BUKTI CINTA KEPADA (KALIMAT) TAUHID





Oleh : Mln. Dian Kamiludin Achmad

Beberapa waktu yang lalu kita diramaikan dengan berita baik di media online maupun media offline terkait, “Bendera bertuliskan kalimat Tauhid”, sehingga seluruh negeri seperti tidak ada berita lain yang bisa dibahas. Baik yang berada di pihak pro maupun kontra, semua saling memberikan penjelasan dan hujjah akan keberadaan dan kebenaran bendera tersebut. Namun apakah sebatas itu saja pembuktian pembelaan dan cinta kita kepada kalimat Tauhid?

Jika kita perhatikan dalam salah satu ayat Al-Quran, disana dijelaskan:

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ الله َ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ الله ُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَالله غَفُورٌ رَحِيمٌ

Katakanlah, ”Jika kamu mencintai Allah s.w.t., maka ikutilah aku, kemudian  Allah s.w.t.akan mencintai dan akan mengampuni dosa-dosamu. Dan, Allah s.w.t. Maha Pengampun, Maha Penyayang.”[1]

Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa tujuan memperoleh kecintaan Ilahi sekarang tidak mungkin terlaksana kecuali dengan mengikuti Rasulullah s.a.w.. Selanjutnya, ayat ini melenyapkan kesalahpahaman yang mungkin dapat timbul dari Q.S. 2 : 62 bahwa iman kepada adanya Tuhan dan alam ukhrawi saja sudah cukup untuk memperoleh najat (keselamatan).[2]

Alhasil, ayat tersebut sangat jelas dalam memberikan cara atau jalan pembuktian cinta kita kepada Allah s.w.t., selain kita mentaati dan bertaqwa kepada-Nya juga mengikuti Nabi Muhammad s.a.w.. Lalu apa maksud mengikuti beliau s.a.w. ini, apakah cukup mengaku sebagai pengikut dan umat beliau s.a.w. saja atau harus seperti apa?

Di dalam ayat lain Allah s.w.t. berfirman:

 وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا الله َ إِنَّ الله َ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka ambillah itu; dan apa yang dia melarang kamu darinya, maka hindarilah, dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.[3]

Kata-kata, "Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka ambillah" menunjukkan bahwa sunnah Rasul merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari syariat Islam.[4]

Jadi, mengikuti disini bukan hanya ikut-ikutan kita mengaku umat beliau s.a.w., bukan hanya mengaku Muslim saja tetapi yang pasti adalah mengikuti setiap ajaran, sunnah dan nasihat yang beliau s.a.w. berikan kepada kita. Lalu apa saja contoh ajaran yang beliau s.a.w. berikan kepada kita, sedikit akan saya coba sampaikan di sini.

Sebuah riwayat menerangkan:
سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوْقٌ , وَ قِتَالُهُ كُفْرٌ : متفق عليه
"Mencela/mencaci-maki sesama Muslim adalah kefasikan/dosa, dan membunuhnya adalah kekufuran." (H.R. Bukhari-Muslim)

Hadis ini menerangkan bagaimana ajaran Yang Mulia Rasulullah s.a.wbahwa beliau mengajarkan janganlah di antara kita saling mencela atau mencaci maki sesama Muslim khususnya dan semua manusia umumnya, tapi kalau kita saksikan di zaman ini, sepertinya sudah sangat umum dan lumrah di antara kita saling mencela satu dengan lainnya. 

Apalagi setiap akan berlangsungnya pemilu, sudah sangat sakit telinga kita dengan bahasa saling mencela antar pendukung. Nah, apakah kita jika suka mencela orang lain, kita sudah bisa dikatakan mencintai dan membela kalimat Tauhid atau Allah?

Dalam hadis lain disebutkan:
مَنْ لَا يَرْحَمْ لَا يُرْحَمْ : مسلم
"Barangsiapa tidak menyayangi, tidak akan disayangi." (H.R. Muslim)

Kalau kita pahami hadis ini, bahwa Nabi Muhammad s.a.wmengajarkan agar kita saling menyayangi sesama manusia dan semua makhluk. Namun, sangat disayangkan dengan kondisi saat ini, rasa kasih sayang, iba, dan peduli sesama seolah-olah sudah lenyap ditelan bumi. 

Bagaimana tidak, begitu banyak orang yang mengaku Muslim, tetapi mempunyai sifat yang jauh dari kasih sayang bahkan menjadi sosok antagonis yang ditakuti sesama Muslim sendiri bahkan oleh umat lain. Apabila rasa kasih sayang ini tidak ada dalam diri kita, apakah layak kita mengaku mencintai dan membela kalimat Tauhid?

Hadis terakhir yang coba saya sampaikan dalam kesempatan ini adalah:
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَ يَدِهِ : مسلم
"Seorang Muslim adalah orang yang Muslim lainnya merasa selamat dari gangguan lisan dan tangannya." (H.R. Muslim)

Di dalam hadis ini, Rasulullah s.a.wmenggambarkan tentang salah satu sifat seorang Muslim yaitu menjaga dirinya dari menzalimi orang lain baik dengan lisan atau tangannya, intinya orang lain merasa aman dari perbuatannya. 

Sangat disesalkan dengan situasi saat ini, di mana keamanan dan kenyaman sudah sulit dicari, apalagi mohon maaf, yang menyebabkan itu ada dari kalangan Muslim juga. Dengan situasi ini, apa kita pantas dikatakan mencintai dan membela kalimat Tauhid?

Apa yang disampaikan ini bukan untuk menjelekkan umat Muslim, tetapi untuk menjadi renungan kita semua sebagai orang Muslim yang mengklaim diri pengikut Nabi Muhammad s.a.wdan pembela juga pencinta kalimat Tauhid, tetapi banyak yang jauh dari apa yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad s.a.w.. 

Padahal, dikatakan dalam ayat 31 surah Ali Imran bahwa kalau kita mencintai Allah maka kita harus mengikuti beliau s.a.wdalam amalan, tingkah laku dan akhlaknya.

Intinya adalah bukti cinta kita kepada kalimat Tauhid atau kepada Allah bukan dengan cara menampakkan dengan memakai kaos, mengenakan topi bahkan mengibarkan bendera Tauhid saja. Tetapi yang terpenting adalah cerminan cinta kita tersebut dengan amal nyata berupa ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya s.a.wdalam amal perbuatan yang mencerminkan diri kita adalah Muslim sejati dalam pandangan-Nya.

Semoga Allah swt memberikan kita semua taufik dan hidayah-Nya, agar kita bisa menjadi pencinta sejati Dia di dunia dan akhirat kelak. Aamiin.






[1]Q.S. Ali Imran ayat 31
[2]Catatan kaki Q.S. Ali Imran ayat 31
[3]Q.S. Al-Hasyr ayat 7
[4]Catatan kaki Q.S. Al-Hasyr ayat 7

Post a Comment

1 Comments