MARI MENTAATI SETIAP SERUAN PENGORBANAN


Oleh: Mln. Mubarak Achmad

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ.تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Hai, orang-orang yang beriman! Apakah Aku tunjukkan kepadamu suatu perdagangan yang akan menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? Kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan kamu berjihad di jalan Allah dengan hartamu dan jiwamu. Yang demikian itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (Ash-Shaff: 10-12)

Setiap utusan Allah swt. yang datang ke dunia menganjurkan kepada para pengikutnya untuk melakukan pengorbanan, karena pengorbanan merupakan sarana pengikat antara utusan Allah swt. dengan para pengikutnya. Sementara bagi yang tidak ikut serta dalam gerakan pengorbanan, mereka diibaratkan seperti dahan-dahan kering yang pasti jatuh terpisah dari batangnya.

Dalam memahami misi kenabian pengikut para nabi memiliki persepsi yang berbeda-beda, sebagai dampaknya timbul semangat perngorbanan yang berbeda-beda pula. Bagi mereka yang dengan segera menerima seutuhnya misi kenabian, ruh kehidupan baru yang penuh berkah akan mereka dapatkan. Sementara mereka yang menampik seruan para Nabi akan terus dikejar-kejar bayang-bayang kegelapan.

Betapa ironisnya apa yang diceritakan oleh Al-Qur'an mengenai umat seorang nabi yang menyakiti nabi mereka sendiri. Ketika diperintahkan kepada mereka untuk berkorban, mereka berkata,“Pergilah engkau berperang dengan Tuhan engkau dan kami duduk menunggu di sini”, sehingga sebagai pelajaran Al-Qur'an telah mengabadikan perlakuan mereka yang telah menyakiti nabi mereka tersebut. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

يَٰقَوْمِ لِمَ تُؤْذُونَنِى وَقَد تَّعْلَمُونَ أَنِّى رَسُولُ ٱللَّهِ إِلَيْكُمْ

Hai kaumku, kenapa kamu menyakitiku padahal kamu mengetahui bahwa aku Rasul Allah untuk kamu sekalian? (Ash-shaf: 6).

Namun, ketika Junjungan kita Nabi Muhammad saw. datang membawa Islam, seruan beliau saw. segera disambut oleh para pengikut beliau saw. Sebagaimana di dalam Bibel disebut sebagai “ruh-ruh suci” yang telah mengurbankan jiwa mereka secara massal, para sahabat layaknya domba-domba disembelih demi tumbuh suburnya dan utuhnya taman Islam yang indah ini. Medan pertempuran Badar, Uhud dan lainnya telah menjadi saksi akan sumpah setia mereka.

Hadhrat Masih Mau’ud as.dengan sangat indah menyampaikan dalam syair beliau as.:

Di jalan ini jika Engkau berikan seratus jiwa selaku kurban 
Belum seimbang dengan Nabi Muhammad saw.
Belum seimbang dengan Nabi Muhammad saw.

Di jalan pengorbanan harta ini jika terjadi aku dibakar, dibunuh mati 
Tak kutinggalkan istana Nabi Muhammad saw. 
Tak kutinggalkan istana Nabi Muhammad saw. 

Kemudian kita melihat dalam sejarah bagaimana teladan pengorban harta Hadhrat Abu Bakar Shiddiq ra. Beliau ra. telah menyerahkan seluruh harta miliknya hingga tidak ada yang tersisa lagi. Begitu juga para sahabat yang lainnya pun tidak ingin  ketinggalan, bahkan terjadi persaingan ketat di antara mereka dalam pengorbanan harta.

Mereka  menganggap bahwa setiap himbauan pengorbanan merupakan suatu kesempatan emas yang tidak boleh dilewatkan, karena mereka mengetahui bahwa setiap detik dari kehidupan dalam perjuangan di jalan Allah swt. akan diganjar bukan dengan ganjaran setahun, seratus tahun, atau seribu tahun, bahkan dengan ganjaran abadi untuk selama-lamanya. 

Mereka dianugerahi gelar abadi,“Allah ridha pada mereka dan mereka ridha pada Allah”. Entah berapa ribu generasi lagi yang akan terus mendoakan mereka. Mereka mengenal kedudukan majikan mereka saw. dalam arti sebenarnya.

Namun, sebagian orang dari kelompok yang tidak memahami misi kenabian telah mencemooh mereka dengan ucapan, "Upaya-upaya kalian itu sia-sia belaka dan alangkah bodoh dan dungunya kalian ini memberikan harta milikmu kepada Muhammad (saw)". Akan tetapi, sejarah telah mencatat siapa sebenarnya yang bodoh dan siapa yang berakal. Apa yang telah diraih oleh Hadhrat Abu Bakar Shiddik r.a dan para sahabah lainnya sebagai hasil dari pengorbanan mereka, dan apa yang telah diraih oleh mereka yang tidak siap melakukan pengorbanan telah nampak jelas di hadapan dunia.

Dalam ayat yang dikutip di awal tulisan, disebutkan bahwa, ”Kamu berjihad dengan harta dan jiwa”. Di sini dengan sangat jelas Allah swt. telah menawarkan kepada kita sebuah resep bisnis yang merupakan penyelamat dari azab yang pedih, penyelamat dari krisis dan juga sarana untuk mengentaskan kemiskinan, yakni bagaimana supaya diri kita sendiri dan anak keturunan kita dapat selamat dari semua kemungkinan buruk perniagaan dunia dan akhirat. Terlebih dalam hadis disebutkan bahwa pada masa Imam Mahdi harta benda akan melimpah ruah, perniagaan akan sedemikian rupa majunya.

Secara umum berdasarkan pengalaman dalam Jemaat ini, kita melihat banyak sekali orang yang ekonominya lemah masuk dalam jemaat Ilahi ini, ketika mereka mulai membayar candah dengan benar, maka tiba-tiba saja terjadi perubahan drastis dalam hidupnya.

Tadinya seumur-umur hidup susah, setelah masuk Jemaat terjadi perubahan besar. Bukan satu, dua, puluhan atau ratusan, bahkan semua warga Jemaat yang membayar pengorbanan dengan sebenarnya mempunyai pengalaman semacam ini. Akan tetapi sebaliknya, orang-orang yang berat mengulurkan tangannya untuk berkurban, tangan Tuhan pun nampak tidak sepenuhnya bergerak menolongnya.

Huzur aba. pernah bersabda kepada orang-orang ahmadi Afrika yang karena musim paceklik mereka meminta supaya dibebaskan dari candah. Huzur aba. memberikan jawaban, "Apakah kalian menganggap bahwa saya akan setega itu menghancurkan anak-anak keturunan kalian dengan memberikan izin pada  kalian bahwa karena saat ini musim pacekelik maka kalian boleh untuk tidak membayar candah? Jangan pernah berprasangka demikian, justru untuk keluar dari kesulitan dan krisis/pacekelik ini perlu untuk membayar candah. Inilah fungsinya candah, yakni pengurbanan harta di jalan Allah.”.

Jadi jelaslah bahwa pengorbanan merupakan resep yang telah teruji keampuhannya dalam sejarah agama-agama dan mustahil jika resep ini di akhir zaman tidak lagi ampuh.

Pengorbanan bagi seorang Ahmadi telah menancap di hati dan tidak dapat dipisahkan dari jiwanya. Para Ahmadi telah memahami hakikat dari pengorbanan. Setiap Ahmadi senantiasa siap mengorbankan kehomatan, waktu, pikiran, tenaga dan harta mereka di jalan Allah swt.

Pengorbanan ini tidak hanya sekedar sebuah teori, melainkan sebuah amalan yang secara terus-menerus dipraktekkan dan diamalkan secara dawam dalam Jemaat. Kita para Ahmadi adalah laskar-laskar Allah swt. untuk memenangkan pertempuran ruhani melalui pengorbanan di akhir zaman ini. Marilah kita seragamkan langkah kita untuk maju ke depan mengiringi langkah Al-Masih di akhir zaman ini dengan ikut serta dalam gerakan-gerakan pengorbanan-pengorbanan dalam Jemaat.

Mudah-mudahan Allah swt. memberikan taufik pada kita untuk dapat menyambut setiap seruan Imam Zaman ini dan menorehkan tinta emas dalam perjuangan mewujudkan kemenangan Islam melalui pengorbanan harta dalam Nizam Jemaat yang didirikan oleh Al-Masih akhir zaman ini. Allahumma Aamiin.

Post a Comment

0 Comments