Kemajuan Bertahap Manusia



Oleh: Mln. Fathir Ahmad

Layaknya seekor ulat yang berubah menjadi kupu-kupu yang indah dan bisa terbang kesana-kemari. Begitu pula tingkat membakarnya bulan Ramadhan dari 10 hari pertama yang membakar segala dosa sampai di akhir Ramadhan kita kembali menjadi suci (fitri). Manusia pun dalam perkembangannya bertahap dari bisa merangkak sampai bisa berlari.

Membahas kemajuan kerohanian juga perkembangannya bertahap seperti yang disabdakan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. di dalam buku Filsafat Ajaran Islamnya bahwa mengapa di dalam ajaran Islam, Allah swt. menganugerahkan kepada manusia kaidah-kaidah perbaikan terhadap keadaan-keadaan alami (thabi’i), lalu secara perlahan-lahan mengangkatnya ke atas dan ingin mengantarkan sampai kepada derajat tertinggi keadaan rohani.

Untuk meraih keadaan tertinggi dalam kerohanian perlu ada langkah-langkah yang ditempuh, tidak semata-mata ia dianugerahi menjadi Nabi atau anak yang Sholeh, sehingga Allah ta’ala memberi Kasih-Nya yang besar kepadanya. Oleh karena itu, Hadhrat Masih Mau’ud as. memberikan gambaran atau kronologis seseorang dapat menjadi dekat dengan Allah ta’ala itu bagaimana langkah-langkahnya.

1. Pertama, Allah berkehendak melepaskan manusia dari cara-cara hewani dengan mengajarkan kepadanya cara-cara manusiawi, seperti bagaimana duduk yang baik, makan-minum yang halal, berkata-kata yang baik, dan sebagainya.

2. Kemudian menaikkan standar kebaikan orang tersebut dalam beramal dan berakhlaq, membuatnya bermetamorfosis dari akhlaq razilah (akhlak rendah) berangsur-angsur dengan seiring banyak perbaikan ia dapat mencapai akhlaq fadhilah (akhlak tinggi).

3. Dan selanjutnya Allah swt. telah menetapkan tingkat kemajuan ketiga, yakni manusia tenggelam dalam kecintaan dan keridhaan Sang Maha Pencipta-nya Yang Hakiki, serta segenap wujudnya menjadi milik Allah. Inilah suatu tingkat yang untuk mengingatkannya, maka agama orang-orang Muslim telah diberi nama Islam. Sebab, yang disebut Islam ialah penyerahan diri secara sempurna kepada Tuhan dan tidak menyisihkan sesuatu bagi dirinya sendiri, sebagaimana Allah swt. berfirman:

بَلَىٰۚ مَنۡ أَسۡلَمَ وَجۡهَهُۥ لِلَّهِ وَهُوَ مُحۡسِنٞ فَلَهُۥٓ أَجۡرُهُۥ عِندَ رَبِّهِۦ وَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ 

orang yang mendapat keselamatan ialah orang yang untuk Allah, ia menyerahkan diri bagaikan hewan korban di jalan-Nya. Dan ia menunjukkan keikhlasannya tidak hanya dengan niat saja, melainkan dengan perbuatan-perbuatan baik. Barangsiapa berbuat demikian, ganjarannya sudah ditetapkan di sisi Allah. Dan orang-orang yang demikian, sedikit pun tidak takut serta tidak pula akan berduka cita. (QS Al-Baqarah : 112)

Kemudian, umat Islam dalam beribadah kepada Allah memiliki rukun yang seperti ini:

قُلۡ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ  لَا شَرِيكَ لَهُۥۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرۡتُ وَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلۡمُسۡلِمِينَ

Katakanlah: “sembahyangku, pengorbananku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah, yang sifat Rabbubiyat-Nya melingkupi segala sesuatu. (QS. Al-An'am : 162)

Tiada sesuatu dan tiada seorang pun yang merupakan sekutu bagi-Nya; dan tidak ada makhluk yang menyekutui-Nya. Kepadaku diperintahkan agar aku berbuat demikian dan aku adalah yang paling pertama berdiri tegak di atas makna Islam, yakni yang mengorbankan diri di jalan Allah." (QS. Al-An'am : 163)

Berikutnya, HAdhrat Masih Mau’ud as. menyampaikan Iman yang harus dimiliki Umat Islam adalah sebagai berikut :

وَأَنَّ هَٰذَا صِرَٰطِي مُسۡتَقِيمٗا فَٱتَّبِعُوهُۖ وَلَا تَتَّبِعُواْ ٱلسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمۡ عَن سَبِيلِهِۦۚ ذَٰلِكُمۡ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ 

Inilah jalan-Ku, maka ikutilah jalan-Ku. Dan sebaliknya jangan ikuti jalan lain, karena engkau nanti akan menyimpang jauh dari Allah. (QS. Al-An'am : 153)

Dari ayat ini jelas bahwa sarana untuk meningkatkan kemajuan rohani adalah dengan menjalankan syariat Islam dengan sebaik-baiknya. Kemudian, beliau as. menambahkan bahwa untuk meraih kesempurnaan dalam keimanan, maka ikutilah sunnah-sunnah Rasul, sebagaimana diterangkan dalam ayat berikut ini:

قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ 

Katakanlah kepada mereka: "Jika kamu cinta kepada Allah, maka ikutilah aku, dan berjalanlah pada jalanku supaya Allah pun cinta kepadamu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Dia adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran : 32)

Dengan demikian sempurnalah sudah amalan-amalan seorang insan, layaknya yang kita ketahui sebagai seorang Insan Kamil; yang mulia Rasulullah saw. Dimana terdapat uswatun hasanah pada diri beliau saw. sehingga patut menjadi teladan untuk mencapai kesempurnaan dalam kerohanian seorang insan.

Post a Comment

0 Comments