TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA




Oleh : Mln. Basyarat Ahmad Sanusi


I. Pendahuluan

Pada saat ini kita semua harus menyadari bahwa Islam dipandang negatif oleh dunia barat, penyebab utama dari pertanggungan yang merugikan ini adalah bahwa minoritas kecil dari yang disebut Muslim telah berperilaku dengan cara yang benar-benar tercela, akibatnya banyak non-Muslim merasa ragu dan takut terhadap Islam.

Jika perilaku tercela itu tidak segera dihentikan, maka akan semakin banyak orang menganggap Islam sebagai ancaman bagi kedamaian masyarakat, begitu pula jika kita terus diam dan mengabaikan hal ini, maka seolah-olah seluruh umat Islamlah yang mempromosikan ekstremisme dan kekerasan. Mengingat hal ini, saya ingin meyakinkan bahwa persepsi negatif media Barat tentang Islam sepenuhnya bertentangan dengan realitas agama.

Tindakan tercela dari kelompok atau individu tertentu yang menggunakan nama Islam untuk membenarkan kekerasan dan ekstremisme tidak ada hubungannya dengan ajaran Islam yang sebenarnya. Essensi ajaran Islam adalah perdamaian, cinta kasih, rekonsiliasi, dan persaudaraan.  

Faktanya, arti literal “Islam” adalah “damai”, maka ketika nama dan dasar suatu agama adalah perdamaian, mustahil bagi agama itu untuk mempromosikan atau mengizinkan apa pun yang merusak perdamaian dan kesejahteraan masyarakat.

Semua ajaran agama samawi bermuara pada kitab suci yang diturunkan Tuhan, dan Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam sedemikian rupa memberikan bimbingan untuk berperilaku toleran dan memberikan penghormatan tertinggi kepada kemanusiaan, ayat-ayat al-Qur’an terkait toleransi dan kebebasan beragama sejatinya menjadi panduan umat yang ingin menamai dirinya muslim sejati, dan ayat-ayat itu berbilang banyaknya. 

II. Ajaran Al-Qur’an Tentang Toleransi
1. Deklarasi Tuhan Mengenai Sifat-Nya yang Toleran
Dan katakanlah, “Inilah  hak dari Tuhan-mu ; maka barangsiapa menghendaki beriman, maka berimanlah, dan barangsiapa menghendaki, kafir maka ingkarlah.” (QS. Al-Kahfi: 29)

Tidak ada paksaan dalam agama. Sesungguhnya jalan benar itu nyata bedanya dari kesesatan; dan barang siapa menolak ajakan orang-orang sesat  dan beriman kepada Allah swt, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada suatu pegangan yang kuat dan tak kenal putus. Dan Allah swt. Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 256)

Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya. (QS. Yunus: 99).

2. Perintah Berperilaku Toleran Kepada Umat Islam
Dan, janganlah kalian memaki apa yang diseru mereka selain Allah swt., maka mereka pun memaki Allah swt. karena rasa permusuhan, tanpa ilmu. Demikianlah Kami menampakkan indah kepada tiap-tiap umat amalan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, maka Dia akan memberitahukan kepada mereka apa-apa yang dahulu mereka kerjakan. (QS. Al-An’am: 108)

3. Contoh MOU Toleransi
Katakanlah: Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku. (Q.S. Al-Kafirun: 1-6)

Dan di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Qur’an, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan. Jika mereka mendustakan kamu, Maka Katakanlah: “Bagiku amalanku dan bagimu amalanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang Aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Yunus: 40-41)

4. Perintah Tabayyun
Hai, orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu seorang durhaka dengan membawa suatu kabar, selidikilah dengan teliti, supaya jangan kamu mendatangkan musibah terhadap suatu kaum karena kebodohan, maka kamu menjadi menyesal atas apa yang telah kamu kerjakan. (QS. Al-Hujurat: 6)
5. Dakwah Dengan Santun
Panggilah kepada jalan Tuhan engkau dengan bijaksana dan nasihat yang baik, dan bertukar-pikiranlah dengan mereka, dengan cara yang sebaik-baiknya. Sesungguhnya Tuhan engkau Dia lebih mengetahui siapa yang telah sesat dari jalan-Nya ; dan Dia Maha Mengetahui siapa yang mendapat petunjuk. (QS. An-Nahl: 125)
III. Contoh Toleransi Nabi Muhammad Saw.
Nabi Muhammad Saw dan para sahabat beliau, telah memperagakan sikap toleransi secara sempurna, baik dari segi ucapan maupun tindakan, yang menginspirasi kita untuk mengaplikasikannya kembali dalam kehidupan kita, wabil khusus untuk Indonesia yang beragam toleransi ala nabi mendapat ruang yang tepat untuk dipraktekan. Berikut sekilas fakta historis toleransi yang di peragakan nabi.

Terdapat sebuah hadis: dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata; ditanyakan kepada Rasulullah saw, “Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah?“, maka beliau bersabda: “Al-hanifiyyah As-Samhah (yang lurus lagi toleran)”

Sebagai bukti atas sabda itu, suatu ketika ada jenazah yang sedang di bawa tepat lewat di depan Rasulullah Saw, beliau langsung berdiri menghormatinya, seorang sahabat mengatakan kepada beliau bahwa itu adalah jenazah seorang Yahudi, beliau menjawab, “apakah orang Yahudi bukan manusia?”. (Musnad Ahmad bin Hambal)

Ini merupakan manifestasi bagaimana nabi Muhammad Saw. membimbing para pengikutnya untuk memperlakukan orang-orang dari semua agama dan kepercayaan dengan belas kasih, menjadi peka untuk menghormati perasaan dan kebutuhan orang lain. 

Namun, saat ini dunia Barat mempertanyakan apakah Islam mendukung kebebasan beragama, untuk menjawab ini, izinkan saya menyajikan peristiwa lain dari zaman nabi suci Muhammad Saw.

Peristiwa yang dimaksud adalah, pada suatu hari delegasi Kristen dari kota Najran datang ke Madinah untuk menemui Nabi Muhammad Saw. Setelah beberapa waktu, orang-orang Kristen menjadi gelisah dan nabi Saw. bertanya apakah ada sesuatu yang salah. 

Sebagai jawabannya, orang-orang Kristen memberi tahu bahwa sudah waktunya untuk ibadah mereka, tetapi mereka tidak memiliki tempat yang tepat untuk melakukan doa atau ritual mereka. Setelah itu, Nabi Saw. mengundang orang-orang Kristen itu untuk beribadah sesuai dengan tradisi dan cara mereka di masjidnya Beliau. (Zurqani, IV, 41), Tafsir surat Ali Imran ayat 62)

Dari peristiwa ini nabi Muhammad Saw, telah memberikan teladan mulia dalam Toleransi dan kebebasan beribadah bagi seluruh umat manusia, namun demikian, beberapa orang mempertanyakan mengapa perang atau pertempuran dilakukan oleh umat Islam di masa awal. 

Alasan logis untuk memperjelas hal ini adalah bahwa di mana pun Islam mengizinkan penggunaan kekuatan, tidak dalam rangka penyebaran agama atau memaksa orang untuk menerima Islam, melainkan, di manapun al-Qur’an mengizinkan umat Islam untuk menggunakan kekuatan senjata, izin itu diberikan untuk membangun perdamaian dan keamanan serta untuk memastikan terpenuhinya kebebasan beragama dan kebebasan berkeyakinan.

Penggunaan kekuatan senjata oleh Islam tidak hanya untuk menyelamatkan Islam di satu sisi, akan tetapi dimaksudkan untuk melindungi hak-hak semua agama dan untuk menjamin hak-hak semua masyarakat untuk memegang keperpercayaan sesuai keyakinan  mereka. 

Misal, izin berperang pada surat 22: 39-40 merupakan pertama kalinya izin perang defensif yang diberikan kepada umat Islam itu, menjelaskan bahwa penentang Islam tidak berperang melawan umat Islam untuk alasan pribadi, nasional atau politik apa pun;  sebaliknya, mereka termotivasi oleh kebencian mereka terhadap agama itu sendiri.

Ayat itu memperingatkan bahwa jika umat Islam tidak mengambil langkah tegas untuk menghentikan kekejaman dan ketidakadilan, akan mengarah pada berakhirnya semua agama dan kebebasan berkeyakinan akan lenyap. Ayat itu dengan jelas mengatakan bahwa gereja, sinagog, kuil, masjid atau tempat ibadah lainnya tidak akan aman jika serangan mereka tidak dibalas.

IV. Pandangan Ahmadiyah Mengenai Toleransi
Pendiri Jemaat Ahmadiyah dan para Khalifahnya terus memberikan petunjuk kepada warga jemaatnya untuk mengembangkan Islam damai dan menjaga komitment toleransi kepada siapapun, petunjuk itu antara lain:

1. Agama itu tidak berarti pertengkaran, penghinaan dan kata-kata kasar yang di lontarkan atas nama agama tertentu, satu kelompok yang menyerang kelompok lain seperti perilaku hewan liar dan sebentuk kelakuan buruk yang dipertontonkan atas nama agama, orang-orang demikian tidak mengetahui apa tujuan kelahiran mereka di dunia, mereka tetap saja membutakan mata dan bersikap jahat serta mengumbar kefanatikan mereka atas nama agama.


2. Berkhidmat kepada sesama makhluk mengandung arti bahwa kita harus berupaya demi kemaslahatan mereka dalam segala kebutuhan mereka semata-mata karena Allah, dimana hubungan saling ketergantungan satu sama lain semata-mata didasarkan pada simpati tanpa pamrih, siapapun yang membutuhkan pertolongan harus dibantu dengan segala kemampuan yang diberikan Tuhan yang dimilikinya dan harus berupaya untuk perbaikannya baik di dunia maupun di akhirat.


3. Daripada membatasi kebebasan beragama kita harus menyadari bahwa kita adalah bagian dari satu ras manusia yang saling terhubung, kita harus menerima keragaman dan fokus membangun persatuan sehingga perdamaian dunia dapat terwujud.

4. Harus diingat ajaran Islam itu menyatukan umat manusia dan menumbuhkan semangat saling cinta dan hormat di antara semua orang, terlepas dari ras, agama atau latar belakang sosial.  Ini adalah agama yang meruntuhkan hambatan dan mendorong dialog damai dan toleran.  Jadi, tidak mungkin bagi seorang Muslim sejati untuk menganiaya atau menentang agama lain atau pengikutnya, dimana pun, dan kapan pun, Islam tidak pernah mempromosikan ekstremisme atau mendorong kekerasan dalam bentuk apa pun.

5. Dimana pun dan kapan pun seorang Muslim melakukan serangan teroris atau menunjukkan segala jenis radikalisme atau perilaku fanatik, itu hanya karena ia telah menyimpang sepenuhnya dari ajaran Islam.  Orang-orang seperti itu, dan tindakan-tindakan semacam itu, hanya mencemarkan dan menodai nama Islam yang murni. 

Dalam bab pertama dari al-Qur’an suci, Allah Yang Mahakuasa telah menyatakan bahwa Dia adalah “penguasa semesta alam”, yang menyediakan dan menopang seluruh umat manusia, Ini berarti bahwa Tuhan adalah Penyedia dan Pemelihara semua orang, terlepas dari iman atau kepercayaan mereka.

V. Peranan Ahmadiyah Dalam Ikut Serta Menciptakan Perdamaian Dunia
Jemaat Ahmadiyah adalah oraganisasi Islam berskala Internasional dengan misi dakwahnya telah berdiri di 112 negara, seluruh pergerakan warganya berada dalam satu komando seorang khalifah rohani. (Hz. Mirza Masroor Ahmad, 2003- s.d Sekarang) 

Semuanya bergerak untuk menyebarkan Islam secara damai, sejauh mana peran jemaat Ahmadiyah dalam ikut serta membangun toleransi dan perdamaian dunia, berikut beberapa langkah yang sedang terus diupayakan.
1. Menghimpun Orang-orang yang Cinta Damai
Untuk membangun perdamaian otomatis diperlukan orang-orang yang cinta damai, untuk hal itu jemaat Ahmadiyah menyaring hanya orang-orang yang cinta damai yang dapat masuk kedalam jemaat ini, hal ini menjadi syarat kedua dari sepuluh syarat untuk bisa diterima sebagai anggota Jemaat Ahmadiyah, yaitu: “akan senantiasa menghindarkan diri dari segala corak bohong, zina pandangan birahi terhadap bukan mahram, perbuatan fasik, kejaharan, aniaya, khianat mengadakan huru-hara, dan memberontak serta tidak akan dikalahkan oleh hawa nafsunya meskipun bagaimana juga dorongan terhadapnya.
2. Berdakwah Secara Damai
Konsep dakwah jemaat Ahmadiyah sepenuhnya bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah yang mulia Rasulullah Saw. Konsep dakwah yang diyakini, ditawarkan dan dilaksanakan antara lain:

a. Menyebarkan pesan perdamaian, hal ini berangkat dari makna Islam yang berarti damai, karena itu Ahmadiyah punya motto “ love for all hatred for none” (cinta untuk semua tiada kebencian untuk siapapun).

Islam adalah suci dan damai, agama yang tidak menyerang pembimbing agama lain. Demikian halnya al-Qur’an adalah kitab mulia yang meletakan dasar-dasar perdamaian diantara semua bangsa dan menerima kebenaran semua nabi-nabi mereka.

Era globalisasi modern menuntut bahwa ciri-ciri umum diantara berbagai agama harus ditekankan dan banyaknya perbedaan diantara mereka harus diabaikan. Sebaliknya, agama apapun yang menyoroti perbedaan yang umum antara semua agama adalah menghentikan haknya untuk merebut hati para pengikutnya.

b. Jihad Dengan Pena
Pendiri Jemaat Ahmadiyah mengatakan bahwa: Al-Masih yang dijanjikan telah datang ke dunia untuk menghapuskan pemikiran mengangkat pedang dengan mengatasnamakan agama dan untuk membuktikan melalui dalil dan argumentasi bahwa Islam adalah agama yang sama sekali tidak membutuhkan bantuan pedang dalam penyebarannya. Sebaliknya, Islam adalah keindahan substansi ajarannya, hakikat dan ma’rifatnya, dalil dan argumentasinya, dukungan dan tanda hidup dai Allah, serta daya tarik yang dimilikinya adalah hal-hal yang menyebabkan kemajuan dan penyebaran Islam. (Ahmadiyah Movement in Islam, h.134).

Jika para penganjur agama Islam lebih mengedepankan jihad dengan pedang di era sekarang ini, maka akan lebih banyak menyebabkan lahirnya kelompok garis keras dan oraganisasi teroris.

Al-Qur’an hanya mengizinkan kekuatan boleh digunakan untuk melawan mereka yang mengobarkan perang dan mengangkat senjata untuk menyerang agama Islam. Sejarawan barat yang objektif menelusuri kisah peperangan yang dialami Rasulullah Saw. 

Ia mengakui bahwa, “Muhammad tidak pernah menciptakan kesempatan untuk berperang atau pertumpahan darah, semua peperangan yang olehnya dilakukan adalah terpaksa dan untuk membela diri serta menjawab musuh, beliau terpaksa berperang agar dapat dan bisa hidup.

3. Membangun Ribuan Mesjid dan Membukanya Untuk Umum Dalam Upaya Memperkenalkan Islam Damai
Jemaat Ahmadiyah terus berupaya membangun mesjid-mesjid di Eropa, Amerika, Asia, Australia semuanya diperuntukan untuk misi dakwah, selain sebagai tempat ibadah yang utama, mesjid-mesjid Ahmadiyah terbuka untuk orang-orang dari berbagai agama yang ingin tahu tentang keindahan ajaran Islam, pola ini di tiru dari tauladan yang mulia Rasulullah Saw, yang begitu toleran mempersilahkan sembahyang kepada orang-orang kristen dari Najran di mesjid beliau.

Dalam dakwahnya dengan membuka mesjid-mesjid ini berusaha menyampaikan ajaran Ajaran Al-Qur’an hal ini dipahami sebagai jihad kabir. Sebagai perwujudan jihad kabir ini, jemaat Ahmadiyah memiliki program penerjemahan Al-Qur’an ke 100 bahasa di dunia (on progress 70 %)

4. Menyiarkan Islam Melalui MTA yang Menjangkau 5 Benua
Mengimbangi kemajuan teknologi pada 1 januari 1994 Jemaat Ahmadiyah merilis secara resmi chanel MTA (Muslim Television Ahmadiyya) oleh Hz. Mirza Tahur Ahmad, MTA melakukan siaran dakwah Islam non stop tanpa iklan komersil dapat di akses di http://www.mta.tv. dan tayang dalam berbagai bahasa dunia. Sebagai turunannya sekarang telah ada MTA al-Ula, MTA 2 dan MTA 3 Al-Arabiyya, khusus MTA 3 ini telah tayang di satelite PALAPA Indonesia.
5. Berpartisipasi Aktif Dalam Pengabdian Terhadap Kemanusiaan
Berlandaskan pada ayat Al-Qur’an, “Barangsiapa membunuh seseorang, padahal orang itu tidak pernah membuat kerusuhan di muka bumi maka seolah-olah ia telah membunuh seluruh manusia, dan barangsiapa menyelamatkan nyawa seseorang, maka seolah-olah menghidupkan seluruh manusia.” (QS. Al-Maidah : 32). 

Dengan spirit ayat ini, untuk menghormati kemanusiaan maka Jemaat Ahmadiyah pada tahun 1994 mendirikan badan Humanity First yakni badan amal internasional yang menyediakan bantuan bencana dan bantuan pembangunan jangka panjang. Kiprah jemaat Ahmadiyah dalam upaya membantu korban bencana diberbagai negara, termasuk di Indonesia meneguhkan misi kemanusiaan jemaat Ahmadiyah tanpa memandang latar belakang seseorang, hal ini diyakini jemaat Ahmadiyah sebagai sarana lain untuk menciptakan perdamaian dunia. 
VI. Penutup
Bila kembali kepada Islam dengan arti literal damai, maka artinya setiap pemeluk sejati dari agama ini harus senantiasa membawa damai. Jika damai dan ketentraman adalah gambaran nikmat surgawi, maka marilah kita berjihad menebarkan kedamaian karena teror dan ekstrimisme tidak akan mungkin menyampaikan kita ke surga kedamaian, lagipula di surga itu sendiri tidak ada teror dan kekerasan. 

Kami, jemaat Ahmadiyah meyakini jihad itu adalah mengajarkan Islam secara damai, dan kami percaya bahwa menyampaikan pesan perdamaian adalah jihad sebenarnya. Jihad memberikan pelayanan bagi kebaikan manusia ribuan kali lebih mulia daripada menebar teror, dan membawa ummat manusia ke bawah naungan bendera Rasulullah SAW sebagai pelayanan terbesar kami bagi kemanusiaan.


DAFTAR PUSTAKA.

Al-Qur’an Terjemahan, Departemen Agama RI, Bandung, CV. Darus Sunnah, 2005.

Farid, Malik Ghulam,  Al-Qur’an Terjemah dan Tafsir Singkat, Jakarta. Neradja Press, 2014
Mirza, Ahmad Masroor , Toleransi dan Kebebasan Beragama dalam Islam-Pidato peresmian Mesjid Masroor, Virginia Selatan, AS,  3 Nov 2018.

Mirza, Ahmad Ghulam, Essensi Ajaran Islam, ttp. Neratja Press, 2014. 
Mirza, Ahmad Masroor , Kunci Perdamaian dan Persatuan Dunia, Belgium, 2012.

Mirza, Ahmad Ghulam, Paigham-e-Sullah, Roohani Khozain, Vol. 23. Nazarat Isyaat Rabwah, Pakistan. 2008.

Mirza, Ahmad Tahir, Revitalisasi Islam, Pustaka Pelajar, UGM. 2001. 

Rani, Ham ‘ala Rasulullah Saw, PT. Arista Brahmatyasa, Jakarta, 1994. 



Post a Comment

0 Comments