KHILAFAT: SEBUAH JANJI ILAHI YANG SUDAH & SEDANG TEREALISASI





Oleh: Mln. Zafar Ahmad Khudori

Setiap tanggal 27 Mei, Jemaat Muslim Ahmadiyah Sedunia memperingati hari bersejarah yaitu Hari Khilafat. Tahun ini usia Khilafat Ahmadiyah memasuki tahun ke-110 (1908-2018).

“Khilafah”dan “Khalifah”menurut kamus berasal dari kata “kho-la-fa”:

“Kholafa lahu”“kholafa ‘alaihi”‘awwa-dho= mengganti, memberi ganti.

“Kholafahu”ata ba’dahuqooma maqoomahu
menggantikan, menempati tempatnya.

“Istakhlafahu”= menjadikan sebagai penggantinya.

“Istakhlafahu fulaanan min fulaanin”
= menempatkan di tempatnya.

“Al-Kholiifatu”(jamaknya: “khulafaa-u” dan “kholaa-ifu”= Khalifah.

            “Al-Kholiifatu”= man yakhlufu ghoirohu = pengganti.

“Al-Khilaafatu”an-niyaabatu ‘anil-ghoiri= penggantian.

“Al-Khilaafatu” al-imaamatul ‘uzh-ma = kekhalifahan [“AlMunawwir: Kamus Arab-Indonesia” karya Ahmad Warson Munawwir. Pustaka Progressif: Surabaya, 1997. Hlm. 361-363].

Dalam penggunaan istilah: Orang yang memegang jabatan “imamah” disebut: imam, amirul mukminin, khilafah, Al-Imam Al-A’zham, dan lafal-lafal yang semakna. 

Imamah dengan demikian adalah sinonim dari: khilafah, imarah dan lafal-lafal yang semakna [“Jama’ah, Imamah, Bai’ah”karya Abu Ammar. Pustaka Arafah: Solo, 2010. hlm. 154].

AL-QURAN
SURAH 24/AN-NUUR AYAT 56:
Sebagai Pengantar tema Khilafat, Allah s.w.t. telah berfirman, Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dari antara kamu dan berbuat amal saleh bahwa Dia pasti akan menjadikan mereka sebagai khalifah di muka bumi ini sebagaimana Dia telah menjadikan khalifah dari antara orang-orang sebelum mereka; 
dan Dia pasti akan meneguhkan bagi mereka agama mereka yang telah Dia ridhai bagi mereka; dan Dia pasti akan menggantikan mereka sesudah ketakutan mereka dengan keamanan. Mereka akan menyembah-Ku dan mereka tidak akan mempersekutukan suatu apapun dengan-Ku. Dan barangsiapa ingkar sesudah itu, mereka itulah orang-orang yang durhaka.”

HADIS 
RIWAYAT AHMAD:
Berikut ini salah satu Hadits yang lengkap tentang nubuatan (prediksi Ilahiah) akan terjadinya fase kepemimpinan dalam Islam sebagai penafsiran dari Ayat di atas, khusus pada anak kalimat: “LAYAS-TAKH-LIFAN-NAHUM”(Dia pasti akan menjadikan mereka sebagai khalifah):

Imam Ahmad (bin Hanbal) berkata: Sulaiman bin Dawud al-Thayaalisiy telah meriwayatkan sebuah hadits kepada kami; di mana ia berkata: Dawud bin Ibrahim al-Wasithiy telah menuturkan hadits kepadaku (Sulaiman bin Dawud al-Thayalisiy
Dan Dawud bin Ibrahim berkata: Habib bin Salim telah meriwayatkan sebuah hadits dari Nu'man bin Basyir; di mana ia berkata: Kami sedang duduk di dalam Masjid bersama Nabi s.a.w.--Basyir sendiri adalah seorang laki-laki yang suka mengumpulkan hadits Nabi s.a.w.. Lalu, datanglah Abu Tsa'labah al-Khusyaniy seraya berkata: Wahai Basyir bin Sa'ad, apakah kamu hafal hadits Nabi s.a.w. yang berbicara tentang para pemimpin?
Hudzaifah menjawab: Saya hafal khutbah Nabi s.a.w.. Hudzaifah berkata: Nabi s.a.w.bersabda, "Akan datang kepada kalian fase kenabian, dan atas kehendak Allah fase itu akan datang. Kemudian, Allah akan menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang fase Khilafat 'ala Minhaajin Nubuwwah (Khilafah berdasarkan kenabian)dan atas kehendak Allah fase itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya jika Ia berkehendak menghapusnya. 
Setelah itu, akan datang kepada kalian, fase Mulkan ‘Aadhon (raja yang zhalim/ menggigit), dan atas kehendak Allah fase itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya. 
Setelah itu, akan datang fase Mulkan Jabriyyah (raja yang diktator/pemaksa); dan atas kehendak Allah fase itu akan datang; lalu Allah akan menghapusnya, jika berkehendak menghapusnya. Kemudian, datanglah fase Khilafat 'ala Minhaajin Nubuwwah (Khilafah berdasarkan kenabian)Setelah itu, beliau diam" [HR. Imam Ahmad].

SABDA HADHRAT MASIH MAU’UD a.s.
Dalam Buku “Al-Wasiat”
Penjelasan yang komprehensif tentang ayat dan hadis di atas telah diberikan oleh Guru kita semua, yang juga Murid rohani dari Nabi Muhammad s.a.w. yaitu Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. yang merupakan Imam Mahdi dan Masih Mau’ud a.s..
Berikut ini wasiat dari Hadhrat Masih Mau’uda.s.ditujukan kepada seluruh warga Jamaat-nya:

Sunnatullah 
“Ini adalah Sunatullah. Dan sejak Dia menciptakan manusia di bumi Dia selalu menunjukkan Sunnah ini dengan menolong para Nabi dan Rasul-Nya dan menganugerahkan keunggulan kepada mereka, sebagaimana firman-Nya (QS 58/Al-Mujaadilah: 22):

YaituTuhan telah menetapkan bahwa Dia dan Rasul-rasul-Nya pasti akan unggul.

Dan dengan keunggulan ini berarti bahwa sebagaimana keinginan para Rasul dan Nabi bahwa Hujjatullah (Kehendak-Nya) berlaku di bumi dan tidak seorang pun yang dapat menentangnya maka Tuhan dengan tanda-tanda-Nya yang perkasa menyinari kebenaran mereka [yaitu para Nabi] sebagaimana juga Kebenaran yang ingin mereka [para Nabi] sebarluaskan di dunia dan Dia membiarkan mereka menanam benih itu dengan tangan mereka sendiri.

Memberi Kesempatan
kepada Para Penentang
Meskipun demikian Dia tidak membiarkannya berbuah secara sempurna di tangan mereka. Malah Dia mewafatkan mereka pada waktu yang kelihatannya mengisyaratkan kegagalan dan dengan itu Dia memberi kesempatan kepada para penentang untuk menertawakan, mengolok-olok, mengejek dan mencela para Nabi.
Dan ketika mereka telah melakukan semua hal yang dapat mereka lakukan dalam hal mengolok-olok, barulah diperlihatkan-Nya tangan kedua dari Qudrat-Nya.

Dua Macam Qudrat
Dan diadakan-Nya bahan-bahan yang dengan perantaraannya, cita-cita yang terbengkalai tadi akan sampai kepada kesempurnaannya. Alhasil, Dia memperlihatkan dua macam Qudrat.
Pertama, dengan tangan para Nabi diperlihatkan-Nya tangan Qudrat-Nya.
Kedua, sepeninggal wafat Nabi, di waktu menghadapi kesukaran-kesukaran sedang musuh lagi berusaha sekuat tenaga dan menyangka bahwa sekarang usaha ini gagal dan mereka yakin bahwa Jamaat ini sekarang akan hancur.
Orang-orang dari kalangan Jamaat pun jadi merasa ragu-ragu. Mereka jadi putus pengharapan bahkan beberapa yang malang di antaranya menyimpang ke jalan murtad. Dalam keadaan demikian, Allah Ta’ala untuk kedua kalinya menunjukkan Qudrat-Nya yang amat kuat dan Jamaat yang hampir akan roboh itu disambut-Nya kembali.

Hadhrat Abubakar Shiddiqr.a.
Jadi, orang yang sabar sampai akhir, ia akan menyaksikan mukjizat Allah Ta’ala ini. Sebagaimana telah terjadi di waktu Hadhrat Abu bakar Shiddiqr.a., ketika Rasulullahs.a.w. wafat yang disangka orang bukan pada waktunya dan banyak di antara orang-orang dusun yang bodoh kembali murtad dan sahabat-sahabatr.a. pun – karena terlampau sedihnya – hampir-hampir seperti gila rupanya; 
Pada saat itulah Allah Ta’ala menegakkan Hadhrat Abu bakar Shiddiqr.a. untuk memperlihatkan Qudrat-Nya kedua kali dan Islam yang hampir-hampir akan tumbang itu ditopang-Nya kembali. Dan janji yang difirmankan-Nya ditepati-Nya yaitu (QS 24/An Nur: 56):

Yaitu,“Akan Kami kuatkan lagi kaki mereka sesudah kecemasan dan ketakutan.

Hadhrat Musa a.s.
Begitu pula sudah kejadian di waktu Hadhrat Musa a.s. ketika wafat di perjalanan antara Mesir dan Kanaan sebelum beliau dapat membawa Bani Israil ke tempat yang dituju menurut perjanjian. Wafat beliau menyebabkan suatu kesedihan yang luar biasa di kalangan Bani Israil. 
Seperti tertulis dalam Taurat: Bani Israil terus-menerus menangis 40 hari lamanya disebabkan wafat beliau yang tidak disangka-sangka dan perpisahan dengan Hadhrat Musa a.s. yang sekonyong-konyong itu.

Hadhrat Isa a.s.
Begitu pula telah terjadi dengan Hadhrat Isa a.s. ketika beliau disalib, semuHawari terpencar kian-kemari, malah seorang di antaranya murtad.

Menghapuskan Dua Kegirangan Musuh
Sebab itu, wahai Saudara-saudara!
Karena sejak dahulu begitulah Sunatullah bahwa Allah Ta’ala menunjukkan dua Qudrat-Nya supaya diperlihatkan-Nya bagaimana cara menghapuskan dua kegirangan yang bukan-bukan dari musuh maka sekarang tidak mungkin Allah Ta’ala akan meninggalkan Sunnah-Nya yang tidak berubah-ubah itu.


Qudrat Kedua: 
Silsilahnya sampai Hari Kiamat
Maka janganlah kamu bersedih hati karena uraianku yang aku terangkan di hadapanmu ini. Jangan hendaknya hatimu menjadi tertekan, karena penting bagimu untuk melihat Qudrat Kedua ini juga, dan kedatangannya bagimu adalah lebih baik bagimu karena dia akan kekal selamanya dan silsilahnya tidak akan putus sampai Hari Kiamat.

Waktu Kedatangan Qudrat Kedua
“Qudrat Kedua itu tidak dapat datang sebelum aku pergi. Namun, ketika aku pergi maka Allah akan mengirim Qudrat Kedua ini untukmu yang akan tetap tinggal bersamamu sebagaimana dijanjkan Allah di dalam Barahin Ahmadiyah. Dan janji itu bukan untuk diriku, bahkan janji itu adalah untukmu, sebagaimana Allah berfirman, ‘Aku akan menjadikan Jemaat ini yang adalah pengikutmu, unggul di atas yang lainnya sampai Hari Kiamat.’
Dengan demikian, tidak dapat dihindari bahwa kamu akan menyaksikan saat kepergianku, supaya setelah itu datang Hari yang merupakan hari perjanjian yang kekal. Tuhan kita adalah Dia Yang menepati janji-Nya, Setia dan Benar.

Qudrat Pertama & Kedua dalam Jemaat
Dia akan menunjukkan kepadamu semua yang telah Dia janjikan. Meskipun zaman ini adalah zaman akhir dunia dan banyak bencana akan terjadi namun dunia ini perlu tetap ada sampai semua hal yang telah Allah nubuwatkan terjadi. 
Aku datang dari Tuhan sebagai Qudrat-Nya dan aku adalah wujud dari Qudrat Allah. Dan setelah aku pergi akan ada beberapa orang yang akan menjadi penjelmaan dari Qudrat Kedua [dari Allah]. Jadi, sementara menunggu penggenapan Qudrat Kedua-Nya, kamu semua hendaknya banyak berdoa”(Risalah Al-Wasiat, Ruhani Khazain, Jilid XX, hal. 305-306).

KESIMPULAN:
1.    Khilafat adalah sistem kepemimpinan di mana pemimpinnya adalah seorang Khalifah.

2.    Kesempurnaan sistem ini dimulai pada zaman Rasulullah s.a.w. sejak Khilafah ‘ala Minhaajin Nubuwah yang pertama yang dipimpin oleh Khalifah Abu Bakar r.a., Khalifah Umar r.a., Khalifah Utsman r.a.dan Khalifah Alir.a..

3.    Kesempurnaan sistem ini disempurnakan lagi di akhir zaman pada fase Khilafah ‘ala Minhaajin Nubuwah yang kedua yang dipimpin oleh Khalifah Hakim Nuruddin r.a., Khalifah Mirza Bashiruddin Mahmaud Ahmad r.a., Khalifah Mirza Nasir Ahmad r.h., Khalifah Mirza Tahir Ahmad r.h. dan Khalifah Mirza Masroor Ahmad a.b.a. hingga sekarang dan insya Allah hingga Hari Kiamat.

4.    Sistem ini bukan sistem yang baru melainkan sesuai Sunnatullah merupakan sistem yang selalu akan terjadi sesuai kehendak Allah s.w.t..

5.    Di masa lalu (sebelum Rasulullah s.a.w.) misalnya setelah Kenabian Musaa.s. dilanjutkan oleh Khalifah Yosua dan setelah Kenabian Isa a.s.  dilanjutkan oleh Khalifah Petrus (“Silsilah Ahmadiyah” karya Hadhrat Mirza Bashir Ahmad ra.. Penerbit: Keluarga Besar Bp. H. Abdul Wahid, H.A./ penerjemah. Jakarta, 1997. Hlm. 1-2).

6.    Dengan demikian terbuktilah bahwa Khilafat memang merupakan janji Ilahi yang telah dan sedang terus terealisasi.   



Post a Comment

0 Comments