PENOLAKAN TERHADAP UTUSAN ALLAH: SEJARAH YANG TERUS BERULANG







Oleh : Mln. Basyarat Ahmad Sanusi

        “Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hambaku  itu, tiada datang seorang Rasul pun kepada mereka,melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya (QS. 36:30) Demikian Allah berfirman terkait sejarah nabi-nabi, tidak ada seorang nabi yang langsung diterima. 
          Caci maki dan perolokan kaumnya menjadi hal wajib yang harus dihadapi mereka, bahkan di ayat lain dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman : “Kami telah menjadikan musuh bagi setiap nabi, syaitan-syaitan di antara manusia dan jin.  Sebagian mereka membisikkan kepada sebagian lainnya kata-kata indah untuk mengelabui ..…..”(QS 6 : 112.)
          Dua ayat di atas mengukuhkan sunatullah yang mewarnai kehidupan para nabi, pasti di awal kemunculannya dihadapkan kepada rintangan besar. Dengan menelaah Alquran terutama pada ayat-ayat yang mengandung sejarah para nabi, kita akan menemukan jawaban atas beberapa pertanyaan berikut : 
          Kenapa setiap nabi dan rasul ditolak? Siapa saja yang menolak nabi dan rasul,? Bagaimana pola penolakan terhadap nabi dan rasul? Dan, bagaimana akhir kesudahan para penentang nabi dan rasul?
          Kenapa nabi dan rasul ditolakjawabannya ialah terkait dengan fungsi kedatangan nabi dan rasul itu sendiri, mengenainya Allah berfirman 
         “Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. (Qs. Ali-Imran: 164)
          Demikian mulia tugas nabi dan rasul lalu kenapa ditolak? Di penghujung ayat tadi Allah Swt memberitahukan kepada kita, ”..Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata”
          Jadi, kondisi sosial setiap nabi diutus adalah ketika umatnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata, istilah lainnya adalah masa-masa jahiliyah.
           Dengan demikian diutusnya rasul-rasul Allah ke dunia terkait dengan kesesatan dan keburukan akhlak suatu kaum, dan mereka diutus bukan untuk mengikuti keadaan mayoritas, tetapi bertujuan merubah keadaan,  
           Sejak awal nabi Adam as diutus membawa misi agar umat manusia pada saat itu mulai mengenal kehidupan teratur, Allah mengajarkan berbagai nama-nama kepada Adam a.s, mengajarkan hidup menutup aurat, becocok tanam dan membentuk kehidupan sosial yang baik. 
           Terang saja misi nabi Adam a.s. seperti ini ditentang oleh sebagian besar kaumnya,  karena kecenderungan mereka hidup bebas dan nomaden.
Semua nabi yang diutus kepada masing-masing umat selalu membawa misi yang bertolak belakang dengan kecenderungan masyarakat saat itu, sebab misi seorang nabi adalah mendobrak dan menghacurkan tatanan lama yang tidak beradab dan menggantikannya dengan tatanan baru yang lebih maju[1], inilah yang menjadi penyebab utama kenapa setiap rasul pada permulaannya selalu ditolak.   
Kemudian "Siapa saja yang menolak Nabi dan Rasul?" Berdasarkan Alquran sebagaimana  kita akan mengetahui siapa saja para pelaku penolakan terhadap rasul-rasul Allah. 
Dalam hal ini kita ambil sejarah kaum Bani Israil sebagai domain sample, karena sebagian besar nabi-nabi turun di kalangan mereka, dari kisah kaum Bani Israil ini dapat menarik kesimpulan secara umum tentang penggerak utama dalam penentangan terhadap seorang nabi.                                                                       
Allah berfirman: “Dan Sesungguhnya telah kami utus Musa dengan membawa ayat-ayat kami dan keterangan yang nyata, Kepada Fir'aun, Haman dan Qarun; Maka mereka berkata: "(Ia) adalah seorang ahli sihir yang pendusta". (Al-Mukmin :23-24)
Tiap-tiap nabi Allah mempunyai firaun, haman dan qarunnya sendiri. Nama-nama itu masing-masing dapat melambangkan  sifat kekuasaan (Fir’aun), pejabat keagamaan (Haman), dan kekuatan hartawan (Qarun), terhadap musuh-musuh manusia itulah para pembaharu suci telah melancarkan perang sengit di sepanjang zaman.[2]
Sesuai tafsir QS 40:23-24 di atas pelaku utama yang berusaha menggagalkan misi seorang nabi adalah pemegang kekuasaan, pemimpin keagamaan dan pemilik harta kekayaan, manakala seorang rasul di utus tiga unsur inilah yang bekerja sama menolak kedatangan seorang rasul.  

Bila ketiga unsur ini telah berkolaborasi menjadi penghalang dakwah seorang nabi, maka Allah Swt segera akan menampakan keberpihakan kepada rasul-Nya dengan menghancurkan lawan-lawannya, sehingga fajar kemenangan bagi rasul dan pengikutnya segera terwujud, seiring dengan itu diikuti terjadilah penyebaran luas ajarannya, sehingga janji Allah“Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang”terlihat nyata.
Setelah mengetahui pelaku penolakan terhadap nabi dan rasul Allah, sesuai runut tulisan ini, sekarang kita akan menjawab bagaimana pola penolakannya, sebagian yang dapat penulis sajikan berdasarkan keterangan Alquran adalah sebagai berikut :

1.    Merasa diri lebih baik dari rasul yang diutus
Sesungguhnya kami Telah menciptakan kamu (Adam), lalu kami bentuk tubuhmu, Kemudian kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam", Maka merekapun bersujud kecuali iblis. dia tidak termasuk mereka yang bersujud. Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" menjawab Iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". (Al-“araf :11-12)
2.    Merasa sombong dengan kekuasaan yang ada
Dari Fir'aun. Sesungguhnya dia adalah orang yang sombong, salah seorang dari orang-orang yang melampaui batas. (ad-Dukhon :31).  

Adapun tentang kaum ‘Ad, mereka berlaku sombong di bumitanpa hak, dan mereka berkata, “Siapakah lebih hebat dari kami dalam kekuatan?” Apakah mereka tidak melihat bahwa Allah, Yang menciptakan mereka, Dia lebih hebat dari mereka dalam kekuatan ? Tetapi mereka menolak Tanda-tanda Kami.(Ha Mim Sajdah : 15)
3.     Menghindar Jauh atau berpaling dari Rasul Allah
Yang demikian itu adalah Karena Sesungguhnya Telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka membawa keterangan-keterangan lalu mereka berkata: "Apakah manusia yang akan memberi petunjuk kepada kami?" lalu mereka ingkar dan berpaling; dan Allah tidak memerlukan (mereka). dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (At-Taghobun :6).  

Nuh berkata: "Ya Tuhanku Sesungguhnya Aku Telah menyeru kaumku malam dan siang, Maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari menjauh (dari kebenaran). (Nuh :5-6).  
4.    Merasa puas dengan keyakinan yang di wariskan nenek-moyang mereka :
Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang diturunkan Allah swt.;” berkata mereka “Tidak, bahkan kami hanya mengikuti yang kami dapati pada bapak-bapak kami,” Apa ! Walaupun bapak-bapak mereka tidak mengerti suatu apa pun, dan tidak pula mereka mendapat petunjuk ? (Al-Baqoroh :170)
Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya".dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk? (Al-Maidah :104).

Itulah beberapa diantara pola-pola penolakan terhadap rasul-rasul Allahdanapabila satu sama lain saling berkolaborasi maka menjadi unsur-unsur yang menyebabkan kalbu manusia mengeras dan tertutup dari sinyal-sinyal rohaniah, manakala sudah terjadi demikian maka Allah mengirimkan kepada mereka azab yang mengerikan supaya hati mereka kembali melunak dan merendahkan diri di hadapan Tuhan, hal demikian menepati firmannya : 
” Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul  kepada umat-umat sebelum engkau; dan kemudian Kami menghukum mereka dengan kemiskinan dan kesusahan supaya mereka merendahkan diri(Al-‘an’aam :42) 
Dalam ayat lain kita dapati, “ Kami tidaklah mengutus seseorang nabipun kepada sesuatu negeri, (lalu penduduknya mendustakan nabi itu), melainkan kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan supaya mereka tunduk dengan merendahkan diri(al-A'raaf: 94). 
Inilah hukum Tuhan yang berlaku bila kemunculan seorang nabi ditolak dunia. Kedatangan tiap-tiap nabi disertai bermacam-macam bencana dan malapetaka yang luar biasa hebatnya, hal itu bukan berarti kedatangan nabi sebagai pembawa azab, namun sebagai pembuka mata hati manusia agar mengikuti utusan-utusan-Nya.
Semua hal di atas terulang sempurna di zaman kedatangan Al-Masihil Mau’ud as, pelaku dan pola penolakan yang dijalankan relatif sama dan Tuhan pun bekerja seperti sejak dahulu kala menolong utusannya sehingga kemajuan jamaahnya tidak bisa dibendung dengan kekuatan apapun.


[1](Mirza Basyirudin MA, Revolusi Sejati,  JAI-Bandung  1992, h. 42)
[2]Catatan kaki 2601. Tafsir JAI

Post a Comment

0 Comments