MENSYUKURI NIKMAT ALLAH DAN PENGORBANAN YANG HAKIKI

Oleh : Mln. Nasiruddin Ahmadi

Mensyukuri nikmat

وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ ٱذْكُرُوا۟ نِعْمَةَ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ أَنجَىٰكُم مِّنْ ءَالِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوٓءَ ٱلْعَذَابِ وَيُذَبِّحُونَ أَبْنَآءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَآءَكُمْ ۚ وَفِى ذَٰلِكُم بَلَآءٌ مِّن رَّبِّكُمْ عَظِيمٌ

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. (QS. Ibrahim 14:6)

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ

Dan Musa berkata: “Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah) Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya[782] lagi Maha Terpuji. (QS. Ibrahim 14:7)

Cara mensyukuri nikmat dan macam-macam pergurbanan

1. Hz. Khalifatul-Masih IV r.h. Bersabda : “Cara mensyukuri nikmat Allah adalah, berkurban di jalan-Nya dan berbuat baik kepada hamba-hamba-Nya.” (Darsus, 51, 9 Agustus 1991, Fadhal-London ).

2. Dalam janji Anshar, Khuddam, Lajnah Imaillah, Athfal bahkan Nashirat telah disepakati, “ Akan mengurbankan  jiwa, raga harta, waktu dan kehormatan demi kepentingan aagam Islam, bangsa dan Negara.”

3. Sesuai dengan 10 syarat bai’at no. 8, berbunyi : “Akan menghargai agama, kehormatan agama dan mencintai Islam lebih daripada jiwanya, harta bendanya, anak-anaknya dan dari segala yang di cintainya.”

Orang Kikir, sombong akan diganti oleh kaum yang lain

هَٰٓأَنتُمْ هَٰٓؤُلَآءِ تُدْعَوْنَ لِتُنفِقُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ فَمِنكُم مَّن يَبْخَلُ ۖ وَمَن يَبْخَلْ فَإِنَّمَا يَبْخَلُ عَن نَّفْسِهِۦ ۚ وَٱللَّهُ ٱلْغَنِىُّ وَأَنتُمُ ٱلْفُقَرَآءُ ۚ وَإِن تَتَوَلَّوْا۟ يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُونُوٓا۟ أَمْثَٰلَكُم

Ingatlah, kamu Ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada yang kikir, dan siapa yang kikir Sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang berkehendak (kepada-Nya); dan jika kamu berpaling niscaya dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini. (QS. Muhammad : 38)

Contoh pengorbanan yang hakiki adalah yang pernah ditampilkan oleh yang mulia Nabi Muhammad saw. dan para sahabat. Rasulullah saw. bersabda: “Pengurbanan yang hakiki adalah ketika yang berkurban sedang membutuhkan/sedang ada dalam kesempitan.” Kisah pengorbanan para Khulafaturrasyidin harus dijadikan contoh, bahkan para wanita di jaman Nabi Muhammad saw. tidak mau ketinggalan. Contohnya, motivasi mereka kepada para suaminya, wanita tua yang memiliki 2 anak sebagai tumpuan harapan masa depan, akhirnya syahid, namun yang pertama ditanyakan adalah kabar Hadhrat Rasulullah saw. Maa syaa Allah.

Hz. Khalifatul-Masih IV r.h. Bersabda: “Membayar candah di bawah ukuran yang sudah ditentukan adalah tidak lain menipu Allah. Tentu memang benar tidak seorangpun yang dapat menyatakan berhasil menipu-Nya. Mereka yang berbuat demikian akan kehilangan karunia Allah. Dan mereka akan jatuh di bidang keuangan/ruhani.” (Khutbah Jumat, 23 Mei 1982)

Hz. Khalifatul-Masih II r.a. bersabda, “Kebakhilan merupakan penyakit akhlak yang sangat membinasakan dan menggerogoti unsur-unsur penting kesejahteraan akhlak dan rohani manusia. Di tempat lain Al-quran mempergunakan bahasa yang sangat keras mengenai orang-orang seperti itu (9:35) “

“ …Dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.  Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, Lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.” (9:34-35)

Resep kemajuan Ruhani dan Jasmani

1. Hz. Imam Mahdi a.s. bersabda, “Har iik nikii kii jart ittiqaa he, agar ye jart rahe to sab khucraha he,” artinya “ Akar dari segala kebaikan adalah taqwa, jika akar ini ada, maka segala sesuatunya pun akan ada “.

2. “Jika kamu mengharapkan agar hartamu itu tidak akan membawa kamu kepada kehancuran atau menyebabkan rusaknya iman-mu, maka ada baiknya harta demikian dibelanjakan di jalan Allah serta digunakan untuk tabligh dan untuk urusan kegiatan ke-agamaan.” ( Sinar Islam, Jan, Peb, Mar. 1974, h. 25 ).

Hati-Hati bisikan setan

1. Syaitan menakut-nakuti kamu dengan kemiskinan, dan menyuruh kamu berbuat kekejian, dan Allah menjanjikan kepada-mu anpunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha luas pemberian-Nya, Maha mengetahui. (2:268)

2. Memakan riba adalah seperti dirasuk syaitan/penyakit gila (2:275), Allah sahabat orang mukmin (2:257), Nafkahkan barang yang baik (2:267), Allah mengetahui nafkah dan nazar. (2:270)

3. Janji Allah kepada yang beriman, Shaleh, Shalat, Zakat, ada ganjaran, tak ada ketakutan dan duka cita. ( 2:277)

Renungan, datang kosong, kembali nol

1. “Segala sesuatu adalah kepunyaan-Mu, tidak ada sedikitpun yang dibawa dari rumah. Segala kenikmatan yang telah Engkau berikan kepada kami tak ada sedikitpun dari padanya yang dibuat oleh kami sendiri. Segala sesuatu adalah anugerah-Mu. Apabila semua ini dipersembahkan kepada-MU, maka hakikatnya tak ada sedikit pun yang kuberikan kepada-MU “ ( Syair Hz. Imam Mahdi as. ).

2.  Berikanlah dari apa yang ia dapatkan, – O sons of Adam !, heaven is mine and so is the wealth you possess. Why don’t you purchase my heaven ?. “ Wahai anak Adam, surga ini adalah milik-Ku, demikian pula harta-mu. Mengapa kamu tidak membeli surga-Ku dengan harta-Ku ? “ (Hz. Khalifatul-Masih III ra. 12 April 1970, Afrika ).

Post a Comment

0 Comments