanya, “Wahai Ibrahim,

106. “Sungguh engkau telah menyempurnakan mimpi itu (ar-ru’yaa).” Sesungguhnya demikianlah Kami memberi ganjaran kepada orang-orang yang berbuat kebaikan.

107. Sesungguhnya ini adalah suatu ujian yang nyata.

108. Dan Kami telah menebusnya dengan pengurbankan yang besar (bi-dzib-hin ‘a-zhiim).
Dalam Al-Qur’an Terjemahan dan Tafsir Singkat (2014: 1556) terdapat penjelasan:

Kesediaan Nabi Ibrahim a.s. mengurbankan Isma’il a.s. telah dilembagakan dalam peraturan Islam tentang “qurban” yang merupakan bagian tak terpisahkan dari acara ibadah naik haji. Makna yang tersimpul dalam Ayat ini dapat pula tentang penghapusan kebiasaan kurban manusia, yang agaknya lazim di zaman Nabi Ibrahim a.s. dan tentang penggantinya dengan pengorbanan binatang (Tafsir no. 2498).

Kisah ini sangat menginspirasi bagi kita tentang kesiapsediaan untuk dengan kesabaran yang sempurna berkorban di jalan Allah s.w.t..

KHITANAN MASSAL: 
SEBAGAI SEBUAH “PERJANJIAN”
Pada tahun 2067 SM di Mekkah: Nabi Ibrahim a.s. (99 tahun) dan Nabi Isma’il a.s. dikhitan.

Kejadian 17:
3. Lalu bersujudlah Abram, dan Allah berfirman kepadanya:

4. “Dari pihak-Ku, inilah perjanjian-Ku dengan engkau: Engkau akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa.

5. Karena itu namamu bukan lagi Abram, melainkan Abraham, karena engkau telah Ku-tetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa.

10. Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat

11. haruslah dikerat kulit khatanmu dan itulah akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan kamu.

12. Anak yang berumur delapan hari haruslah disunat, yakni setiap laki-laki di antara kamu, turun-temurun: baik yang lahir di rumahmu, maupun yang dibeli dengan uang dari salah 
seorang asing, tetapi tidak termasuk keturunanmu.

13. Orang yang lahir di rumahmu dan orang yang engkau beli dengan uang harus disunat; maka dalam dagingmulah perjanjian-Ku itu menjadi perjanjian yang kekal.

14. Dan orang yang tidak disunat, yakni laki-laki yang tidak disunat, yakni laki-laki yang tidak dikerat kulit khatannya, maka orang itu harus dilenyapkan dari antara orang-orang sebangsanya: ia telah mengingkari perjanjian-Ku.

24. Abraham berumur sembilan puluh sembilan tahun ketika dikerat kulit khatannya.

25. Dan Ismael, anaknya, berumur tiga belas tahun ketika dikerat kulit khatannya.

26. Pada hari itu juga Abraham dan Ismael, anaknya, disunat.

27. Dan semua orang dari isi rumah Abraham, baik yang lahir di rumahnya, maupun yang dibeli dengan uang dari orang asing, disunat bersama-sama dengan dia.

Menurut Hadits Riwayat Bukhari (Bab: Permulaan Wahyu No. 6): 

Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman Al Hakam bin Nafi' dia berkata ….. bahwa Abdullah bin 'Abbas telah mengabarkan kepadanya bahwa Abu Sufyan bin Harb telah mengabarkan kepadanya; bahwa Heraclius menerima rombongan dagang Quraisy, yang sedang mengadakan ekspedisi dagang ke Negeri Syam pada saat berlakunya perjanjian antara Nabi s.a.w. dengan Abu Sufyan dan orang-orang kafir Quraisy. 

Saat singgah di Iliya' mereka menemui Heraclius atas undangan Heraclius untuk di diajak dialog di majelisnya, yang saat itu Heraclius bersama dengan para pembesar-pembesar Negeri Romawi. Heraclius berbicara dengan mereka melalui penerjemah. Heraclius berkata; …..

Selanjutnya kata Ibnu Nazhhur, "Heraclius adalah seorang ahli nujum yang selalu memperhatikan perjalanan bintang-bintang. Dia pernah menjawab pertanyaan para pendeta yang bertanya kepadanya; "Pada suatu malam ketika saya mengamati perjalanan bintang-bintang, saya melihat raja Khitan telah lahir, siapakah di antara ummat ini yang dikhitan?" 

Jawab para pendeta; "Yang berkhitan hanyalah orang-orang Yahudi, janganlah Anda risau karena orang-orang Yahudi itu. Perintahkan saja ke seluruh negeri dalam kerajaan anda, supaya orang-orang Yahudi di negeri tersebut di bunuh." 

Ketika itu dihadapkan kepada Heraclius seorang utusan raja Bani Ghasssan untuk menceritakan perihal Rasulullah s.a.w., setelah orang itu selesai bercerita, lalu Heraclius memerintahkan agar dia diperiksa, apakah dia berkhitan ataukah tidak. Seusai diperiksa, ternyata memang dia berkhitan

Lalu di beritahukan orang kepada Heraclius. Heraclius bertanya kepada orang tersebut tentang orang-orang Arab yang lainnya, dikhitankah mereka ataukah tidak?" Dia menjawab; "Orang Arab itu dikhitan semuanya." 

Heraclius berkata; 'Inilah raja ummat, sesungguhnya dia telah terlahir." 

Kemudian heraclisu berkirim surat kepada seorang sahabatnya di Roma yang ilmunya setaraf dengan Heraclius (untuk menceritakan perihal kelahiran Nabi Muhammad s.a.w.). 

Sementara itu, ia meneruskan perjalanannya ke negeri Himsha, tetapi sebelum tiba di Himsha, balasan surat dari sahabatnya itu telah tiba terlebih dahulu. Sahabatnya itu menyetujui pendapat Heraclius bahwa Muhammad telah lahir dan bahwa beliau memang seorang Nabi

Heraclius lalu mengundang para pembesar Roma supaya datang ke tempatnya di Himsha, setelah semuanya hadir dalam majlisnya, Heraclius memerintahkan supaya mengunci semua pintu. Kemudian dia berkata; 'Wahai bangsa Rum, maukah Anda semua beroleh kemenangan dan kemajuan yang gilang-gemilang, sedangkan kerajaan tetap utuh di tangan kita? Kalau mau, akuilah Muhammad sebagai Nabi!." 

Mendengar ucapan itu, mereka lari bagaikan keledai liar, padahal semua pintu telah terkunci. Melihat keadaan yang demikian, Heraclius jadi putus harapan yang mereka akan beriman (percaya kepada kenabian Muhammad). 

Lalu di perintahkannya semuanya untuk kembali ke tempatnya masing-masing seraya berkata; "Sesungguhnya saya mengucapkan perkataan saya tadi hanyalah sekedar menguji keteguhan hati anda semua. Kini saya telah melihat keteguhan itu." 
Lalu mereka sujud di hadapan Heraclius dan mereka senang kepadanya. Demikianlah akhir kisah Heraclius.    

LAHIRNYA SANG “ADIK” 
Pada tahun 2066 SM Hadhrat Sarah melahirkan Nabi Ishak a.s. di Bersyeba (Palestina) pada saat itu Nabi Ibrahim a.s. berusia 100 tahun.
Kejadian 21:

1. TUHAN memperhatikan Sara, seperti yang difirmankan-Nya, dan TUHAN melakukan kepada Sara seperti yang dijanjikan-Nya.

2. Maka mengandunglah Sara, lalu ia melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abraham dalam masa tuanya, pada waktu yang telah ditetapkan, sesuai dengan firman Allah kepadanya.

3. Abraham menamai anaknya yang baru lahir itu Ishak, yang dilahirkan Sara baginya.

4. Kemudian Abraham menyunat Ishak, anaknya itu, ketika berumur delapan hari, seperti yang diperintahkan Allah kepadanya.

5. Adapun Abraham berumur seratus tahun, ketika Ishak, anaknya, lahir baginya.

Eddy Nuno mengomentari bahwa selama sekitar 13 tahun, Abraham memiliki seorang anak tunggal bernama Ismael (sebelum Ishak lahir) [kompasiana: 3-9-2011]. 

PENGUSIRAN YANG MEMBAWA BERKAH
Sarah mengusir Siti Hajar dan Nabi Ismail a.s..

Kejadian 21: 
10. Berkatalah Sara kepada Abraham: “Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya, sebab anak hamba ini tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan anakku Ishak.”

11. Hal ini sangat menyebalkan Abraham oleh karena anaknya itu.

12. Tetapi Allah berfirman kepada Abraham: “Janganlah sebal hatimu karena hal anak dan budakmu itu; dalam segala yang dikatakan Sara kepadamu, haruslah engkau mendengarkannya, sebab yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak.

Hadhrat Mirza Tahir Ahmad r.h. (Idul Adha: 2000: ) menjelaskan bahwa Hadhrat Sarah adalah ibu tiri tua Nabi Isma’il a.s. dan beliau (Hadhrat Sarah) pun telah berkali-kali meminta dengan penekanan (kepada Nabi Ibrahim a.s.) agar bayi ini (Nabi Isma’il a.s.) dijauhkan dari pandangan matanya dan agar dilepaskan di suatu lembah yang gersang.

(Tetapi) perhatikanlah, bagaimana di benak Hadhrat Sarah ada pikiran bahwa di lembah gersang di mana anak itu akan ditinggalkan kemudian (ternyata) tempat tersebut akan menjadi “baladan aaminan” (Kota yang Aman). Sangat agung sekali, tempat di mana ia (Nabi Isma’il a.s.) akan dilepaskan yang mana di tempat itu Ka’bah juga akan dibangun kembali.

Jadi, meskipun Nabi Ibrahim a.s. mengikuti kata-kata (keinginan) Hadhrat Sarah namun beliau a.s. meng-iya-kan sesuai dengan isyarat Tuhan, bukan semata-mata mengikuti kata-kata (keinginan) Hadhrat Sarah.  

WAFATNYA SANG “ABUL ANBIYA’”
Pada tahun 1991 SM, Nabi Ibrahim a.s. (175 tahun) meninggal dan dimakamkan di Hebron.
Kejadian 25:9: Dan anak-anaknya, Ishak dan Ismael, menguburkan dia dalam gua Makhpela, di padang Efron bin Zohar, orang Het itu, padang yang letaknya di sebelah timur Mamre.

WAFATNYA SANG “ANAK TUNGGAL”
Nabi Isma’il a.s. wafat pada usia 137 tahun. 

Kejadian 25:
17. Umur Ismael ialah seratus tiga puluh tujuh tahun. Sesudah itu ia meninggal. Ia mati dan dikumpulkan kepada kaum leluhurnya.

18. Mereka itu mendiami daerah dari Hawila sampai Syur, yang letaknya di sebelah timur Mesir ke arah Asyur. Mereka menetap berhadapan dengan semua saudara mereka. 

WAFATNYA SANG “ADIK” 
Nabi Ishak a.s. wafat di Mamre (Hebron) pada usia 180 tahun. 

Kejadian 35: 
27. Lalu sampailah Yakub kepada Ishak, ayahnya, di Mamre dekat Kiryat-Arba – itulah Hebron – tempat Abraham dan Ishak tinggal sebagai orang asing. 

28. Adapun umur Ishak seratus delapan puluh tahun

29. Lalu meninggallah Ishak, ia mati dan dikumpulkan kepada kaum leluhurnya; ia tua dan suntuk umur, maka Esau dan Yakub, anak-anaknya itu, menguburkan dia. 

KESIMPULAN:

1. Nabi Isma’il a.s. adalah anak pertama dari Nabi Ibrahim a.s. melalui Hadhrat Hajar (istri ke-2).

2. Nabi Ishak a.s. adalah anak ke-2 dari Nabi Ibrahim a.s. melalui Hadhrat Sarah (istri pertama).

3. Menurut Al-Quran dan istilah “anak tunggal” yang dipakai oleh Alkitab (Bible): anak yang dikurbankan adalah Nabi Isma’il a.s.. Semangat berkurban ini masih berlanjut hingga saat ini dalam dunia Islam melalui ibadah Idul Adha dan pemotongan hewan kurban. Namun demikian kurban yang sejati dalam Islam adalah taqwa itu sendiri yaitu seperti pengorbanan Nabi Isma’il a.s. yang selalu siapsedia, meskipun harus mengorbankan nyawa sekalipun.

Daftar Pustaka:
Ahmad r.h., Hadhrat Mirza Tahir (Idul Adha: 2000). Kecuali Bagi Orang Musyrik, Tidak Ada Hak Melarang Orang Lain Berthawaf di Baitullah & Kesempurnaan Daya Pensucian Rohani Rasulullah s.a.w.. Darsus No. 11/17-3-2000. Bogor: Jemaat Ahmadiyah Indonesia.
As-Sidokare, Abu Ahmad: Kompilasi Chm.
Dirks, Dr. Jerald F. (2006). Ibrahim Sang Sahabat Tuhan. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.
Farid, Malik Ghulam (2014). Al-Qur’an Terjemahan dan Tafsir Singkat. Jakarta: Neratja Press.
Lembaga Alkitab Indonesia (1993). Alkitab. Jakarta.
Nuno, Eddy (3-9-2011). Abraham Antara Ismael dengan Ishak. kompasiana.
Rita (August 22, 2018). 9 Keturunan Ismael Menurut Alkitab yang Tidak Diketahui Umat Kristiani. Tuhanyesus.org.

Wikipedia.org.

Post a Comment

0 Comments