Natal menurut Persepsi Al-Qur'an Karim





بسم الله الر حمن الر حيم نحمده و نصلى على رسوله الكريم   و على عبده المسيح الموعود


Oleh : Mln. Mubarak Achmad

Puji dan syukur yang tiada terhingga kehadirat Ilahi, yang mana Alhamdulillah, Dia masih memberikan karunia guna kita melaksanakan Tarbiyah. Sekarang kita berada di akhir Desember dan akan memasuki awal bulan baru, tahun yang baru Masehi.

Ucapan selamat tahun baru sering kita dengar, apabila memasuki penghujung bulan Desember ini di setiap tahunnya, bermacam ragam corak dan sikap dalam menyambutnya.

Ada yang dengan cara hura-hura melepaskan segala hasrat alami demi kepuasan batinnya. Ada yang menanti detik-detik waktu yang menunjukkan pukul 24.00 wib. Ada yang bersikap biasa-biasa saja alias acuh tak acuh. Ada yang merasakan hal tak ada arti suatu hal rutin karena tahun tersebut sama juga dengan tahun-tahun sebelumnya dengan jumlah bulan tetap 12 dan musimnya pun tidak berubah.

Namun, kita sebagai orang yang beriman tentunya mempunyai sikap dan pendirian lebih baik lagi. Dengan berdo`a kehadirat Ilahi agar hari ke hari kehidupan kita meningkat kerohanian kita dan bermuhasabah, yakni dengan menimbang-nimbang berapa kebaikan dan keburukkan yang telah kita  jalankan. Kemudian, kita berusaha dengan sekuat tenaga untuk meningkatkan mutu kebaikkan dan mengurangi bahkan menghilangkan keburukan yang ada di tahun selanjutnya.

Sebab, Al-Qur`an Karim senantiasa mengingkatkan kita, 'Tiada kata yang terucap melainkan Malaikat Raqib dan Atid senantiasa mencatatnya'. Jadi, kita sebagai seorang Mukmin dengan pergantian tahun tidak hanya 12 bulannya berlalu begitu saja, akan tetapi kita akan menjaga dan memperbaiki amalan, karena setiap nafasnya akan memberikan persaksian apakah hari-hari dalam tahun tersebut akan dilalui dengan penuh kebaikan atau sebaliknya.

Yang pasti tentunya, kita sebagai Mukmin harus menjalani tahun baru dengan lebih baik dari tahun kebelakang. Dan, semoga kita semua meraih amalan kebaikan yang tidak pernah defisit di setiap pergantian tahun dan buku neraca amalan baik akan terus meningkat, Allahumma Aamiin.

Insya Allah Ta’ala, guna menghadapi tahun baru, sesuai dengan intruksi Hudhur atba pada tahun 2009 kita akan shalat Tahajjud di Masjid masing-masing guna berdo’a kehadapan Ilahi agar kita senantiasa dianugerahi rahmat, berkat dan karunia-karunia Ilahi yang terbaik, Allahumma Aamiin.

Sebelum datangnya tahun baru Masehi, di bulan ini juga kita menjumpai tanggal merah, yakni Hari Rabu tanggal 25 Desember 2019. Tanggal ini biasa dirayakan oleh umat Kristen sebagai hari kelahiran Nabi Isa as. Pertanyaannya adalah Apakah betul tanggal 25 Desember merupakan tanggal kelahiran Nabi Isa as?

Untuk lebih jelasnya marilah kita simak penjelasan dari Kitab Suci Al-Qur’an Karim. Insya Allah Ta`ala kita akan menemukan jawabannya.

Setiap tahun pada tanggal 25 Desember, umat Kristen di seluruh dunia merayakan Hari Natal, yang menurut mereka merupakan hari kelahiran Yesus Kristus. inilah yang selalu didengungkan Kristen setiap tahun.

Perayaan yang orang-orang Kristen lakukan tidaklah sesuai dengan kenyataan dan fakta yang ada, karena tanggal 25 bukanlah hari kelahiran Nabi Isa as yang mereka nyatakan Tuhan Yesus.

Di dalam Al-Qur`an Karim tentang saat-saat kelahiran Nabi Isa as dijelaskan sebagai berikut:

قَالَ إِنَّمَا أَنَا رَسُولُ رَبِّكِ لِأَهَبَ لَكِ غُلَاماً زَكِيّاً
قَالَتْ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلَامٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ وَلَمْ أَكُ بَغِيّاً
قَالَ كَذَلِكِ قَالَ رَبُّكِ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ وَلِنَجْعَلَهُ آيَةً لِلنَّاسِ وَرَحْمَةً مِّنَّا وَكَانَ أَمْراً مَّقْضِيّاً
فَحَمَلَتْهُ فَانتَبَذَتْ بِهِ مَكَاناً قَصِيّاً
فَأَجَاءهَا الْمَخَاضُ إِلَى جِذْعِ النَّخْلَةِ قَالَتْ يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَذَا وَكُنتُ نَسْياً مَّنسِيّاً
فَنَادَاهَا مِن تَحْتِهَا أَلَّا تَحْزَنِي قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيّاً
وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَباً جَنِيّاً

Artinya, ; "Ia Malaikat itu menjawab, sesungguhnya aku hanyalah seorang utusan dari Tuhan engkau supaya aku menyampaikan kepada engkau khabar suka tentang seorang anak laki-laki suci# 
Maryam berkata, Bagaimana aku akan mempunyai seorang anak laki-laki bila belum pernah seorang laki-laki pun menyentuhku dan tidak pernah aku berlaku tidak senonoh?# 
Ia, Malaikat itu menjawab, Demikianlah akan terjadi. Tetapi Tuhan engkau berfirman, itu mudah bagi-Ku dan Kami akan berbuat demikian supaya Kami menjadikan dia suatu Tanda bagi manusia dan suatu rahmat dari Kami dan sesuatu yang telah ditakdirkan
Maka Maryam mengandung dia, lalu ia mengasingkan diri dengan dia ke suatu tempat jauh
Maka rasa nyeri melahirkan anak memaksanya pergi kesebatang pohon kurma. Ia berkata, Aduhai ! Alangkah baiknya jika aku mati sebelum ini dan aku menjadi sesuatu yang dilupakan sama sekali!# 
Maka ia, Malaikat itu berseru kepadanya dari bawah dia, janganlah engkau berdukacita. Sesungguhnya Tuhan engkau telah mengadakan anak sungai di bawah engkau# 
Dan goyangkanlah ke arah engkau batang kurma itu, ia akan menjatuhkan atas engkau buah kurma yang matang lagi segar"  (Maryam, 19 : 20-26, hal. 1058-1062)


1. Kata “utusan “ menunjukkan bahwa malaikat itu hanya pengemban amanat Tuhan, dan bahwa beliau tidak datang untuk memberi Siti Maryam seorang anak, tetapi hanya membawa kabar suka, mengenai kelahiran seorang anak. 

Siapa yang tidak mengetahui, bahwa Tuhan-lah yang mengaruniakan anak dan bukan malaika? Tugas seorang malaikat hanya terbatas pada penyampaian kehendak dan keputusan Tuhan saja.
2. Peristiwa yang dinsinggung dalam ayat ini dan ayat-ayat sebelumnya terjadi dalam suatu kasyaf; dan dalam kasyaf atau mimpi orang dapat mengalami aneka-ragam perasaan pada saat-saat yang berlainan. 

Kadangkala perasaan dan bicaranya dalam mimpi itu dikuasai dan berada di wabah pengaruh mimpi; sedang pada waktu lain tidak demikian keadaannya dan ia mempunyai perasaan dan berbicara seperti ia akan merasa dan berbicara dalam keadaan bangun. 

Sebagai misal, jika dalam mimpi seorang bergirang hati atas wafat anaknya maka perasaannya akan dianggap sebagai berada di bawah pengaruh suasana mimpi ; sebab dalam keadaan bangun, tidak seorang pun manusia yang waras akan bergirang hati atas kematian anaknya.

Jadi, jika kata-kata yang diucapkan oleh Siti Maryam ketika beliau melihat malaikat dalam kasyaf itu ada di bawah pengaruh kasyaf maka kata-kata itu akan mengandung arti bahwa ketika kabar suka itu disampaikan kepada beliau, saat itu beliau menjadi heran bercampur gembira, apakah benar Tuhan akan memperlihatkan mujizat semacam itu dengan menganugerahi beliau seorang anak, padahal beliau seorang dara.

Tetapi, jika kata-kata yang diucapkan kepada beliau ketika disampaikan kabar suka mengenai lahirnya seorang anak itu dianggap pernyataan wajar dari beliau maka kata-kata itu akan menunjukkan bahwa beliau sama sekali kehilangan akal dan dicekam rasa takut demi terpikir bahwa beliau akan melahirkan seorang anak, padahal beliau seorang dara.

Dalam keadaan pertama, keheranan beliau itu timbul dari rasa sangat senang atas karunia besar yang Tuhan akan anugerakan kepada beliau. Dan, dalam keadaan kedua, kehiranan itu menunjukkan cetusan rasa kebingungan beliau dan menggambarkan ketakutan yang menguasai jiwa beliau pada saat itu.

Sedangkan, kata-kata padahal tidak ada seorang manusia menyentuhku, menunjukkan bahwa beliau akan memperoleh seorang anak tanpa melalui jenjang perkawinan yang resmi;

Jika tidak demikian, sangkalan bahwa beliau tidak pernah mengenal seorang laki-laki dalam keadan sebagai suami beliau, tidak ada artinya; dan kata-kata dan aku tidak berzina, mengisyaratkan kepada sangkalan adanya beliau mengenal seorang laki-laki di luar perkawinan.

Dalam jawabannya kepada malaikat, rupanya beliau memikirkan sumpah beliau akan tetap mendara, yang meniadakan segala kemungkinan memperoleh keturunan. Seandainya, beliau mengira bahwa janji yang diberikan dalam ayat terdahulu menunjuk kepada kelahiran seorang anak sebagai hasil hubungan suami-istri pada suatu waktu yang akan datang – seperti dianggap oleh beberapa ahli tafsir Al-Qur’an – kemudian tiada alasan bagi beliau untuk menyatakan keheranan apapun.

3.Ungkapan, supaya menjadikan dia suatu Tanda bagi manusia, berarti kelahiran Nabi Isa as. tanpa bapak, yang sungguh merupakan suatu Tanda besar bagi Bani Israil. Hal itu mengisyaratkan bakal terjadi perpindahan kenabian dari keturunan Israil kepada keturunan Ismail dan merupakan peringatan kepada Bani Israil bahwa ruhani mereka telah begitu rusak dan akhlak mereka yang begitu mundur sehingga tiada seorang laki-laki di antara mereka yang layak menjadi ayah seorang nabi Allah swt.. 

Dalam artian ini pula, Nabi Isa as. telah disebut sebagai “suatu Tanda bagi Saat“ dalam Alquran (43 : 62 ), ialah Tanda mengenai saat, ketika kenabian harus dipindahkan dari Bani Israil kepada Bani Ismail.

4. Ungkapan, perkara yang telah diputuskan, berarti bahwa Tuhan telah menakdirkan seorang anak tanpa bapak akan dilahirkan Siti Maryam dan keputusan ini tidak dapat dicabut kembali. Al-Qur’an telah mempergunakan dua buah perkataan, qadar, dan qadha, untuk menyatakan pengertian keputusan Tuhan itu. 

Kata yang pertama berarti, merencanakan atau menentukan, sedang kata yang disebut terakhir berarti memutuskan. Bila suatu pola atau rencana hanya dipikirkan untuk dilaksanakan maka rencana itu disebut qadar dan bila telah diputuskan oleh Tuhan bahwa rencana itu harus dilaksanakan, rencana itu disebut qadha. Kelahiran Isa as. tanpa bapak, merupakan qadha (keputusan) Tuhan.
5. Betapa Siti Maryam bisa mengandung Isa as. tanpa adanya hubungan suami. Merupakan salah satu dari rahasia-rahasia Ilahi yang pada masa ini dapat dianggap ada di luar jangkauan kemampuan manusia untuk menyelami. 

Hal ini dapat dipandang sebagai di atas hukum alam yang lazim kita kenal. Tetapi, ilmu manusia, bagaimana pun tingginya, tetap terbatas. Ia tidak mampu memahami semua rahasia Ilahi. Di dalam raya terdapat rahasia-rahasia yang sampai kini manusia belum berhasil memecahkannya; 

boleh jadi selama-lamanya ia tidak akan dapat memecahkannya. Di antaranya, termasuk pula kelahiran Nabi Isa as. tanpa bapak. Cara bekerja Tuhan tidak dapat diteliti dan kekuasaan-Nya tidak terbatas. 

Dia yang dapat menciptakan seluruh alam dengan kata kun (jadilah), pasti dapat mendatangkan perubahan-perubahan demikian dalam suatu benda sehingga rahasia yang nampaknya tidak terpecahkan itu, akhirnya dapat dipecahkan juga.

Lagi pula ilmu kedokteran tidak mutlak menolak kemungkinan, dilihat melalui dari segi biologi dalam keadaan-keadaan tertentu – adanya gejala alami pathenogenesis (pembuahan sepihak), atau kelahiran seorang anak dari seorang wanita tanpa adanya hubungan dengan seorang pria.

Ahli-ahli menarik perhatian kepada kemungkinan ini sebagai akibat dari jenis tumor tertentu yang kadangkala terdapat pada pinggul atau bagian bawah wanita. Tumor-tumor yang dikenal sebagai “arrhenoblastoma” ini mempunyai kesanggupan menjadikan sel-sel sperma jantan.

Bila sel-sel sperma-jantan yang hidup diproduksi dalam badan wanita oleh arrhenoblastoma, maka kemungkinan pembuahan pada diri seorang wanita tanpa perantaraan laki-laki tidak dapat ditolak, ialah bahwa badannya sendiri akan mendatangkan akibat yang sama seperti seolah-olah sel-sel sperma dari badan laki-laki dipindahkan kepada badanya dengan jalan biasa atau dengan pertolongan seorang dokter.

Baru-baru ini sekelompok ahli penyakit kandungan di Eropa telah menerbitkan data untuk membuktikan kejadian-kejadian, ibu-ibu melahirkan bayi tanpa adanya hubungan dengan orang laki-laki (Lancet). Barangkali kelahiran Nabi Isa as. tidak merupakan kejadian unik sama sekali dalam hal beliau dilahirkan tanpa perantaraan seorang bapak ini.

Kejadian-kejadian telah tercatat, adanya anak-anak yang lahir tanpa adanya unsur bapak (Enc, Brit. pada kata “Virgin Birth” dan “Anomalies dan Curiosities of Medicine”, di terbitkan oleh W. Sanders & co., London).

Jika kita menolak semua kemungkinan ini, maka kelahiran Nabi Isa as. harus dianggap, naud zubillah, tidak sah. Orang-orang Kristen maupun orang-orang Yahudi sama-sama sepakat, bahwa kelahiran Nabi Isa as. adalah sesuatu di luar kebiasaan – orang-orang Kristen meng anggapnya supernatural (kesaktian), sedang orang-orang Yahudi menganggapnya kelahiran zadah (Jew. Enc.).

Bahkan, di dalam buku catatan keluarga pun kelahiran Isa as. dicatat sebagai kelahiran zadah (Talmud). Kenyataan ini saja merupakan bukti yang kuat mengenai kelahiran luar biasa Isa as. itu.

Menurut Injil, Yusuf, suami Siti Maryam, tidak pernah hidup sebagai suami-istri dengan beliau sebelum Isa as. lahir (Matius 1 : 25).  Maka kata “ Maryam mengandungnya “ mengisyaratkan kehamilan Siti Maryam dengan cara yang luar biasa, tanpa adanya hubungan dengan seorang laki-laki.

6.“Suatu tempat yang jauh“, menunjuk kepada Bethelehem yang letaknya kuran lebih 70 mil sebelah selatan Nazaret. Ke sanalah Yusuf membawa Siti Maryam beberapa waktu sebelum Isa as. lahir di kota itu.
7. Sebagaimana nampak dari Injil, tiada terdapat kamar di rumah penginapan, tempat Nabi Isa as. dilahirkan di kota Bethelehem itu. Yusuf dan Siti Maryam rupanya terpaksa tinggal di padang terbuka dan Siti Maryam berlindung di bawah sebatang pohon kurma untuk beristirahat di bawah naungannya dan boleh jadi juga untuk mendapat tempat bersandar, di saat mengalami penderitaan waktu melahirkan bayi.
8. Oleh karena kata that berarti pula lereng gunung (Lane), maka ayat ini menunjukkan bahwa suara itu datang kepada Siti Maryam dari sisi lereng gunung. Sebenarnya, Bethlehem terletak di atas bukit padas yang tingginya 2350 kaki dari permukaan laut dan dikelilingi oleh lembah-lembah yang sangat subur. 

Pada bukit padas itu terdapat mata air, yang salah satu di antaranya dikenal dengan nama “mata air Sulaiman.“ Mata air lainnya terletak pada jarak kira-kira 800 yard (1yard = 91,44 cm) di sebelah tenggara kota itu. Keperluan akan air bagi kota Bethelehem dilayani oleh beberapa sumber (mata air) itu.
9. Menurut ayat ini, kelahiran Isa as. telah terjadi pada musim ketika pohon-pohon kurma di Yudea sedang lebat dengan buah-buah kurma yang segar. Musim itu jelas bertepatan pada bulan-bulan Agustus dan September, tetapi menurut anggapan kalangan umat Kristen pada umumnya, Isa as. dilahirkan pada tanggal 25 Desember. 

Hari itu diperingati pada tiap tahun di seluruh dunia Kristen dengan sangat meriah. Pandangan umat Kristen ini, bukan saja di tentang oleh Al-Qur’an tetapi juga oleh sejarah, bahkan oleh Perjanjian Baru sendiri.

Ketika menulis mengenai waktu kelahiran Nabi Isa as., Lukas berkata, “Maka di jajahan itu pun ada beberapa orang gembala, yang tinggal di padang menjaga kawanan binatangnya pada waktu malam” (Lukas 2 : 8).

Menafsirkan pernyataan Lukas ini, Uskup Barns dalam bukunya yang tersohor, “The Rise of Christianity” pada halaman 79 berkata, “Lagi pula tiada dalil untuk mempercayai, bahwa 25 Desember itu, Hari kelahiran Isa yang sebenarnya.

Jika kita dapat manaruh kepercayaan sedikit saja pada cerita-kelahiran (Isa) dengan gembala-gembala berjaga-jaga pada malam hari di padang rumput dekat Bethelehem, seperti dikisahkan oleh Lukas maka kelahiran Isa tidak terjadi di musim dingin, ketika suhu di daerah pegunungan Yudaea waktu malam begitu rendah sehingga adanya salju, bukan sesuatu hal yang luar biasa.

Sesudah diadakan banyak perdebatan, rupanya Hari Natal kita itu, telah di tetapkan kira-kira pada tahun 300 Masehi. Pandangan Uskup Barns itu telah didukung oleh “Encyclopaedia Britannica” dan “Chembers Encyclopaedia” (pada kata “Christmas”).

Hari dan tahun yang tepat mengenai kelahiran Isa tidak pernah mendapat ketetapan yang memuaskan; tetapi ketika bapak-bapak gerejawan pada tahun 340 Masehi memutuskan tanggal untuk merayakan peristiwa itu, mereka dengan bijaksana memilih Hari-balim matahari (soltice) di musim dingin yang telah tertanam dengan kuat dalam hari rakyat dan yang merupakan pesta mereka yang terpenting.

Oleh sebab adanya perubahan-perubahan dalam kalender-kalender buatan manusia, hari-balik matahari dan Hari Natal berselisih beberapa hari saja (Enc. Brit. 15th, edition, vol. 15. pp 642 & 642a) ……..

Kedua, Hari balik matahari di musim dingin itu dianggap sebagai Hari Kelahiran matahari, dan di Roma 25 Desember dianggap sebagai suatu pesta orang-orang musyrik memperingati solstice. Gereja, yang tidak dapat menghapuskan pesta rakyat ini, memberi rona ruhani sebagai Hari lahir Matahari Kesalehan (Ch. Enc.)

Pernyataan-pernyataan kedua Encyclopaedia ini selanjutnya didukung oleh “Commentary on the Bible” karangan Peake. Dalam buku ini, pada halaman 727 Peake berkata, “Musim (kelahiran Isa) itu jatuh, bukan pada bulan Desember; Hari Natal kita merupakan tradisi di masa agak kemudian, yang mula pertama terdapat di barat.”

Dengan demikian, penyelidikan terbaru berdasarkan ilmu sejarah mengenai asal-usul agama Kristen, telah membuktikan kenyataan tanpa ada keraguan sekelumit pun bahwa Yesus dilahirkan bukan dalam bulan Desember.

Dr. John D. Davis dalam bukunya, “Dictionary of the Bible” di bawah kata “Year” menulis, bahwa kurma menjadi matang dalam bulan Elul ; dan dalam “Commentary on the Bible” karangan Peake (hal. 117), kita dapati bahwa bulan Elul itu bertepatan dengan bulan-bulan Agus tus dan September.

Lebih jauh Dr. Peake mengatakan, “Y. Stewart dalam bukunya ‘When Did Our Lord Actually Live ?. dengan membuktikan dari prasasti (tulisan) di sebuah gereja di Angora yang menyebutkan ceritera Injil yang sampai ke Tiongkok pada 25 – 28 Masehi menetapkan perintiwa penyaliban pada hari Rabu tahun 24 Masehi.

Dari pernyatan-pernyataan kedua buku Encyclopaedia di atas dan didukung oleh kutipan-kutipan dari “Commentary on the Bible” karangan Dr. Arthur S. Peake, M.A., D.D., kenyataan itu nampak dengan jelas, bahwa Isa as. dilahirkan dalam penanggalan Yahudi bulan Elul, bertepatan dengan bulan-bulan Agustus-September ketika bauh mematang di Yudaea, dan bukan pada tanggal 25 Desember, seperti Gereja menghendaki kita mempercayainya.

Dan, ini pula pandangan yang dikemukakan oleh Alquran. Pada hakikatnya, segala kesukaran untuk menentukan hari lahir Nabi Isa as., nampaknya telah timbul oleh karena kebingungan mengenai tanggal kehamilan Siti Maryam.

Nampaknya, Siti Maryam telah menjadi hamil di bulan November atau Desember dan bukan di bulan Maret atau April seperti dipercayai oleh ahli sejarah kaum gereja. Apabila kandungan Siti Maryam menjadi terlalu nyata sehingga tidak dapat disembunyikan lagi, sesudah beliau hamil empat atau lima bulan, Yusuf terpaksa membawa Siti Maryam ke rumahnya pada bulan Maret atau April pada tahun berikutnya.

Dengan demikian, sejarah mengacaukan saat Siti Maryam dibawa oleh Yusuf ke rumahnya di bulan Maret atau April dengan saat beliau menjadi hamil, yang sebenarnya telah terjadi empat atau lima bulan sebelumnya.

Dari ayat ini nampak pula bahwa ketika Siti Maryam melahirkan, beliau berbaring di suatu tempat terlindung, yang terletak di atas gunung, sedang pohon kurma berada di tempat yang landai, dan oleh karena itu Siti Maryam dengan mudah dapat mencapai batangnya dan mengguncangkannya.

Bahwa di daerah Bethelehem terdapat banyak pohon kurma ternyata dari Bible (Hakim-hakim 1:16 ) dan juga dari “A Dictonary of the Bible” oleh Dr, John D. Davis D.D. lagi pula, kenyataan bahwa Siti Maryam telah dibimbing ke suatu mata air, seperti disebutkan dalam ayat terdahulu untuk minum air dan membasuh dirinya, mengisyaratkan bahwa kelahiran Nabi Isa as. telah terjadi dalam bulan Agustus-September.

Sebab, Siti Maryam tidak mungkin membasuh dirinya di tempat terbuka, alam cuaca Yudea sedingin es di bulan Desember. (Lihat pula Edisi besar Tafsir dalam bahasa Inggris hlm. 1575-1576)

Tadi Al-Qur`an Karim Menyatakan:

وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَباً جَنِيّاً

Artinya, “Dan goyangkanlah kearah pohon kurma itu, ia akan menjatuhkan atas engkau buah kurma yang matang lagi segar". (Maryam, 19 : 25)

Menurut ayat Al-Qur`an tersebut, kelahiran Nabi Isa as terjadi pada musim ketika pohon-pohon kurma di Yudea sedang melebat dengan buahnya yang segar. Musim itu jelas jatuh pada bulan-bulan Agustus dan September.

Jadi, bukan  menurut anggapan umat Kristen pada umumnya, Nabi Isa as dikatakan dilahirkan pada tanggal 25 Desember, yang biasa diperingati oleh seluruh dunia Kristen pada tiap-tiap tahun sebagai hari natal.

Pandangan umat Kristen ini bukan saja ditentang Al-Qur`an Karim, namun ditentang juga oleh sejarah dan oleh perjanjian baru sendiri; di mana mengenai kelahiran Nabi Isa as, Lukas berkata; 'Maka di jajahan itu pun ada beberapa orang gembala, yang tinggal di padang menjaga kawanan binatangnya pada waktu malam' (Lukas, 2 : 8).

Menafsirkan pernyataan Lukas ini, Uskup Barus dalam bukunya yang terkenal the rise of cristianity pada halaman 79 menulis, ; 'Lagi pula tiada dalil untuk kelahiran Isa al-Masih yang sebenarnya . . . Sesudah diadakan banyak perdebatan rupanya hari natal kita telah ditetapkan kira-kira pada tahun 300 Masehi'. DR. John D.David dalam bukunya dictionary on the bible di bawah kata year menulis, bahwa kurma menjadi matang dalam bulan Elul.
Dan dalam buku commentary on the bible karangan Peake, halaman. 117, kita dapati bahwa bulan Elul itu bertepatan dengan bulan Agustus dan September.

Y. Stewart dalam bukunya when did our Lord Actually live? Dengan membuktikan dari prasasti (tulisan) di sebuah gereja di Angora yang menyebutkan cerita Injil yang sampai ke Tiongkok pada 25-28 Masehi, menempatkan kelahiran Yesus pada tahun 8 SM (bulan September atau Oktober) dan menempatkan peristiwa penyalipan pada hari Rabu, tahun 24 Masehi.

Dari keterangan-keterangan tersebut nampak dengan jelas, Isa as dilahirkan dalam penanggalan Yahudi bulan Elul, bertepatan dengan bulan Agustus-September ketika buah kurma matang di Yudea dan bukan pada tanggal 25 Desember, seperti gereja menghendaki kita mempercayainya. Dan ini pulalah pandangan yang dikemukakan Al-Qur`an.

Para ahli sejarah berpendapat, penetapan tanggal 25 Desember sebagai hari lahir Yesus Kristus tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya, namun mereka setuju penetapan itu didasarkan pada peringatan hari lahir Dewa Matahari, yang pemujaannya umumnya terdapat di Negeri-negeri yang tingkat kebudayaannya sudah agak maju atau  sudah agak tinggi.

Matahari sebagai  sumber  cahaya  dan  sumber  hidup.  Dewa  matahari Amaterasu    di   Jepang,   dewa   matahari   di   Tiongkok, Quetzalcoatle di Mexico dan di Peru. Dewa Apollo atau Dionysus di antara  orang  Yunani  (Griek), Hercules di antara orang Romawi, Mithra di antara orang Iran (Persia), Adonis dan Atis di  Syria  dan  Phrygia  (Anadol) di Turki, Osiris,  Isis  dan Horus di Mesir, Baal Samus dan Astarte atau Bal Sam di antara orang Babil (Babylonia) dan Karthago, dan seterusnya yang mana para dewa matahari tersebut dilahirkan sekitar tanggal 25 Desember dari seorang perawan lahir di sebuah gua yang mereka percayai sebagai pembawa terang, pembebas dan lain-lain.

Di Roma tanggal 25 Desember dianggap sebagai suatu pesta orang-orang musyrik memperingati hari lahir matahari (solstice), sedangkan gereja Khatholik Yunani sampai kini merayakan natal pada tanggal 7 Januari. 

Padri Farar dalam bukunya life of Christ menyatakan, tidak ada argumentasi yang tepat untuk membenarkan ketetapan hari kelahiran yesus kristus yang jatuh pada tanggal 25 Desember.  Ada juga sejarawan-sejarawan yang berpendapat, natal adalah pengganti hari raya Romawi Satur Natlia (tanggal 17 s/d 20 Desember).

Perayaan natal Yesus Kristus untuk pertama kali dirayakan tahun 354 di Roma, di Konstantinopel tahun 375 dan di Antakia tahun 387, sedangkan pengadaan dekorasi dengan makanan sapi sebagai palungan kribbe yang ditempatkan di gereja, baru pada abad ke delapan dan penempatan palungan di rumah-rumah terjadi setelah Santo Fransiscus dari Assisia merayakan malam natal di hutan Gresio sekitar abad ke tiga belas.

Jadi kesimpulannya adalah bahwa tanggal 25 Desember yang dikenal dengan Hari Natal bukanlah hari kelahiran Nabi Isa as.


Post a Comment

0 Comments