Pemuas Rasa, Perusak Amal Saleh

Oleh: Mln. Teguh Nasir Ahmad

Saudara-saudaraku, walaupun dengan segala kekurangan dalam bahasa dan penyusunan tulisan ini, saya berusaha menyampaikan secuil abstraksi dari kehidupan.

Orang yang mencari kenikmatan dengan “Pemuas Rasa” adalah orang-orang yang kurang atau bahkan tidak peduli terhadap lingkungan sekitarnya, juga tidak mau peduli terhadap saudara-saudara yang lainnya. Dia berbuat sesuai dengan kehendak dirinya sendiri.

Akibat dari pola hidup seperti ini rasa hormat, etika dalam kehidupan dan tatakrama nyaris lenyap dan sudah tidak lagi di hiraukan, hidup bebas tidak terbatas yang penting rasanya enak atau puas bagi dirinya sendiri. Ketika manusia menjalani gaya hidup dengan “Pemuas Rasa”  ini, maka ia menjadi sangat jauh dari amal saleh dan sampah-sampah berserakan dimana-mana.

Islam mengajarkan kepada kita agar kita beramal saleh. Apa itu amal saleh? Amal saleh adalah perbuatan yang dilandasi dengan iman dan takwa, lalu berbuat dengan memperhatikan situasi dan kondisi yang tepat, sesuai dengan keadaan dan keperluan.

Jadi sekalipun kita ingin berbuat sesuatu  yang menurut kita baik tetapi kalau tidak tepat porsinya, serta tidak tepat tempat dan waktunya, maka itu akan menjadi masalah. Islam sangat memberikan perhatian terhadap hal ini.

Karena “pemuas rasa” inilah sampah-sampah berserakan di mana-mana, setelah merasa puas makan mereka lempar sampah dan sisa-sisa makasn ke sana-sini, tanpa memperhitungkan kenyamanan bagi orang lain, bahkan akhirnya tempat-tempat sampah tidak bisa menampungnya lagi. Suatu saat karena saking banyaknya volume sampah tersebut dan tidak bisa diurai maka akhirnya timbullah berbagai bencana.

Ketika “pemuasa rasa” berhubungan dengan kebutuhan biologis manusia maka akibatnya menjadi sangat parah karena menimbulkan kehancuran dalam keluarga. Ketika seorang suami atau istri menerapkan pola hidup “pemuas rasa”,  maka keluarga itu akan jatuh pada ujian yang berat. Suami atau istri tidak akan tentram lagi dalam keluarganya, yang satu ingin A yang satu ingin B, lalu dalam keluarga tidak menemukannya, maka akhirnya masing-masing akan mencari kepuasan di tempat lain. Dan inilah yang sekarang menimbulkan jenis “sampah” yang dalam istilah umum disebut sampah masyarakat. Sampah jenis ini lebih membahayakan karena akan merusak tatanan kehidupan bermasyarakat.

Inilah salah satu akibat dari “Pemuas Rasa”, manusia tidak memperhitungkan lagi ajaran agama serta norma dan nilai di masyarakat, yang penting rasanya enak dan nyaman bagi mereka. Tetapi bagi orang lain mereka itu adalah perusak lingkungan yang mengganggu kenyamanan.

Sebenarnya kalaulah kita bisa hidup dengan menerima apa adanya dan mensyukuri anugerah Allah subhaanahu wa ta’aala, tentu kepuasan itu akan membawa kita kepada ketentraman, bukan sebaliknya, akan menjadi mudharat dan laknat bagi diri sendiri maupun orang lain.

Di sinilah sebenarnya mengapa kita harus belajar bertoleransi dan tenggang rasa terhadap orang lain. Jangan ingin puas sendiri dan mengumbar nafsu amarah. Ingatlah firman Allah subhaanahu wa ta’ala

وَمَآأُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلاَّ مَارَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Dan aku tidak menganggap diriku bebas dari kelemahan, sesungguhnya nafsu itu senantiasa menyuruh kepada keburukan, kecuali yang dikasihani oleh Tuhan-ku. Sesungguhnya Tuhan-ku Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Yusuf:53)

Kita  bersyukur berada di dalam Islam, guru besar dan suri teladan bagi kita adalah Nabi Agung Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang selalu mengajarkan kepada kita amal saleh.

Jadi marilah kita beramal sesuai dengan yang diinginkan dan dicontohkan oleh junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw. di dalam hal yang sekecil-kecilnya sampai yang sebesar-besarnya. Itulah yang akan mendatangkan rahmat Allah Ta’ala, itulah yang akan membawa ketenangan dan kenyamanan bagi kita dan lingkungan kita, bukan hanya lingkungan kecil tetapi bahkan negara pun nanti akan menjadi baik ketika setiap orang Islam khususnya bisa mempraktekkan amal saleh dengan benar.

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا

Sesungguhnya kamu dapati dalam diri Rasulullah saw. suri teladan yang sebaik- baiknya bagi orang yang mengharapkan bertemu dengan Allah dan Hari Kemudian dan yang banyak mengingat Allah. (Al-Ahzab: 21)

Jadi tidak ada lagi contoh lain selain Nabi Agung Muhammad shallaallahu ‘alaihi wasallam untuk kita tiru sampai akhir hayat kita.


Post a Comment

0 Comments