Kecintaan Hadhrat Masih Mau’ud as.Terhadap Hadhrat Rasulullah saw.




Oleh : Mln. Rahmat Rahmadijaya

Sebagaimana kita ketahui bahwa tanggal 23 Maret mempunyai suatu peristiwa sejarah yang amat penting karena pada tanggal tersebut atas petunjuk Allah swt. Hadhrat Masih Mau’ud a.s. mulai mengambil baiat. Dengan demikian, pada saat itulah mulai berdirinya Jema’at Ahmadiyah dan merupakan batu pondasi bagi kebangkitan Islam yang kedua kalinya.

Latar belakang keadaan Islam di anak benua india pada waktu Jema’at ini didirikan perlu di ceritakan kembali, pada waktu itu orang-orang muslim yang memiliki kecintaan terhadap Islam sedang dalam keadaan sangat gelisah. Di anak benua india itu serangan-serangan yang di lakukan oleh para penganut agama-agama lain khususnya para misionaris Kristen terhadap Islam sangat gencar dan mengerikan, ulama-ulama Islam pada waktu itu sangat lemah tidak berdaya menghadapi mereka, yang mengakibatkan tidak sedikit orang-orang Islam yang keluar dari agama nya dan memutuskan hubungan dengan Islam pindah ke agama Kristen. 

Pada saat-saat yang genting itu jika ada orang yang berani melawan dan menentang serangan-serangan dari pihak Kristen maupun Hindu tak lain hanyalah Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. Untuk melawan dan menjawab semua serangan serangan dari pihak lawan, beliau a.s. menulis sebuah buku yang berjudul Barahin Ahmadiyah dalam 4 jilid. Tulisan beliau a.s. dalam buku itu telah membungkam semua pihak lawan dari berbagai golongan dalam agama-agama yang ada di anak benua tersebut. 

Dalam buku tersebut beliau a.s. menjelaskan tentang ketinggian dan kesempurnaan Al-Qur’an dan menjelaskan juga betapa tinggi dan luhurnya derajat dan martabat serta kemuliaan Nabi Muhammad saw. Bahkan, beliau a.s. menantang kepada pihak lawan, barang siapa yang dapat membantah atau menjawab sepertiganya atau seperempatnya atau seperlimanya saja dari dalil-dalil yang beliau as. kemukakan itu, beliau as. akan memberikan hadiah 10.000 rupees kepada mereka. Jumlah uang ini sangat besar sekali jika diukur dengan nilai uang yang berlaku pada waktu itu.

Missi Hadhrat Masih Mau’ud a.s. adalah untuk menegakkan keunggulan Hadhrat Rasulullah saw. di dunia ini dan untuk membuktikan kebenaran kitab suci Al quran. Untuk maksud dan tujuan tersebut beliau a.s. telah mengumumkan pendirian Jema’at suci setelah menerima perintah dari Allah swt., kemudian setelah itu beliau a.s. mengambil baiat.

Kecintaan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. kepada Hadhrat Rasulullah saw. mencapai derajat yang paling tinggi, dan beliau a.s. mengenal keagungan martabat Rasulullah saw. dengan sesungguh nya, bahkan dapat di katakan bahwa jika ada orang yang mengenal dengan sesungguhnya derajat martabat dan keagungan Rasulullah saw., maka itu adalah beliau as. Di satu tempat beliau a.s. melukiskan keagungan martabat Rasulullah saw. Sebagai berikut: 

“Aku selalu memandang dengan pandangan yang sangat takjub kepada Nabi Arabi ini yang nama nya Muhammad saw. Betapa luhurnya martabat Nabi ini, batas keluhurannya tidak dapat di ketahui oleh semua umat manusia, quwwat qudsiyah (daya pensucian) beliau saw. begitu tingginya sehingga untuk memperkirakannya juga bukanlah pekerjaan manusia.” 

“Alangkah disesalkannya umat Islam ini! Mereka tidak mampu mengenali martabat beliau saw. yang begitu agung dan luhur ini. Tauhid yang telah menghilang dari atas dunia sekarang telah dipersembahkan kembali ke dunia ini oleh pahlawan agung ini. Beliau saw. memiliki kecintaan kepada Allah swt. yang begitu tak terbatas tingginya dan beliau saw. telah mengorbankan diri nya untuk mencintai dan mengasihi umat manusia.” 

“Oleh karena itu, Allah swt. yang mengetahui rahasia qalbunya telah memberi martabat yang lebih mulia dari pada semua Nabi yang telah datang sebelumnya serta yang akan datang. Semua keinginannya telah di penuhi Allah swt. di dalam masa kehidupannya. Dialah sumber mata air bagi setiap rahmat dan karunia. Orang yang tanpa ikrar dan tanpa berkat dari Allah swt. lalu mendakwakan dirinya menyandang kemuliaan seperti itu, dia bukanlah manusia melainkan keturunan setan, sebab kunci setiap kemuliaan telah diberikan kepada beliau saw.”. 

Ucapan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. ini juga merupakan tepisan atas tuduhan dan fitnah yang dialamatkan kepada beliau a.s., bahwa beliau a.s. telah menyamakan diri beliau a.s. dengan Rasulullah saw. Bahkan beliau a.s. dengan jelas dan tegas mengatakan bahwa, “Aku dengan Rasulullah saw. ibarat setitik debu yang menempel di sepatu Rasulullah saw.” Jadi jikalau ada yang melontarkan fitnah bahwa beliau a.s. dan pengikut beliau a.s. menganggap beliau a.s. sama derajatnya dan posisinya dengan Rasulullah saw., maka ini adalah salah besar.

Beliau a.s. bersabda lagi, ”Dia adalah seorang insan yang melalui jati dirinya, dengan sifat-sifatnya, dengan amalan-amalannya, dengan kerohaniannya, dengan kekuatan gelombang samudera doa-doanya telah menunjukan contoh kesempurnaan secara ilmiah, secara amalan dan kebenaran serta keteguhan hati dan beliau saw. di sebut insan kamil.

Beliau seorang insan yang paling kamil dan seorang Nabi kamil yang datang dengan berkat-berkat yang kamil yang karena nya telah terjadi kebangkitan rohani, sehingga nampaklah pemandangan kiamat pertama dunia. Dan berkat kedatangannya keadaan dunia yang sudah mati bergerak hidup kembali.

Nabi yang berberkat itu adalah Hadhrat Khaatamul Anbiyaa, Imaamul ashfiyaa, Fakhrul Mursaliin, Yang Mulia Muhammad saw. Wahai Tuhan kami! Kirimkanlah shalawat, rahmat dan salam kepada Nabi tercinta ini, yang belum pernah Engkau kirimkan kepada siapapun semenjak dunia ini Engkau ciptakan.” 

Beliau a.s. sendiri telah memberikan contoh dan juga mengharapkan dari Jema’at beliau a.s. supaya menjalin kecintaan yang sesungguhnya terhadap Al-Qur’an dan terhadap wujud suci Rasulullah saw. Itulah sebabnya di dalam syarat-syarat baiat, beliau a.s. sangat menekankan terhadap Ta’lim Al-Qur’an dan terhadap mengirimkan shalawat dan salam kepada Rasulullah saw. 

Beliau a.s. bersabda, “Berusahalah kalian dengan sesungguhnya untuk menjalin kecintaan kepada Rasulullah saw. Janganlah kalian mengagungkan yang lain lebih daripada beliau saw. supaya kalian di catat sebagai orang yang memperoleh keselamatan. Ingatlah! Keselamatan bukanlah hanya akan nampak di akhirat sesudah mati, melainkan keselamatan yang hakiki selalu menunjukan cahayanya di dunia ini juga.” 

Berkenaan dengan mengirimkan shalat kepada Nabi Muhammad saw., ada suatu pengalaman beliau a.s. yang sangat menarik yang patut di contoh dan diamalkan oleh para anggota Jema’at. Beliau a.s. menuturkan, “Suatu malam Hamba yang lemah ini membaca shalawat bagi Rasulullah saw., sedemikian rupa sehingga hati dan jiwaku dipenuhi wewangiannya. Malam itu aku melihat dalam mimpi beberapa malaikat datang dengan membawa kantung-kantung air yang penuh dengan cahaya masuk ke dalam rumahku, dan salah seorang malaikat berkata kepadaku, “Semua ini adalah berkat shalawat yang engkau mintakan bagi Muhammad saw.”

Hadhrat Masih Mau’ud a.s. sangat mencintai Hadhrat Rasulullah saw. Pada suatu kali pendeta Hindu yang bernama Lekhram yang sangat suka mencaci-maki Hadhrat Rasulullah saw. dengan kata-kata yang kotor dan kasar bertemu dengan beliau a.s. di sebuah stasiun kereta api.

Lekhram pada saat itu memberikan salam ala Hindu kepada beliau a.s., sedangkan pada saat itu beliau a.s. mau mengambil air wudhu untuk melaksanakan shalat, tetapi beliau membuang muka. Kemudian Lekhram memberi salam sekali lagi, tetapi pada kali ini juga beliau mengacuhkan nya. Setelah seseorang memberitahukan kepada beliau a.s., maka beliau menjawab dengan tegas, “Bagaimana mungkin aku membalas salam orang yang telah memaki maki kekasihku Rasulullah saw. dengan kata-kata kotor dan kasar.”

Terdapat sebuah ungkapan beliau a.s. yang sangat luhur yang menggambarkan kecintaan beliau a.s. kepada Rasulullah saw.,

Setelah Allah, aku ini mabuk dengan kecintaan kepada Muhammad
Jika ini di sebut kekafiran, maka Demi Allah, aku adalah orang yang paling kafir

Ini adalah sebuah ungkapan kecintaan yang begitu luhur dan mendalam, penuh dengan rasa kecintaan yang beliau a.s. curahkan kepada junjungan kita Yang Mulia Rasulullah saw.

Beliau a.s. menyampaikan bahwa bukti dari kehidupan rohani hanya bisa di temukan pada wujud berberkat Rasulullah saw. Mengenai hal ini beliau a.s. bersabda, “Alangkah hampanya hidup yang tidak dirahmati dan alangkah tidak bergunanya hidup yang tidak berberkat. Sesungguhnya hanya ada 2 kehidupan yang patut di hargai: Pertama adalah kehidupan dari yang Maha Hidup yang dengan sendirinya menjadi sumber dari segala kebaikan. Dan yang kedua adalah kehidupan yang baik yang menuju Tuhan. Dan kami bisa membuktikan bahwa kehidupan demikian itu adalah kehidupan Rasulullah saw. dan langit telah menjadi saksinya. Jadi mereka yang tidak mengikuti kehidupan tersebut sama saja dengan orang yang sudah mati.” 

Bahkan beliau as bersumpah dan bersaksi, “Demi Allah swt.! Dia telah memberikan bukti dari kehidupan abadi, keagungan penuh kesempurnaan dari junjungan kita Nabi Muhammad saw. Seseorang yang menyatakan beriman kepada keesaan Tuhan tanpa mengikuti Nabi suci saw. adalah sama dengan tulang yang tidak berisi sumsum dan memegang lentera tapi tidak memberikan cahaya. Hatinya di jangkiti tuli dan buta karena tidak akan pernah memahami apa yang di maksud dengan ketauhidan ilahi.”

Berikut ini adalah bukti-bukti kecintaan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. kepada Yang Mulia Raulullah Saw.:

Suatu ketika pernah para pengabar injil dari kristen mengumumkan secara dusta, keji dan kotor sampai ke jalan-jalan dan lorong-lorong bahwa Nabi Suci Muhammad saw. tidak pernah memberikan nubuatan atau pun mukjizat-mukjizat. Lalu beliau as dengan tegas menjawab, “Sekarang silahkan siapa yang bisa menunjukan ada manusia lain yang memiliki kehidupan rohani seperti halnya Rasulullah saw.?

Kehidupan rohani beliau saw. adalah bagaikan kitab terbuka yang pada tiap-tiap bagiannya kita temukan penjelasan dan perincian yang sangat menarik. Tidak ada guru atau nabi lain yang kehidupannya di rekam begitu lengkapnya dan yang karenanya begitu mudah di pelajari. Apakah Nabi Musa a.s. memilikinya? Apakah Nabi Isa a.s. juga memilikinya? Tidak ada gunanya menyombongkan kehidupan jasmaniah karena kehidupan yang sebenarnya adalah keberkatan rohaniah berupa kehidupan yang selalu mendapatkan cahaya dan kepastian dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Bisa mencapai umur jasmaniah panjang bukanlah suatu hal yang patut di sombongkan.”

Kemudian beliau as menyampaikan bahwa lebih dari 3 ribu mukjizat yang di perlihatkan oleh junjungan dan penghulu kita Rasulullah saw. dan nubuatan beliau saw. pun tidak terhitung banyaknya.

Penyebutan dari nama Hadhrat Rasulullah saw. saja bahkan sudah akan menjadikan mata beliau as. berlinang air mata. Hal ini dibenarkan di bawah sumpah oleh salah seorang putra beliau a.s., yakni Hadhrat Bashir Ahmad r.a. saat beliau menulis, “Aku, penulis dari karangan ini, di lahirkan di rumah Hadhrat Masih Mau’ud a.s. dan adalah salah seorang putra beliau, yang semua ini merupakan berkat luar biasa Allah swt. yang tidak terkira nilainya.” 

“Sesungguhnya dalam angan-angan pun sulit untuk membayangkan bagaimana bisa bersyukur kepada-Nya. Namun, aku menyadari bahwa suatu waktu nanti aku akan kembali kepada-Nya dan karena itu Allah Yang Maha Kuasa sebagai saksi, aku dengan ini menyatakan bahwa tidak pernah sekalipun ketika disebut nama Hadhrat Rasulullah saw. di mana mata Hadhrat Masih Mau’ud a.s. tidak langsung segera berlinang air mata. Seluruh hati dan pikiran beliau a.s., bahkan keseluruhan wujud diri beliau a.s., telah mabuk dengan kecintaan kepada Rasulullah saw.”

Hadhrat Maulvi Abdul Karim r.a. meriwayatkan, suatu ketika beliau pergi ke Masjid Mubarak yang berdampingan dengan rumah Hadhrat masih Mau’ud as di qadian. Beliau menjumpai Hadhrat Masih Mau’ud a.s. sedang seorang diri dengan air mata yang mengalir dari mata beliau as, sedang membaca syair yang di gubah oleh penyair Islam ternama yaitu Hassan bin Tsabit r.a., pada saat wafatnya Rasulullah saw. :

Wahai Rasul Allah, sesungguhnya engkaulah biji mataku
Sekarang engkau telah berpulang, mataku telah menjadi buta
Aku tidak memperdulikan siapapun yang akan mati
Karena aku hanya mengkhawatirkan kematianmu

Hadhrat Maulvi Abdul Karim r.a. menuturkan bagaimana terkejutnya beliau melihat keadaan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. saat itu. Dan, dengan rasa khawatir menanyakan apa yang menjadi sebab beliau bersedih sedemikian rupa? Hadhrat Masih Mau’ud a.s. menjawab, “Aku sedang berpikir, betapa indahnya jika syair ini berasal dari diriku”.

Pandangan sekilas saja kepada kita atas peristiwa ini membuat kita terpana. Sepanjang hidup beliau a.s. harus menghadapi berbagai macam kesulitan. Beliau a.s. harus menghadapai berbagai macam bahaya, memikul segala musibah dan melintasi berbagai macam badai permasalahan, Beliau a.s. difatwakan sebagai seorang kafir, dianggap murtad dari Islam serta mengalami perlawanan yang tidak pernah berkesudahan dari para ulama Muslim. Beliau a.s. juga menyaksikan kematian dari banyak sahabat dan anggota keluarga, termasuk putra beliau a.s. sendiri. Namun di mata beliau a.s. tidak pernah ada gejolak kesedihan yang mendalam. Tetapi ketika sedang teringat kewafatan yang terjadi pada 13 abad silam, yaitu kewafatan Rasulullah saw. beliau as berurai air mata. 

Dalam suatu ungkapan beliau a.s. menyampaikan, “Hatiku menangis pilu. Seandainyapun orang-orang ini membunuh anak-anakku di hadapan mataku, menjagal sahabat-sahabatku serta membunuh diriku dengan cara yang paling hina dan keji sekalipun serta merampas seluruh harta bendaku, aku tidak akan lebih sakit dan hatiku tidak akan lebih pedih dari pada aku harus mendengar caci-maki yang di lontarkan terhadap kekasihku Rasulullah saw.”

Hadhrat Nawaab Mubaarakah begum r.a. putri tertua beliau a.s. meriwayatkan bahwa suatu ketika ada diskusi dengan keluarga dan sahabat tentang kemungkinan beliau a.s. berangkat menunaikan ibadah haji. pada saat itu Hadhrat Masih Mau’ud a.s. sedang terbaring sakit dan dalam keadaan lemah di sebuah carpay atau dipan. Baru mengingat akan mengunjungi tempat-tempat suci Mekkah dan Madinah saja beliau a.s. sudah berurai air mata. Sambil menghapus air mata yang terus berurai, beliau as mengatakan, “Sesungguhnya hal itu menjadi harapanku, namun aku sering membayangkan, apakah mungkin aku mampu bertahan melihat makam terakhir Hadhrat Rasulullah saw.”

Salah seorang sufi ternama, Sufi Ahmad Jan dari Ludhiana menulis ulasan mengenai buku yang berjudul Barahin Ahmadiyah yang di tulis beliau a.s., sebagai berikut, “Perwujudan akbar Rasulullah saw., pembela umat manusia, sumber rahmat dan kerahiman, bukti diri dari yang namanya Islam, dimuliakan atas orang biasa atau pun bangsawan. Pengukuhan kebenaran Islam, Rasulullah saw. dan Al-Qur’an melalui 300 pembuktian dengan cara ungkapan dan penalaran yang meyakinkan oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad.”

Muhammad Hussain dari batala yang merupakan kawan beliau a.s. ketika masa muda beliau a.s. dan sekaligus juga belakangan menjadi orang yang memusuhi dan membenci beliau a.s. karena pendakwaan beliau a.s., menulis, “Cita-citanya dipenuhi hasrat untuk membela Islam sehingga akan memenangkan agama ini melebihi agama-agama lain.” Tentang perwatakan beliau a.s. Muhammad Hussain mengatakan bahwa, “Dia ( maksudnya beliau a.s.) bisa di percaya, jujur dan percaya diri dalam tampilannya. Ia tidak takut manakala ada penghalang akan cita-citanya yang besar untuk memenangkan Islam di atas agama-agama lainnya.”

Mirza Din Muhammad yang merupakan saudara sepupu beliau a.s., menceritakan sudah menjadi kebiasaan dan rutinitas sehari-hari yang di kerjakan beliau a.s. yaitu beliau selalu bangun pada tengah malam kira-kira pukul 2 untuk menjalankan shalat tahajud, lalu menyalakan lampu untuk mengaji sampai terdengar azan subuh. Mirza Din Muhammad menambahkan, bahkan ketika di tempat tidur beliau a.s. tidak pernah berhenti mengingat dan berdoa kepada Allah swt. Bibir beliau a.s. tidak pernah berhenti bergerak mengagumi kekasihnya Muhammad saw. dan mengulang-ngulang memuji-muji Tuhan. Bahkan beliau a.s. kerap kali memberikan nasihat, “Jadikanlah satu kebiasaan mengucap doa, berzikir dan bershalawat”.

Amalan inilah yang sampai saat ini akan selalu diamalkan oleh pengikut-pengikut beliau a.s. untuk menjalankan shalat tahajud. Bahkan beliau a.s. menyampaikan bahwa salah satu kunci Nabi-nabi allah swt senantiasa di dengar dan dikabulkan doanya adalah karena mereka senantiasa bangun tengah malam dan mendirikan shalat malam atau shalat tahajud. Sesungguhnya apabila tidak ada keberatan mengenai shalat ini maka ingin sekali aku mewajibkan kepada pengikut-pengikutku untuk menjalankan shalat ini. Dan mengenai doa, ini juga merupakan senjata dari beliau a.s. Beliau a.s. bersabda “Ketika mendengarkan caci maki, maka berdoalah. Dengan doa, sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.” 

Putra sulung beliau Hadhrat Mirza Sultan Ahmad (selama masa hidup Hadhrat Masih Mau’ud a.s. beliau tidak baiat ke tangan Hadhrat Masih Mau’ud as, bahkan tetap menjauh beberapa tahun setelah wafatnya beliau a.s., dan di persiapkan oleh musuh-musuh beliau a.s. untuk menentang beliau as dari keluarga beliau as sendiri.

Kemudian di masa khalifah ke 2 barulah beliau melakukan baiat) juga bersaksi mengenai kepekaan dan kecemburuan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. jika menyangkut nama dan kehormatan Hadhrat Rasulullah saw. Di katakan oleh putra beliau a.s. ini, “Satu hal yang saya perhatikan secara khusus dan jelas mengenai ayahanda ini, beliau a.s. tidak bisa menerima penghinaan sekecil apapun terhadap Rasulullah saw.

Sedikit saja penghinaan kepada Rasulullah saw., langsung ekspresi wajah beliau a.s. memerah dan pandangan mata beliau a.s. mengeras karena marah, lalu beliau a.s. segera meninggalkan tempat dan orang-orang yang mengeluarkan kata-kata kotor dan keji itu. Perasaan ayahanda terhadap Rasulullah saw. sungguh bentuk kecintaan yang tidak ada tandingannya pada siapapun”. 

Dalam riwayat lain di sampaikan oleh Hadhrat Hakim Nuruddin r.a. yang merupakan Khalifah yang pertama. Pada suatu masa Hadhrat Masih Mau’ud a.s. mendapatkan undangan untuk menghadiri Jalsah Agama Hindu. Karena kondisi kesehatan beliau a.s. maka beliau a.s. mengutus Hahdrat Hakim Nuruddin r.a. untuk untuk datang ke pertemuan tersebut, dan ternyata dalam pertemuan tersebut berisi ceramah yang mencaci maki Rasulullah saw.. Setelah beliau a.s. mendengar hal tersebut lalu beliau memanggil Hadhrat Hakim Nuruddin r.a. Beliau a.s. begitu marah dan menyesalkan, “Mengapa ketika Rasulullah saw. di caci maki engkau tetap duduk dan diam saja?”. Seharusnya Hadhrat Hakim Nuruddin r.a. pergi dan meninggalkan pertemuan tersebut. Lalu beliau as membacakan ayat Al-Qur’an tentang apabila ada pertemuan yang mencaci-maki keluhuran Allah swt. dan Nabi-Nya, maka tinggalkanlah majelis atau pertemuan tersebut. Setelah mendengar itu Hadhrat Hakim Nuruddin r.a. menundukkan kepalanya dan memohon maaf kepada beliau a.s.

Kecintaan beliau a.s. kepada Rasulullah saw. juga melebar kepada para sahabat dan keturunan Rasulullah saw. Suatu ketika beliau a.s. menceritakan tentang sejarah muharam dan insiden terkait dengan kesyahidan Hadhrat Imam Hussein r.a., cucu dari Hadhrat Rasulullah saw. Menurut putri beliau a.s., Hadhrat Nawwab Mubaarakah Begum r.a., nada bicara beliau a.s. penuh dengan kesedihan dan kepedihan. Beliau a.s. terus saja mengusap air mata yang turun dari mata beliau a.s. Di akhir beliau a.s. mengatakan dengan rasa kepedihan dan emosi sedih, ”Itulah ketidak-adilan tak berhati yang di lakukan Yazeed si penjahat terhadap cucu Rasulullah saw. Tetapi Allah swt. telah menghukum orang orang yang sewenang-wenang itu”.

Beliau a.s. mencanangkan jihad akbar guna menegakkan kembali kehormatan Islam dan Rasulullah saw. Beliau a.s. mengungkapkan kebenaran Hadhrat Rasulullah saw. dengan argumentasi yang kuat. Totalitas pengabdian beliau a.s. terhadap Islam dan Rasulullah saw. begitu luar biasa. Bermalam-malam beliau terus bekerja, meski terserang penyakit dan kelemahan tubuh, beliau tetap bisa menulis lebih dari 80 buah buku dan beberapa ratus selebaran serta ratusan khutbah tentang Islam dan Rasulullah saw.

Tidak cukup menulis saja, beliau a.s. juga mengupayakan agar tulisannya itu diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Bilamana saja beliau a.s. mendengar ada yang tertarik kepada Islam, beliau a.s. akan segera menyuratinya dan mengajaknya untuk menerima kebenaran. Singkat kata, seluruh kehidupan beliau diabdikan bagi kemenangan Islam di atas agama agama lain. Dari semua itu semua orang dapat mengukur mutu ghairat dalam pengkhidmatan beliau a.s. kepada Allah swt. dan Rasulullah saw. Beliau a.s. hanya mempunyai satu hasrat saja yaitu mengungkapkan kepada semua orang betapa perkasa-Nya Allah swt. dan betapa benarnya Rasul-Nya itu, yaitu Rasulullah saw.

Beliau sangat mengasihi Rasulullah saw., sebagaimana yang dianjurkan dalam Al-Qur’an. Beliau a.s. sangat mematuhi perintah tersebut:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Sesungguhnya Allah mengirimkan rahmat-Nya kepada Nabi ini dan demikian juga para malaikatnya mendoakannya. Hai orang-orang mukmin, kalian pun harus mengirimkan shalawat atas Nabi ini dan sampaikanlah salam dengan doa keselamatan. (Al-Ahzab: 56).

Saya ingin menyampaikan bahwa kenapa saya mengistimewakan beliau a.s. dalam pengkhidmatan beliau as kepada Islam dan Rasulullah saw.? Sejarah mencatat tidak hanya para sahabat Rasulullah saw. saja, tapi banyak orang-orang suci sepanjang sejarah Islam yang juga mengasihi beliau saw. dengan kasih sayang yang suci, mereka fana dalam kasih kepada Rasulullah Saw. dan mengabdi kepada Rasulullah saw., mereka senantiasa mengorbankan jiwa raga, harta, waktu dan kehormatan, Namun perlu di jelaskan bahwa tidak ada dari mereka itu karena pengabdiannya lalu mencapai derajat kenabian. Sepanjang sejarah Islam hanya pendiri Jema’at Ahmadiyah saja sebagai pengikut Rasulullah saw. yang mencapai derajat kenabian berkat kepatuhan dan pengabdian beliau a.s. kepada Rasulullah saw.. Sebagaimana di dalam Al-Qur’an Allah swt. telah berfirman:

“Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya ini maka mereka akan termasuk di antara orang-orang yang kepada mereka Allah telah memberikan nikmat yakni, Nabi-nabi, Shidiq-shidiq, Syahid-syahid dan Orang-orang Saleh. Dan mereka itu lah sahabat yang sejati”.

Pada intinya segala suri tauladan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. merupakan cerminan suri tauladan Rasulullah saw.

Post a Comment

0 Comments