MAKNA HIJRAH DAN AKTUALISASINYA DALAM KEHIDUPAN MUSLIM AHMADI

Oleh: Mln. Muhaimin Khairul Amin


وَالَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ آوَوْا وَنَصَرُوا أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ

“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka Itulah orang-orang yang benar-benar beriman. mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia.”(Q.S. Al-Anfal : 75)[1]

Makna Hijrah bagi kaum muslimin, merupakan tonggak sejarah yang menjadi titik tolak bagi perjuangan hidup Nabi Besar Muhammad Rasulullah saw.. Setiap jengkal sejarah yang telah ditorehkan oleh Rasulullah saw. meninggalkan jejak-jejak hikmah yang dapat dipetik oleh setiap mu’min dimanapun dan kapanpun. Namun, kebanyakan orang tidak dapat bercermin dari guratan-guratan peristiwa masa lalu untuk perbaikan kehidupannya ke depan.

Tentunya, kita sebagai orang yang beriman mempunyai kewajiban menatap masa lalu untuk merencanakan kehidupan yang akan datang agar kita mampu mengulang atau bahkan meningkatkan kesuksesan yang terdahulu dan memperbaiki kekurangan-kekurangannya.

Hadhrat Ali bin Abi Thalib r.a. pernah berkata: ” Orang yang celaka adalah mereka yang hari ini lebih jelek dari kemarin, termasuk merugi orang yang hari ini sama saja dengan yang kemarin, dan orang beruntung apabila hari ini lebih baik dari hari kemarin”.

Di antara tapak-tapak sejarah yang sangat penting adalah peristiwa hijrah Rasulullah saw dan sahabatnya dari Mekah ke Madinah. Peristiwa ini memberikan pelajaran bagi kita agar senantiasa tegar/ istiqamah didalam memegang teguh keyakinan, ikhlas dalam beramal dan da’wah  Ilallaah  menjadi prioritas dalam setiap aktifitas dan bersungguh-sungguh dalam mengkhidmati agama Allah SWT.

Hijrah yang dilakukan Rasulullah Saw. bersama para sahabatnya adalah suatu pekerjaan yang sangat berat baik secara fisik maupun mental, karena mereka terpaksa meninggalkan rumah dan harta miliknya serta berpisah dengan sanak keluarga dan handai tolan yang belum mau menerima seruan Islam, berpindah menuju suatu daerah yang masih asing. Mereka tinggalkan segala-galanya demi mengharapkan Ridha Allah Swt. semata.


Perjalanan Hijrah ini menuntut kewaspadaan dan ketabahan, karena bahaya senantiasa mengancam setiap saat dan sepanjang perjalanan.


Kita tahu, sebelum berangkat Hijrah, malam harinya kaum kafir Mekkah berkumpul di depan rumah Rasulullah dengan maksud mau membunuh Rasulullah Saw. Rasulullah menyelinap dalam kegelapan malam dan bisa meloloskan diri. Kemudian berangkat bersama Hadhrat Abu Bakar. Itupun masih dikejar oleh pasukan kaum kafir setelah diketahui bahwa Rasulullah telah lolos.


Pasukan kafir yang dipimpin oleh seorang pencari jejak akhirnya tiba di muka gua Tsur, yang pada saat itu Rasulullah dan abu Bakar ada didalamnya. Kata si pencari jejak, “Muhammad ada di dalam gua itu, atau telah naik ke langit”. Mendengar percakapan pasukan kafir  itu, Abu Bakar ketakutan, sambil berucap “Musuh hampir dapat menangkap kita”, Jawab Rasulullah : “jangan takut, Allah beserta kita.”  Abu Bakar : “Saya tidak takut  akan diriku, tapi takut akan keselamatan engkau, sebab jika aku mati, aku hanya seorang manusia biasa tetapi jika engkau mati, itu berarti matinya agama dan semangat.” (Zurqani). “Walaupun demikian, jangan takut,” Rasulullah meyakinkan. Kita bukan berdua dalam gua ini ada wujud yang ketiga : Tuhan” (Bukhari).[2] 


Sedikit saja pada waktu itu pasukan kafir itu membnungkuk, beliau berdua dengan Abu Bakar akan kelihatan, namun mereka tidak membungkuk dan berfikir  mana mungkin manusia akan aman dari binatang ular dan berbisa lainnya. 2 hari lamanya beliau berada di dalam gua tsur.


Inilah keyakinan nabi kita, keyakinan kapanpun Allah beserta kita. Keyakinan dekat dengan Allah Ta’ala. Sehingga jika keyakinan ini ada dalam diri kita, kita tidak akan takut sama manusia manapun..kita tidak takut pada sekelompok manusia yang ingin menggagangu keamanan ibadah kita.


Keyakinan dalam dada bahwa Allah beserta kita,  ini yang mahal, sehingga kita tidak akan takut di demo, tidak akan takut diserang, tidak akan takut mati, karena semua orang pasti mati. Besok atau lusa mati juga kalau sudah waktunya. Biar orang sepuluh ribu kali ikut perang kalau belum waktunya ya tidak akan mati. “Laa yastaqdimuwwna walaa yasta’khiruwn…”  mati itu tidak bisa dipercepat ataupun ditangguhkan. Selama kita masih merasa jauh dari Allah  Ta’ala,  selama itu pula kita selamanya ada dalam ketakutan. 


Disebutkan dalam suatu Hadits Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari sahabat Jabir ra., ia berkata : “pada suatu hari kami berangkat ke suatu tempat peperangan bersama Rasulullah Saw. kami berangkat menuju Najd. Di tengah perjalanan, Rasulullah saw. memerintahkan supaya berhenti untuk istirahat sebentar.


Kami dan semua pasukan turun dari unta masing-masing, kami langsung mencari tempat yang teduh untuk beristirahat. Unta-unta kami diikat di pohon, dan pedang kami, kami letakkan di ranting-ranting pohon. Rasulullah Saw. melakukan demikian pula, beliau ikat untanya dan beliau gantungkan pedang beliau di ranting pohon dekat beliau. Karena payah dalam perjalanan, sehingga kami semua tertidur. Rasulullah saw. terlihat amat lelah sehingga beliau pun tertidur di bawah pohon dekat beliau.


Tiba-tiba ketika beliau sedang tidur, datanglah seorang laki-laki yang kekar dan gagah menghampiri beliau yang sedang tidur. Sahabat  Jabir  ra. Bertanya dalam hati, “siapa orang yang berani mendekati Rasulullah saw.itu?” ternyata ia adalah seorang musuh yang sengaja diutus oleh pasukan kafir Mekkah untuk membuntuti pasukan kami guna membunuh Rasulullah saw..


Lalu orang itu mengambil pedang Rasulullah saw. dan mengacungkannya kehadapan Rasulullah Saw., sambil berkata lantang orang itu berseru : “Yaa Muhammad ! takhoofuniy (hai Muhammad apakah engkau tidak takut kepadaku?) di dalam genggamanku ada pedangmu ! Qoola : Laa. (Rasululah menjawab : Tidak, aku tidak takut) dengan perasaan jengkel orang  itu berkata kepada Rasulullah saw. “Fa man Yamna’uka minniy?” (siapakah yang dapat menolongmu dariku?”) Qoola : Allah ! jawab Rasulullah saw. : “Allah!)  Allahlah yang dapat mencegahmu!


Mendengar jawaban Rasullullah Saw.yang begitu tegas, orang tadi bertambah beringas sebab ia mengira jawaban Rasulullah saw. akan seperti keiinginannya yaitu yang dapat mencegahnya adalah  dirinya.!


Demikian harapan orang itu. Selanjutnya ia berkata lagi : “Man Yamna’uka min niy?” siapakah yang dapat menolongmu dari pedangku hai Muhammad ! Maka Rasulullah saw. menjawab dengan tegas : Allah..! “Allah lah yang dapat menolongku. ! demikian hingga tiga kali Rasulullah saw.mengucapkan kalimat Allah dan lepaslah pedang yang dalam gengaman orang itu di muka Nabi Muhammad saw. kemudian beliau mengambilnya seraya berkata :


“Man Yamna’uka Min niy?” , sekarang aku balik bertanya “siapakah yang dapat menolongmu dariku sekarang ini?” jawab orang itu dengan penuh harapan untuk dikasihani :


“Qoola : Kun Khaira Aakhidz..” (jadilah orang yang paling baik dalam mengambil keputusan). Dengan kata lain seolah-olah orang itu berkata : aku serahkan kepadamu, bagaimana keputusanmu. Hanya aku minta, ambillah keputusan yang sebaik-baiknya bagiku! Kemudian Rasulullah saw. melepaskan orang itu setelah orang itu berjanji tidak pernah memerangi Rasulullah saw. lagi selama hidupnya.


Demikianlah aqidah Nabi kita, selalu yakin bahwa Allah Ta’ala yang senantiasa akan menolongnya. Allah kita juga sama dengan Allah Nabi kita, jika kita yakin berjuang di jalan Allah Ta’ala, maka Insya Allah Allah akan menolong kita. Sebagaimana firman-Nya:“In Tanshurullaaha Yanshurkum.”     


Kembali ke makna Hijrah,…


Hijrah artinya menjauhi/ menghindari, berpindah secara hati, lisan, dan perbuatan. Perubahan mungkin dapat dimasukkan dalam pengertian hijrah. Karena hijrah membawa spirit perubahan bagi kaum mu’minin pada masa-masa awal dari kondisi jahiliyah (kebodohan) menuju cahaya Islam (tauhid).


Dengan demikian perubahan menuju kepada kebaikan dan peningkatan prestasi amal shaleh, serta perbaikan-perbaikan kualitas hidup menjadi program utama bagi kita dalam memaknai hijrah untuk kehidupan sekarang ini.


Karena hanya orang-orang yang mau berubah sajalah yang akan meraih kesuksesan hidup. Dan perubahan adalah suatu kepastian dalam alur kehidupan setiap orang. Sebagaimana Allah SWT berfirman:”Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga ia merubah dirinya sendiri”.


Awal kegemilangan Islam yang dilakukan Rasulullah adalah merubah bangsa Arab dari keyakinan pagan menjadi keyakinan tauhid, merubah nilai-nilai budaya yang merendahkan derajat kemanusiaan kemudian memuliakan manusia dengan Islam.


Oleh karena itu, janganlah takut untuk melakukan perubahan, karena ketakutan  selamanya  hanya akan menghalangi dan memenjarakan kita. Yakinlah, bahwa ketika kita membela agama Allah SWT pasti kita akan ditolong oleh-Nya dengan kehidupan yang lebih baik di dunia maupun di akherat. Jangan mundur ke belakang, tetapi tataplah masa depan untuk meraih kehidupan yang lebih baik.


Rasulullah Saw. bersabda : ”Al-Muhaajiru Man Haajaro ’ammaa NahaLlaahu ’anhu.” artinya : sesungguhnya orang yang Hijrah itu ialah orang yang berpindah dari apa-apa yang dilarang oleh Allah. (HR. Bukhari dan Muslim).


Bai’at juga merupakan Hijrah…Hijrah dari kampung yang lama menuju kampung kehidupan yang baru. Yang jika kesepuluh syarat Bai’at ini betul-betul dimaknai dan dijalankan dengan sungguh-sungguh, maka kehidupan baru yang diwarnai oleh kesucian akan diperoleh.


Hadhrat Masih Mau’ud as. Bersabda : “Hanya di mulut saja menyatakan baiat bukanlah tobat, baiat dan taubat harus ikrar dengan sepenuh hati. Jika hal itu sudah dipenuhi, maka sempurnanya janji-janji Tuhan akan dapat disaksikan oleh kalian. Orang-orang yang baiat yang pada hakikatnya adalah keinginannya yaitu agar mereka dapat menciptakan perubahan suci dalam diri mereka. itulah yang disebut baiat sejati yang dapat membuat perubahan suci pada diri seseorang.


Selain itu beliau as memberi nasihat,  “Kapanpun jangan melakukan baiat dicampuri syarat untuk mendapatkan barang-barang duniawi, akan tetapi [baiat] untuk menciptakan keadaan lebih baik dalam setiap amal perbuatan kalian. Dan perhatikanlah nanti Allah Ta’ala tidak akan membiarkan tanpa memberi pembalasan dan ganjaran yang baik kepada kalian. Janganlah merasa gelisah setelah melakukan baiat apabila banyak kesulitan yang dihadapi, selangkah demi selangkah mukmin sejati pasti akan selalu menang dan unggul diatas musuh-musuhnya. Sebab Allah Ta’ala telah berjanji “Aku dan rasul-rasul-Ku pasti akan menang.”[3]


Bersabda, “Senjata kita untuk meraih kemenangan adalah istighfar, taubat, pengenalan ilmu-ilmu pengetahuan agama, setiap saat memusatkan perhatian terhadap keagungan Allah Ta’ala dan menunaikan salat lima waktu.” Bersabda : “Salat adalah kunci bagi terkabulnya do’a-do’a. Apabila kalian menunaikan salat berdo’alah dengan khusyu dan jangan lengah, dan hindarkanlah diri dari setiap keburukan apakah yang berkaitan dengan hak-hak Allah Ta’ala ataupun berkaitan dengan hak-hak sesama manusia.”[4] 


Oleh karena itu, kita harus menaruh perhatian sepenuhnya terhadap nasihat-nasihat beliau as yang sangat penting itu. Nasihat-nasihat itu bukan hanya bagi para anggota baru baiat saja, melainkan bagi setiap orang Ahmadi, dan berapa lama seseorang sudah masuk Jemaat Ahmadiyah ia harus lebih maju dalam keimanan. Hendaknya mereka  harus berusaha lebih giat dari pada pendatang baru masuk Jemaat dalam meningkatkan iman. Setelah itu apa yang harus dia lakukan, hendaknya ia harus memohon ampunan dari segala dosa dan kesalahan dimasa lampau maupun dosa-dosa dimasa yang akan datang, memohon perlindungan kepada Allah swt, supaya jangan melakukan perbuatan dosa lagi.


Apakah arti istighfar? [Istighfar] artinya penyesalan dari perbuatan salah yang dikerjakan pada masa lampau kemudian bertekad keras di masa yang akan datang untuk menyelamatkan diri dari padanya. Kemudian tetap berpegang teguh diatas tekad itu sambil memohon pertolongan dari Allah swt.


Kemudian harus berusaha mengetahui ilmu pengetahuan agama, yang pertama dan paling utama adalah pengetahuan Kitab Suci Alquranul Karim, kemudian diikuti pada zaman sekarang ini dengan pengetahuan dari buku-buku Hadhrat Masih Mau’ud as, tulisan-tulisan beliau dan risalah-risalah beliau as yang berdasar kepada Alqur’an dan hadis-hadis Rasulullah saw, yang membuktikan keindahan dan keagungan ajaran-ajaran Islam kepada dunia dengan dalil-dalil dan bukti-bukti yang kongkrit.


Tidak ada yang dapat menandinginya, sebab Islam adalah agama yang kamil dan paripurna. Jika keagungan Tuhan menjadi tumpuan dan perhatian kita, artinya jika kita beriman dan yakin dengan sesungguhnya bahwa Tuhanlah Pencipta setiap benda didunia ini dan Yang Menyempurnakan setiap keperluan makhluk-makhluk-Nya dan benda apapun yang ada diatas langit dan bumi, semua berada di dalam pengetahuan-Nya secara kamil dan Dia Berkuasa atas segala sesuatu, Dialah Rab Kita Yang ditangan-Nya terletak hidup dan mati kita.


Kita yakin Dia hadir disetiap tempat dan Dia menyaksikan kita setiap saat. Maka kita tidak dapat berbuat apapun yang bertentangan dengan kehendak dan keinginan-Nya. Dan apabila semua keagungan Allah Ta’ala ini sudah meresap dalam kalbu kita, maka fikiran untuk menunaikan kewajiban salat lima waktu setiap hari akan timbul dengan sendirinya didalam kalbu kita, dan dengan sendirinya pula kalbu kita akan selalu runduk dihadapan Tuhan untuk memanjatkan do’a-do’a kepada-Nya.


Berkat eratnya hubungan dengan Allah Ta’ala itu akan timbul keyakinan didalam kalbu kita terhadap sempurnanya janji-janji Allah Ta’ala bahkan akan terus menerus tercipta kekuatan didalamnya. Dasar mengenai salat telah disabdakan bahwa ia adalah kunci kemaqbulan semua do’a-do’a.


Salat adalah do’a yang dapat mendekatkan diri manusia kepada Tuhan dan dapat menghidupkan hubungan manusia dengan-Nya. Jadi, salat dikerjakan dengan tertib, dengan penuh perhatian serta tepat pada waktunya adalah satu ajaran Alquran juga dan Hadhrat Rasulullah saw juga telah menegaskannya demikian terhadap umat beliau saw.


Demikian juga, Hadhrat Masih Mau’ud as telah menegaskannya pula terhadap hal itu. Dan apabila manusia sudah mengamalkan semua hal itu, maka perhatiannya baik terhadap kewajiban memenuhi hak-hak Allah Ta’ala maupun terhadap kewajiban memenuhi hak-hak sesama manusia juga akan tetap tercurah.                                                              


Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda, “Jika inqilaab (perubahan-perubahan revolusioner, mendasar) itu telah diciptakan dalam diri kalian, maka kalian akan mendapat bagian dalam kemenangan yang telah ditakdirkan dengan diutusnya Masih Mau’ud as yang kemenangannya berpasangan dengannya.” Tidak terdapat keraguan sedikitpun dalam hati kita tentang akan tercapainya kemenangan yang telah dijanjikan oleh Allah Ta’ala kepada Masih Mau’ud as.


Namun, sambil memberi nasihat kepada kita beliau as bersabda, “Itulah senjata-senjata bagi mencapai kemenangan kita, jika kalian berusaha menggunakannya tentu kalian akan memperoleh bagian dalam kemenangan itu. Jika tidak, kalian memang orang-orang Ahmadi dalam hal nama saja akan tetapi dalam amalan kalian bukan Ahmadi.” 


Jadi, setiap orang Ahmadi harus berusaha menjadi para Ahmadi yang pandai beramal, yang siap sedia menjadi bagian dari kegiatan Hadhrat Masih Mau’ud as dalam  memperjuangkan kemenangan Islam.


Allah Ta’ala telah memberi kabar-kabar suka di berbagai tempat yang tidak dapat dihitung banyaknya kepada Hadhrat Masih Mau’ud as mengenai kemenangan itu. Dan setiap matahari terbit diatas Jemaat ini kita menyaksikan sempurnanya kabar-kabar gembira itu. Begitu kerasnya perlawanan secara kejam dan terus-menerus dilancarkan terhadap Jemaat Ahmadiyah.


Jika Jemaat Ahmadiyah ini hasil karya manusia, bukan didirikan atas perintah Tuhan, maka jangankan untuk maju beberapa langkah, satu saat-pun Jemaat ini tidak mungkin dapat hidup. Akan tetapi ingat, Allah Ta’ala telah berjanji terhadap Jemaat ini, bagaimanapun kerasnya semua perlawanan, semua kesulitan mereka lancarkan, Jemaat ini akan terus maju diatas jalan kemenangan. 


Kita harus selalu ingat setiap waktu bahwa kabar-kabar suka Allah Ta’ala itu pasti benar. Dan telah ditaqdirkan Jemaat Hadhrat Masih Mau’ud as pasti menang. Akan tetapi apabila Allah Ta’ala memberi kabar-kabar suka tentang kemenangan, maka tanggung jawab orang-orang beriman-pun akan semakin meningkat. Ada beberapa tanggung jawab tertentu diatas pundak orang-orang beriman yang harus dilaksanakan. Allah Ta’ala berfirman ‘me teri tabligh ko zamin ke kinarung tak pahuncaungga’. Artinya “Aku akan sampaikan tabligh engkau sampai ke pelosok-pelosok dunia.” [5]


Sungguh! Tuhanlah yang sedang melaksanakan pekerjaan [tabligh] ini. Dan pada zaman ini Allah Ta’ala telah menjadikan MTA sarana yang besar [penting] untuk kegiatan [tabligh] itu yaitu Allah Ta’ala menyampaikan pesan ini ke berbagai penjuru dunia. Jadi, sekarang pesan (amanat) Hadhrat Masih Mau’ud as itu sampai ke seluruh pelosok dunia, MTA sedang memenuhi tugas itu (menyampaikan tabligh Jemaat ini).


Akan tetapi jika kita memasang perangkat MTA lalu duduk malas, tidak mengerjakan apa pun, tidak menyusun suatu program, tidak ada rekaman berbagai macam kegiatan tabligh yang dibuat, atau kegiatan-kegiatan lainnya itu lalu kita tidak memanfaatkannya juga, berarti kita membuat diri kita mahrum (luput) dan tidak mendapat faedah dari pada sarana yang telah Tuhan sediakan itu.


Jika kita tidak mengambil faedah dari literatur yang sangat luas yang telah disediakan oleh Hadhrat Masih Mau’ud as untuk disampaikan kepada orang lain atau disebarluaskan kepada masyarakat maka berarti kita tidak menunaikan kewajiban kita yang akibatnya kita akan menjadi orang berdosa.


Walaupun keadaan kita demikian, pekerjaan Allah Ta’ala ini akan berjalan terus. Kita menjadi orang berdosa jika tidak memanfaatkan sarana yang telah disediakan oleh AllahTa’ala. Tidak pernah terjadi diatas dunia ini ada seorang nabi beserta jemaatnya meninggalkan semua pekerjaan setelah menerima banyak janji [kemenangan] dari Allah Ta’ala, kemudian duduk bermalas-malas. Siapakah yang lebih dicintai oleh Allah Ta’ala selain Nabi Muhammad saw?


Akan tetapi, ketika beliau saw diberi kabar oleh Allah Ta’ala tentang kemenangan diatas pemerintahan Kaisar dan Kisra[6], maka para sahabat juga mau tak mau berusaha keras untuk itu dan banyak mengeluarkan pengorbanan juga untuk itu. Kita harus yakin sepenuhnya bahwa janji-janji Allah Ta’ala kepada Hadhrat Masih Mau’ud as pasti akan sempurna semuanya.


Jika untuk menyempurnakan janji-janji itu kita ikut berjuang didalamnya, jika kita betul-betul paham terhadap pentingnya tanggungjawab kita, maka kita akan berhasil meraih keridhaan Allah Ta’ala. Setiap orang Ahmadi, setiap karyawan (pekerja, pengkhidmat) dalam Jemaat harus paham terhadap kewajiban itu dan harus bekerja (berupaya) atas dasar hal itu.


Saya ingin mengemukakan beberapa nubuatan Hadhrat Masih Mau’ud as dihadapan anda semua. Dalam karya tulis beliau as ‘Tadzkiratus Syahadatain’ Hadhrat Masih Mau’ud as. bersabda : “Hai manusia sekalian! Dengarlah kabar ghaib ini yang datang dari Tuhan Yang telah menciptakan langit dan bumi. Dia akan menyebarluaskan Jemaat ini ke seluruh negeri di dunia.


Dia akan memberi kemenangan kepada mereka diatas setiap orang dengan dalil dan argumentasi. Hari yang ditunggu itu sudah tiba bahkan sudah sangat dekat sekali bahwa di dunia akan ada hanya satu madzhab (agama, Islam-) ini saja yang akan dikenang dengan penuh hormat.


Tuhan akan menurunkan keberkatan-keberkatan-Nya diatas agama dan silsilah (Jemaat) ini diluar kebiasaan [sangat luar biasa sehingga orang-orang tidak menyangka sebesar itu]. Terhadap setiap orang yang memikirkan (berencana dan berupaya) untuk menghapuskannya akan digagalkan. Dan kemenangan ini akan tetap berlangsung selamanya sampai Hari Kiamat.”[7]


Itulah keyakinan yang pasti yang telah beliau umumkan. Dan beliau as tetap teguh diatas keyakinan itu, sebab Allah Ta’ala telah menegaskan bahwa Dia akan lakukan itu semua, tidak ada keraguan sedikitpun pasti kemenangan Islam akan diperoleh hanya melalui Jemaat Ahmadiyah. Dan pasti akan terjadi, insya Allah!! Dan kita saksikan bagaimana Allah Ta’ala telah menyempurnakan kabar ghaib (nubuatan) itu dan Dia sedang terus-menerus menyempurnakannya.                               


Kutipan tersebut ditulis tahun 1903. Telah disebutkan bahwa pada tahun itu Jemaat Ahmadiyah mulai dikenal di luar negara Hindustan (India) namun tidak dikatakan bahwa Jemaat sedang berkembang di luar negara Hindustan. Akan tetapi sekarang, dengan karunia Allah Ta’ala, perwakilan Jemaat telah berdiri di 198 negara dan kurang-lebih di setiap negara di dunia dengan cara bagaimanapun Jemaat telah diperkenalkan.


Jadi, Tuhan dengan perantaraan Ahmadiyyat telah menyampaikan atau sedang giat menyampaikan amanat Islam di seluruh dunia, Dia-lah juga yang akan menyempurnakan kabar ghaib yang lainnya. Dimana timbul perlawanan terhadap Ahmadiyah di sana adanya perlawanan itu sendiri menjadi sarana bagi penyampaian amanat Ahmadiyah. Dan disebabkan gejolak perlawanan itu orang-orang yang berjiwa bersih menaruh perhatian terhadap Ahmadiyah.


Semakin besar kedudukan janji-janji dan semakin besar kabar-kabar suka itu, maka semakin besar pula tanggung jawab kita untuk mengambil bagian didalamnya. Kita harus mengambil bagian dengan sungguh-sungguh dalam menunaikan hak-hak Allah (huququllah).


Dan dalam menunaikan hak-hak sesama manusia (huququl ’ibaad) kita harus menjauhkan diri dari semua dorongan hawa nafsu. Harus mengambil bagian dalam menunaikan da’wat ilallah sebanyak mungkin dengan menggunakan semua kekuatan, semua ilmu pengetahuan dan dengan segala kemampuan usaha kita. Barulah kita akan memperoleh banyak faedah dari gerakan agung dengan keberkat-keberkatan-Nya yang agung itu.


Hadhrat Masih Mau’ud as dalam satu tempat bersabda, ”Allah Ta’ala telah berulang kali memberi kabar kepadaku bahwa Dia akan memberi kebesaran kepadaku dan kecintaan manusia kepadaku akan Dia tanamkan dalam kalbu-kalbu mereka.


Dia akan menyebarluaskan Jemaatku ke seluruh pelosok dunia dan Dia akan memenangkan Jemaatku diatas golongan-golongan lain. Dan para anggota Jemaatku akan memperoleh ilmu pengetahuan dan makrifat demikian sempurna sehingga dengan nur kebenaran mereka dan dengan dalil-dalil dan dengan tanda-tanda nyata, mereka akan menutup mulut semua lawan.”[8]


Itulah kabar suka yang sangat dahsyat yang pada dasarnya hal itu berkaitan dengan kemenangan Islam diatas semua agama di dunia. Dengan memahami makna Hijrah dalam konteks saat ini, selaku ahmadi marilah kita mengaktualisasikannya dengan berusaha terus-menerus memperkuat iman kita, meningkatkan ketertiban beribadah, meningkatkan hubungan dengan Allah Ta’ala demi kebangkitan Islam kedua kali yang akan diperoleh dengan perantaraan Hadhrat Masih Mau’ud as yang sekarang sedang berlangsung. Kita harus membantu dan mendukung segala usaha beliau as agar kita dan anak keturunan kita menjadi para pewaris rahmat dan karunia Allah Ta’ala. Untuk itu semoga Allah Ta’ala memberi taufiq kepada kita semua. [Aamiin]        


[1] Penulisan nomor ayat Alqur’an dalam makalah ini mengikuti mushaf yang basmallahnya diberi nomor ayat pertama, seperti dalam surat Al-Fatihah. Peny.


[2] H.M. Mirza BashiruddinMahmud Ahmad , “Riwayat Hidup Rasulullah Saw.” (Bogor :Yayasan Wisma Damai, 1992) h. 43-44


[3] Malfuzaat jilid nomor 3, halaman 219 s/d 221


[4] Malfuzaat jilid nomor 3, halaman 221-222


[5] Tadzkirah halaman 260 edisi keempat cetakan Rabwah


[6] Kaisar adalah gelar raja Romawi sedangkan Kisra menjadi gelar raja Persia.


[7] Tadzkiratusy Syahadatain, Ruhani Khazain jilid 20 halaman 66


[8] Tajalliyaati Ilahiyyah, Ruhani Khazain jilid nomor 20 halaman 409

Post a Comment

0 Comments