ISLAM KAFFAH

Oleh: Mln. Jajang Khalid Ahmad (Mubaligh Barru-Sulsel 1)

Berkenaan dengan Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw., sudah sekian banyak orang bergabung dengan Islam dari awal semenjak Rasulullah saw. masih hidup sampai sekarang di akhir zaman ini. Seiring berjalannya waktu Islam pun berkembang dan pernah menjadi penguasa dunia sehingga dunia tersinari matahari Islam termasuk Indonesia ini.

Islam menjadi magnet dan pusat perhatian dan telah merasuki setiap nafas dan sendi kehidupan  para pengikutnya. Sudah tidak asing lagi ada namanya Islam Suni dan Islam Syiah, bahkan dalam aktifitas keseharian mereka tidak mau lepas dari kata-kata Islam, karena mencintai dan memuliakan Islam sehingga ada Islam Liberal, ada Islam Nusantara, ada Islam Ramah, ada Islam Rahmah dan lain-lain. Itu menunjukan bahwa, pertama Islam adalah pusat perhatian dan yang ke dua adalah merupakan  luapan rasa cinta dan hormat pada yang dianutnya (agamanya).

Namun demikian, ada istilah yang sudah sangat terkenal dan melegenda dalam agama Islam yakni Islam Kaffah. Kaffah secara bahasa artinya keseluruhan, menyeluruh (total). Makna secara bahasa tersebut bisa memberikan gambaran kepada kita mengenai makna dari Muslim yang Kaffah, yakni menjadi muslim yang tidak “setengah-setengah” atau menjadi muslim yang sungguhan. 

Ada juga yang mengaitkan Islam Kaffah ini dengan istilah yang lebih dipahami sebagai ajakan untuk mendirikan Khilafah Islamiyah (negara Islam). Tidak dianggap kaffah jika belum bisa mewujudkan syari’ah Islam di tengah kehidupan, dan hal itu hanya bisa ditegakkan dengan sistem Khilafah Islamiyah. Pengertian seperti ini muncul secara serampangan, dan jauh dari semangat pengertian yang sesungguhnya. 

Firman Allah swt:

يا ايّها الّذين أمنوا ادخلوا فى السّلم كافّة ولا تتبعوا خطوات الشّيطان انّه لكم عدوّمبين              

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman masuklah kamu ke dalam kepatuhan seutuhnya dan jangan mengikuti langkah-langkah setan, sesungguhnya ia bagimu musuh yang nyata”. (QS 2: 208).

Ayat ini memeberikan penerangan bahwa masuk Islam atau kepatuhan itu, kita harus Kaffah. Kaffah berarti: (1) semuanya; (2) seutuhnya atau selengkapnya; (3) memukul mundur musuh dan (4) menahan diri sendiri atau orang lain dari dosa dan penyelewengan (Mufradat). 

Jadi Al-Quran mengingatkan orang-orang beriman untuk Kaffah dalam keimanan kepada Allah dan para Rasul-Nya, sebab Allah senantiasa memilih rasul-rasul-NYA dari antara para malaikat dan dari antara manusia. Sesungguhnya Allah maha Mendengar, Maha Melihat (QS 22:76). Di ayat ini  di terangkan suatu Sunatullah sebagai kaidah umum yang tidak dapat dibatalkan yaitu bahwa Allah selalu mengutus Rasul-Nya dari antara para malaikat dan manusia. Adalah hak prerogatif Allah untuk mengutus rasul-rasul-Nya, jika memang di perlukan sesuai dengan kondisi zaman.

Adapun Iman dalam Agama Islam terbagi ke dalam 6 pilar yaitu, (1) Iman kepada Allah; (2) Iman kepada Malaikat-Malaikat Allah; (3) Iman kepada Kitab-Kitab Allah; (4) Iman kepada Rasul-Rasul Allah; (5) Iman kepada Hari akhir; (6) Iman kepada Qodho dan Qodhar.

Jika kita lihat sekilas maka mungkin tidak ada perbedaan dalam kepercayaan tentang arkaanul-iimaan umat muslim di seluruh dunia, namun jika ditelisik agak dalam ternyata ada perbedaan. Misalkan tentang utusan Allah swt. di akhir zaman ini, ada yang mengatakan tidak ada lagi utusan Allah swt. setelah Nabi Muhammad saw., ada juga yang mengatakan silsilah utusan Allah swt. akan terus berlangsung hingga hari penghabisan. Namun karena Nabi Muhammad saw. adalah utusan terakhir yang membawa syariat, maka Nabi yang datang adalah umati yakni kenabian yang merupakan  suatu anugrah berkat dari mengikuti Rasulullah saw.

Maka dari itu, jika di lihat berdasarkan pada Firman Allah swt dalam Al-Quran Surah An-Nisa 151-153, manusia oleh Allah swt di bagi menjadi lima golongan:

Golongan pertama, adalah yang tidak percaya kepada Allah swt dan tidak percaya kepada semua Rasul-Rasul-Nya (Atheis).

Golongan kedua, yang membeda-bedakan antara percaya kepada Allah swt dengan Rasul-Rasul. Jelasnya hanya percaya kepada Allah swt. saja, dan tidak percaya terhadap Rasul-Rasul. Malah dalam perilaku kehidupan sehari-hari juga, yang menjadi pembicaraannya percaya kepada Allah swt., ma’rifat Allah swt., akrab kepada Allah swt., hanya itu saja. Tidak pernah menyebut iman kepada Rasul. Malahan Rasul tidak pernah di sebut sama sekali. Pemikirannya, tanpa iman dan taat kepada Rasul manusia bisa berma’rifat dengan Allah swt., bisa jadi manusia sempurna. 

Golongan ketiga, yang percaya pada sebagian Rasul-Rasul dan tidak percaya pada sebagian lagi.  Umat Yahudi umpamanya, hanya percaya pada Rasul-Rasul dari Nabi Adam a.s. sampai pada Nabi Musa a.s., pada Nabi sesudah Nabi Musa a.s. tidak percaya (tidak beriman). 

Umat Kristen juga, hanya percaya pada Nabi sebatas Nabi Adam a.s. sampai pada Nabi Isa a.s., pada Nabi sesudah Nabi Isa a.s. tidak percaya (tidak beriman).

Ada Sabda Nabi Muhammad saw dalam Sahih Muslim dan Bukhori  j 3: 174,

لتتّبعنّ سنن من قبلكم شبرا بشبر وذراعا بذراع حتّى لو دخلوا جحر ضبّ تبعتمهم ~ قلنا من هم يارسول اللّه؟ اليهود والنّصارى؟ قال فمن                                            

“Umat Islam akan mengikuti jejak umat-umat sebelumnya, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, bahkan kalau umat yang sebelum kalian masuk pada liang Biawak sekalipun akan ditiru/diikuti.”

(Para sahabat) bertanya: “siapa mereka umat terdahulu yang akan ditiru jejaknya oleh umat Islam itu, ya Rasulallah? Apakah orang Yahudi dengan orang Nasrani?”

Sabda Rasulullah saw: “siapa lagi”.

Berdasar pada Hadits ini, penyakit Yahudi dan Nasrani (diantaranya) tidak beriman kepada Nabi yang datang setelah Nabi yang dipercaya oleh mereka, tidak mustahil umat Islam pun terkena penyakit ini. Tidak  percaya pada Nabi yang di utus setelah Nabi Muhammad saw.   

Golongan yang keempat, yang mengambil jalan tengah, antara percaya dan tidak percaya. Jelasnya : percaya tidak, tidak, ingkar tidak. Iman tidak, benci tidak. Jadi yang termasuk kepada golongan yang keempat ini, Firman Allah swt: 

اولئك هم الكفرون حقا                                    

”Mereka itulah orang-orang kafir yang sebenar-benarnya.”

Golongan yang kelima, yaitu golongan orang-orang yang beriman kepada Allah dengan beriman kepada seluruh Rasul-Rasul Allah tanpa membeda-bedakan pada seorang rasul pun. Allah akan memberikan ganjaran kepada mereka, dan Allah Maha pengampun, Maha Penyayang. 

والّذين امنوا باللّه ورسله ولم يفرّقوا بين احد مّنهم اولئك سوف يؤتيهم اجورهم وكان اللّه غفورا رّحيما  

Artinya: “dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasulnya serta tidak membedakan seorangpun di antara mereka, meraka inilah yang segera akan diberi ganjarannya. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang”. 

Jadi jangan kita membeda-bedakan Nabi, sebagian di percaya sebagian lagi di tolak, walaupun cuma pada seorang Nabi. Supaya kita termasuk pada golongan yang ke lima, iman kepada Allah dan semua Rasul Allah, tanpa terkecuali seorangpun dan termasuk kepada kepatuhan yang total.

Post a Comment

0 Comments