Seperti apa Ruqyah dalam Islam?

Ruqyah dalam Islam

Pertanyaan Tentang Ruqyah menurut Islam

Seorang wanita dari Kashmir menulis surat kepada Hazrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih V (aba), ia bertanya bahwa [dalam tradisi Syiah] terdapat doa yang sering dibacakan pada pasien yang tidak bisa disembuhkan melalui Ruqyah:

يَا مَنِ اسْمُہُ دَواءٌ وَذِکْرُہُ شِفاءٌ

[Wahai yang namanya obat, dan yang ingatannya adalah penyembuhan]

Ia bertanya tentang sumber doa ini dan kesahihannya. 

Huzur Anwar (aba) dalam suratnya tanggal 9 April 2022 memberikan jawaban sebagai berikut: 

Sepengetahuan saya, tidak ada doa apapun yang sesuai [yang terbukti dari hadis shahih] dengan apa yang kamu tulis dalam surat. 

Namun dalam hadist disebutkan bahwa Nabi Muhammad (saw) sendiri dan juga para sahabat, biasa membaca Surah Al-Fatihah, al-Mu'awwidzatain (Surah al-Falaq dan Surah an-Naas) dan beberapa doa lainnya saat melakukan ruqyah untuk penyakit seperti demam, berbagai penyakit, gigitan ular dan kalajengking dll. 

Misalnya dalam sebuah hadits diriwayatkan sebuah peristiwa di mana sekelompok sahabat sedang melakukan perjalanan dan berhenti di sebuah suku. Mereka meminta makanan pada suku tersebut, tetapi penduduk suku itu menolak menjamu mereka. Kemudian setelah itu, sang kepala suku digigit ular atau kalajengking, meskipun telah berusaha sekuat tenaga ia tak kunjung sembuh. Seseorang memberikan saran untuk berkonsultasi dengan para musafir tersebut [para sahabat], mungkin mereka tahu obatnya. 

Saat ditanya, salah seorang sahabat menjawab bahwa ia memang mengetahui metode ruqyah, namun karena penolakan suku untuk menjamu mereka, beliau tidak mau melakukannya. Setelah mendapatkan janji dari suku itu untuk memberikan sekawaman domba [sebagai imbalan] kepada para sahabat, maka sahabat itu membacakan Surah al-Fatihah kepada kepala suku, yang kemudian sembuh total berkat dari surah al-Fatihah sehingga seolah-oleh ia belum pernah digigit sama sekali. 

Para sahabat kemudian mengambil domba dari suku tersebut. Salah seorang dari mereka mengusulkan untuk membagi domba di antara mereka. Namun sahabat yang melakukan ruqyah menyarankan agar mereka tidak melakukan hal tersebut sampai mereka menyampaikan hal itu pada Rasulullah saw dan menunggu perintah beliau. Ketika mereka menemui Rasulullah saw dan menceritakan seluruh kejadian itu, beliau bertanya, 'Bagaimana Anda tau bahwa surah al-Fatihah bisa dijadikan untuk ruqyah? Anda telah melakukan dengan benar. Bagilah domba-domba itu untuk kalian semua, dan sisihkan sebagian untukku.' Sambil bersabda demikian, Nabi (saw) tersenyum. (Sahih al-Bukhari, Kitab at-Tibb Bab an-nafthi fir-ruqyah)

Aisyah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah saw biasa membaca doa ini untuk melakukan ruqyah:

أَذْهِبْ الْبَاسَ رَبَّ النَّاسِ بِيَدِكَ الشّفَاءُ لَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا أَنْتَ

"Ya Tuhan manusia! Hilangkanlah penyakit, di tangan-Mu lah kesembuhan, dan tidak ada seorangpun selain Engkau yang dapat menghilangkan [penyakitnya].' (Sahih Muslim, Kitab as-Salam, bab istihbaabi riqyatil mariid)

Demikian pula kita mengetahui dari hadis bahwa Rasulullah saw juga meniup ringan saat melakukan ruqyah. (Sunan Ibnu Majah, Kitab at-tibb, Bab an-nafthi fir-ruqyati)

Amalan seperti ini persis seperti kita temukan dalam kehidupan Hazrat Masih Mau'ud as dan para sahabat beliau. Seperti yang diceritakan oleh Hazrat Mufti Muhammad Sadiq ra: 

"Suatu ketika, ada seseorang yang tengah melakukan perjalanan dari Lahore ke Qadian bersama beberapa anggota Jemaat lainnya dari Lahore. Almarhum Sufi Ahmad Din Sahib meminta supaya saya mengajukan permohonan atas nama beliau dan meminta Hadhrat Masih Mau’ud as untuk melakukan ruqyah di dadanya. Saat Hazrat Sahib (as) sedang melewati lorong sebelum masuk ke dalam rumah, saya maju untuk memperkenalkan Sufi Sahib dan menyampaikan permintaannya. Huzur (as) kemudian melakukan ruqyah dengan membacakan sesuatu, (dan kemudian meniup) dada Sufi Sahib dan beliau masuk ke dalam.' (Hazrat Mufti Muhammad Sadiq, Zikr-e-Habib, […], hal. 137)

Demikian pula Hazrat Pir Sirajul Haqq Nu'mani ra menceritakan:

"Ada suatu peristiwa ketika saya melakukan perjalanan dari Sarsawa ke Kampung mulia Qadian untuk mengkhidmati Hadhrat Masih Mau’ud as. Pemimpin dan pembimbing kami, Hazrat Nuruddin, Khalifatul Masih I ra, juga hadir. Beliau sedang duduk di sana setelah shalat subuh dan Hadhrat Masih Mau’ud as juga hadir. Hazrat Khalifatul Masih I (ra) bertanya, 'Pir Sahib! Kami telah menyaksikan banyak Pir yang melakukan ritual-ritual atau amalan-amalan dan bacaan-bacaan. Apakah engkau juga memiliki amalan tertentu, yang setelah menyaksikannya, kami juga mungkin dapat yakin akan keampuhannya? Saya menjawab, 'Ya, saya ingat satu.' Beliau (Khalifah I) berkata, 'Coba tunjukkan kepada kami.' Saya kemudian berkata, 'Mohon tunggu untuk waktu yang tepat, baru saya akan tunjukkan kepadamu.' Hazrat Masih Mau'ud as bersabda, 'Sahibzadah Sahib harus mengingatnya; amalan ini diwariskan dari para tetuanya.'

Setelah sekitar dua jam, ada seseorang yang datang yang mengalami radang selaput dada, yakni ia menderita sakit tulang belakang yang parah. Aku kemudian berkata, 'Perhatikan, saya akan melakukan sebuah amalan untuknya.' Hazrat Khalifatul Masih I (ra) menjawab, 'Ya, lakukanlah amalan itu.' Hazrat Masih Mau'ud as juga bersabda, 'Ya lakukanlah amalan itu.' 

Saya kemudian melakukan ruqyah pada orang itu dan Allah Yang Maha Kuasa benar-benar menghilangkan rasa sakitnya dan memberinya kesembuhan. Setelah ia merasa lega, Hazrat Khalifatul Masih I (ra) berkata, 'Ini mungkin bentuk mesmerisme (hipnotis).' Pada saat itu saya belum pernah mendengar tentang mesmerisme atau mengetahui apa itu mesmerisme. Hazrat Masih Mau'ud as bertanya, Sahibzada Sahib! Apa yang engkau baca?' Saya menjawab, 'Hazrat (Semoga Allah memberkati Muhammad saw dan dirimu), aku membaca al-Fatihah.' (Tazkiratul-Mahdi, 1914, Zia-ul-Islam Press, Qadian, hal. 186)

Jadi, amalan ruqyah telah ditunjukkan oleh Nabi Muhammad saw, Hazrat Masih Mau'ud as dan para sahabat yang mulia. Dalam amalan ini, Allah Ta'ala, dengan karunia-Nya yang menyembuhkan kepada orang-orang menderita penyakit, karena keberkahan ayat-ayat Al-Qur'an, permohonan yang tulus, dan doa dari pribadi yang mulia. 

Sumber: Al-Hakam

Post a Comment

1 Comments