Aksi Sosial Sebagai Jembatan Kerjasama Antar Agama


Oleh: Dow Marmur*

Saya mengerti setiap denominasi dari setiap agama menegaskan bahwa merekalah yang menjalankan ajaran yang paling otentik dari ajaran pendirinya. Tetapi tidak seperti fundamentalis, kaum liberal cenderung tidak mengklaim bahwa orang lain adalah salah. Sekte Islam Ahmadiyah termasuk dalam jenis ini. Karena mereka terbuka untuk dunia, tanggung jawab manusiawi untuk saling memelihara satu sama lain tampaknya tidak kalah penting bagi anggota Ahmadiyah dari doa dan ibadah.

Dalam versi Yahudi liberal saya, ini sering digambarkan dengan istilah dalam bahasa Ibrani sebagai tikkun olam (memperbaiki dunia). Hal ini menekankan aksi sosial sebagai kewajiban agama tertinggi, dan biasanya memiliki lebih banyak persamaan dengan gerakan yang sama di agama-agama lain dan di dunia sekuler dibandingkan dengan eksponen konservatif dalam tradisi saya sendiri.

Meskipun Ahmadiyah dianiaya di Negara-negara Islam dan dijauhi oleh umat Islam lainnya dimana-mana, mereka berkembang di Kanada dan memberikan kontribusi kepada masyarakat dengan melakukan pekerjaan penting disini dan di tempat lain di dunia.

Salah satu program yang paling sukses adalah jangkauan Humanity First, yang memberikan penyelamatan dan bantuan kepada korban perang dan bencana alam di berbagai tempat. Baru-baru ini, ratusan relawannya aktif dalam membantu korban bencana di negara bagian Amerika Serikat. Selama kunjungannya ke New York setelah Badai Sandy, Presiden Barack Obama menyampaikan ucapan terimakasih secara khusus pada Kanada atas bantuan mereka.

Selain masalah global, Humanity First berkomitmen untuk melayani kebutuhan lokal. Misalnya, mereka menjalankan bank makanan (foof bank) yang memberikan kebutuhan dasar kepada orang-orang di seluruh Kanada. Bertepatan dengan musim liburan ini, para relawan akan melayani makan pizza, hari ini dan besok, untuk para tunawisma di pusat kota Toronto.

Ketua Humanity First sekaligus Amir Jamaah Ahmadiyah Kanada, Dr. Aslam Daud, mengatakan kepada saya bahwa denominasi mereka tak pernah berusaha untuk memasukkan orang-orang atau para penerima bantuan pada Islam, karena teologi cenderung memecah belah. Sebagai hasilnya para relawan bisa bekerja sama dengan baik untuk kebaikan orang-orang yang kurang beruntung dimanapun berada.

Dalam pertemuan saya dengan Dr Daud ia mengutip beberapa ajaran dari tradisi Islamnya yang beresonansi dengan ucapan yang sama dalam hati saya. Tetapi sebaliknya kita selalu berusaha secara sistemis membandingkan teologi dari perbedaan-perbedaan mendasar yang bisa berakhir dalam perselihan bahkan lebih buruk.

Itulah mengapa aksi sosial adalah hal terbaik untuk kerjasama antar agama. Alih-alih membandingkan doktrin, orang lain dipanggil untuk terlibat dalam kegiatan bersama untuk kebaikan orang dari semua agama dan yang tidak beragama. Dengan bekerja sama untuk kemanusiaan dan bukan berdebat tentang keilahian, tempat agama dapat ditingkatkan dalam masyarakat kita.

Pihak lain tidak setuju, seringkali keras. Mereka bersikeras bahwa pendekatan semacam ini tidak lebih dari sekularisme yang menyamar. Kaum tradisionalis mengeluh bahwa kaum liberal melemahkan keimanan yang mereka anut menjadi tidak bermakna. Di sisi lain, sekularis mungkin menganggap hal ini hanya sebagai bentuk pekerjaan misionaris. Itulah sebabnya mengapa liberalisme agama sering dalam bahaya jatuh antara dua titik.

Dan itulah mengapa Muslim tradisional menghindar dari Ahmadiyah, Kristen fundamentalis tidak punya waktu untuk agama modernis dan Ortodoks Yahudi menjaga jarak dari kaum liberal. Ironisnya, orang-orang yang tidak beragama juga sering memusuhi: mereka cenderung ingin agama menjadi kaku untuk menentangnya dengan lebih mudah dan memastikan bahwa mereka tidak pernah teruji olehnya.

Sebagai seorang Yahudi liberal saya sangat terkesan dengan upaya Humanity First yang justru karena itu berakar pada agama. Kegiatan mengagumkan yang mengkonfirmasi keyakinan saya bahwa meskipun serangan dari sayap kanan masing-masing dan sesekali ejekan oleh lawan dogmatis agama, kita saling membutuhkan dan dunia membutuhkan kita untuk bersaksi ke hadirat Allah sebagai manifestasi dalam melayani ciptaan Tuhan.

Dow Marmur adalah seorang rabbi emeritus di  Holy Blossom Temple, Toronto. Kolom nya muncul setiap minggu

Sumber: http://www.thestar.com/opinion/editorials/article/1306099--marmur-humanity-first-shows-way-to-interfaith-co-operation

Diterjemahkan oleh: Jusman

Post a Comment

0 Comments