NABI ISA AS DAN DAKWAHNYA

Oleh: Mln. Anom Tulus Manembah (Mubaligh Sintang)

ذَٰلِكَ عِيسَى ٱبْنُ مَرْيَمَ ۚ قَوْلَ ٱلْحَقِّ ٱلَّذِى فِيهِ يَمْتَرُونَ

Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. (Maryam: 34)

Nabi Isa as. berasal dari sebuah desa bernama Nazaret (Kis 10:37) di daerah Palestina yang bernama Galilea (Mrk 1:9), suatu daerah Yahudi yang juga cukup banyak tidak berbangsa dan beragama Yahudi (Mat 4:15).

Orang Yahudi yang bernama Nabi Isa as. itu berasal dari lapisan masyarakat biasa, keluarga tukang kayu (Mrk 6:3) bukan dari kalangan bangsawan namun nabi Isa as. diyakini menempuh pendidikan sehingga bisa membaca dan menulis, dan bergabung bersama golongan Essene.[1]

Nabi Isa as. bukanlah berasal dari ahli kitab (Yoh 7:15) namun  Nabi Isa as.  tahu banyak tentang isi Alkitab. Dan, selepas usia 30 tahun (Luk 3:23) Nabi Isa as.  tampil sebagai seorang pendakwah untuk Bani Israil (“the Wandering Jew” artinya “Yahudi Kelana”). Dalam Al-Quran dinyatakan bahwa :

“Dan (Allah jadikan Isa) sebagai Rasul (yang diutus) kepada Bani Israil (dan berkata kepada mereka), “Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa ayat (mukjizat) dari Rabb-mu.” (Ali ‘Imran: 50)

Semasa dakwahnya di tanah Galilea Nabi Isa as. juga berjumpa dengan utusan Tuhan lainnya yaitu nabi Yahya as, disebut Yohanes oleh agama Kristen di tanah Yudea (Yoh 4:1-3). Nabi Yahya as berdakwah dengan menyampaikan bahwa jika orang mau terlepas dari penghakiman (hari pembalasan) Allah maka harus bertaubat yang ditandai dengan pembasuhan di Sungai Yordan (Mrk 1:14-15).

Perlu kita memahami segi sosio politis yang terjadi saat itu adalah bangsa Yahudi sudah lama menjadi daerah jajahan Roma yang semena-mena menarik keuntungan sebesarnya dari rakyat Yahudi sehingga sering terjadi kerusuhan yang dengan jalan kekerasan ditumpas oleh penguasa (Kis 5:36-37).

Dari segi keagamaan pada saat itu pun tidak menggembirakan. Banyak aliran agama yang saling bertentangan missal Pertama, aliran Farisi yang ingin supaya hokum Taurat ditegakan dalam kehidupan sehari-hari namun telah melenceng dari ajaran nabi Musa as dalam memahami Taurat. Kedua, Aliran Saduki (para imam) menekankan pada ajaran upacara korban di Bait Allah Yerusalem. Ketiga, Aliran Essene terkenal sebagai golongan oragn shaleh selain itu ada juga berbagai sekte lainnya yang tidak punya harapan lagi terhadap agama.

Pada umumnya keimanan Yahudi kepada Taurat sudah merosot. Baik nabi Yahya as. dan nabi Isa as. telah mengangap kondisi ini sangat buruk (Mat 5:19-20) bahkan dilukiskan sebagai situasi tanpa harapan, ‘Jikalau kamu tidak bertaubat kamu semua akan binasa atas cara demikian.’(Lks 13:5).

Nabi Isa as. sendiri sejatinya hanya mengajarkan satu Allah, ‘Dengarlah hai orang Irael, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa’ (Mrk 12:29).[2] Namun sayangnya umat Kristen saat ini menyatakan Yesus pun sebagai Esa lantaran menjadi perantara antara Allah dan Manusia.

Nabi Isa as. mulailah berkeliling Galilea menyampaikan bahwa Kerajaan Allah[3] sudah dekat maka beliau mengajak untuk bertaubat (Mrk 1:14-15), beliau mengingatkan Akhir Zaman ada di depan mata jika Bani Israel mau menerima dan mengakui Allah maka akan menjadi keselamatan bagi kaumnya.

Nabi Isa as. sendiri ditugaskan untuk mengajarkan hokum Taurat, membenarkannya dan menyempurnakan, “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membatalkan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” (Mat 5:17).[4]

Misalnya saja nabi Isa as. mengkritisi pemakaian hokum Sabat oleh ulama Yahudi (Mrk 3:4; Mat 12:11-12), atau saat mengkritisi penerapan hokum najis (Mrk 7:15), serta hokum mencuci tangan (Luk 11:38). Nabi Isa as. mengajarkan kondisi hati lebih penting daripada aturan lahiriah. Bahkan, Nabi Isa as. menyempurnakan hokum Taurat dengan mengatakan bukan saja yang membunuh yang harus dihukum tetapi mereka yang marah harus dihukum, mereka yang mengatakan kafir harus diadili dan yang mengatakan jahil harus masukan kedalam nereka yang menyala-nyala (Mat 5:21-22)

Dalam pergerakan dakwahnya Nabi Isa as. tidak segan untuk dekat dengan ‘orang berdosa’ missal pelacur, kemasukan roh, orang msikin, orang sakit dan mereka yang korupsi. Nabi Isa as.tidak menunggu mereka bertaubat baru didekati namun Nabi Isa as. mendekati orang berdosa dengan harapan mereka bisa kembali kepada Tuhan.

Nampaknya dakwah Nabi Isa as. menyimpang dari lazimnya guru-guru agama Taurat di zamannya (Mat 7:29). Dimana para guru Taurat mengajar sesuai Alkitab, tafsir lama dan tradisi Yahudi. Mereka tidak menerima tafsiran baru, dan hanya bersandar pada ajaran nenek moyang (Mat 15:2).

Sesuatu yang mulai disempurnakan Nabi Isa as. ini dilihat oleh ulama Yahudi sebagai tindakan seorang penista agama yang memiliki wewenang khusus, melebihi wewenang nabi Musa as. berserta Alkitab sehingga dituduh mengambil hak wewenang Allah. 

Nabi Isa as. yang tidak lahir dari tokoh ulama Yahudi dicurigai sebagai penyihir dan nabi gadungan (Mrk 3:22). Jika ulama Yahudi mengajarkan agama kepada muridnya maka murid diharuskan menghafalkan ajaran Rabi. Namun Nabi Isa as. mengumpulkan muridnya dan meminta mereka untuk mentaati dirinya sebagai utusan Allah.

Cara seperti itu dianggap tidak lazim, dan mulailah Nabi Isa as. dianggap radikal. Hal inilah yang menggegerkan masyarakat Yahudi serta memancing perlawanan. Perlawanan itu tidak datang pertama-tama dari kalangan penguasa (Imam Kayafas, Pilatus atau Herodes) tetapi dari pihak pemimpin agama Yahudi (Mrk 3:6).

Pada saat itu Nabi Isa as. dianggap ancaman bagi ulama Yahudi yang melibatkan penguasa. Akhirnya Nabi Isa as. diserahkan kepada penguasa yang saat itu dipegang oleh wali negeri Pontius Pilatus dan raja Herodes di Galilea berujung dengan dijatuhi hukuman mati dengan cara disalib.

[1] Kaum Essenes adalah kaum yang sangat muttaki, hidup jauh dari kesibukan dan keramaian dunia, dan melewatkan waktu mereka dalam berzikir dan berdoa, dan berbakti kepada sesama manusia.  (The Holy Quran Malik Ghulam Farid Terjemah Indonesia no.3042 JAI“The Dead Sea Communitu,” oleh Kurt Schubert, dan “The Crucifixion by an Eye-Witness”)

[2]: Ajaran nabi Isa as tentang Ke-Esa-an Allah dinytakan, “Sesungguhnya Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus”. (Qs. Ali-Imran : 52)

[3] ‘Kerajaan Yahudi’ adalah istilah tradisional pada bangsa Yahudi

[4] Dalam Qs Al-Maidah:47, “Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi Nabi Bani Israil) dengan Isa putera Maryam, membenarkan kitab yang sebelumnya, Yaitu: Taurat. dan Kami telah memberikan kepadanya kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, Yaitu kitab Taurat. dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.”

Post a Comment

0 Comments