Oleh: Mln. Mubarak Achmad
Nabi kita umat Islam adalah Nabi Muhammad s.a.w. yang artinya ‘Yang Terpuji’. Di bumi bersenandung puji-pujian terhadap Beliau s.a.w., demikian pula di langit Beliau s.a.w. disanjung. Nama Beliau ini diberikan oleh Allah Ta’ala sebagai contoh bagi dunia. Kebanggaan serta karunia ini hanya diraih oleh Rasulullah s.a.w. semata. Rasulullah s.a.w.memperoleh golongan pengikut yang sedemikian rupa sucinya sehingga tidak pernah dimiliki oleh Nabi lainnya. Memang Nabi Musa a.s. dahulu memperoleh golongan pengikut sebanyak beberapa ratus ribu orang. Akan tetapi mereka bukanlah suatu kaum yang berhati-teguh, suci dan memiliki asa yang tinggi.
Tidak seperti para sahabah Rasulullah s.a.w., keadaan kaum Nabi Musa as adalah pada malam hari mereka beriman, maka siang harinya mereka murtad. Membandingkan Rasulullah s.a.w.dan para sahabat Beliau s.a.w. dengan Nabi Musa a.s. serta kaumnya, bagaikan membandingkan seluruh dunia. Jamaah yang diperoleh Rasulullah s.a.w. begitu suci, penyembah Ilahi, begitu mukhlis, sehingga tidak ditemukan tandingannya di kalangan kaum mana pun di dunia ini dan di antara Jamaah para nabi lainnya.
Di dalam hadis-hadis banyak terdapat sanjungan bagi mereka, sampai-sampai dikatakan, ‘Allaahu, Allaahu fii ashaabii’. Dan di dalam Al-Qur`an pun mereka dipuji, وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّداً وَقِيَاماً “Dan mereka yang mempergunakan malam untuk bersujud dan berdiri di hadapan Tuhan mereka”(Al-Furqan, 25: 64).
Jamaah yang dipersiapkan oleh Rasulullah s.a.w. unggul dan terpelihara dari sekian kesulitan dan musibah serta cobaan yang dahsyat. Dari situ diketahui daya quwwat qudsiyyah dan Anfaas Thayyibah serta Jazabilallah yang dimiliki oleh Rasulullah s.a.w. suatu keistimewaan yang lahir berkat Akhlak Terpuji. Selama belum ada suatu daya tarik dan magnetis, maka tidaklah mungkin orang-orang dapat menyatu. Namun berkat quwwat qudsiyyah yang dimiliki Rasulullah s.a.w. sedemikian rupa hebatnya, dan hal itu tidak dimiliki oleh Nabi lainnya di dunia ini. Inilah rahasia kemajuan Islam.
Jamaah yang dipersiapkan oleh Rasulullah s.a.w. unggul dan terpelihara dari sekian kesulitan dan musibah serta cobaan yang dahsyat. Dari situ diketahui daya quwwat qudsiyyah dan Anfaas Thayyibah serta Jazabilallah yang dimiliki oleh Rasulullah s.a.w. suatu keistimewaan yang lahir berkat Akhlak Terpuji. Selama belum ada suatu daya tarik dan magnetis, maka tidaklah mungkin orang-orang dapat menyatu. Namun berkat quwwat qudsiyyah yang dimiliki Rasulullah s.a.w. sedemikian rupa hebatnya, dan hal itu tidak dimiliki oleh Nabi lainnya di dunia ini. Inilah rahasia kemajuan Islam.
Daya tarik Nabi Muhammad s.a.w. sangat hebatnya dan kemudian di dalam ucapan-ucapan beliau s.a.w. terdapat pengaruh sedemikian rupa sehingga siapa saja yang mendengar akan langsung tertarik atau fana. Orang-orang yang beliau s.a.w. tarik langsung beliau s.a.w. sucikan. Dan bersamaan dengan itu ajaran beliau s.a.w. sederhana dan jelas sehingga di dalamnya tidak ada keruwetan serta keraguan seperti halnya trinitas di dalam ajaran Kristen’. Oleh karena itu, manusia secara sempurna tidak akan dapat menciptakan kecintaan terhadap Allah Ta’ala di dalam dirinya selama ia tidak menjadikan akhlak serta suri teladan Nabi Muhammad s.a.w. sebagai pembimbing dan penunjuk jalan bagi dirinya.
Allah Ta’ala sendiri telah menjelaskan hal itu,
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Katakanlah, Jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah aku, kemudian Allah akan mencintai dan akan mengampuni dosa-dosamu. Dan, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang” (QS. Ali-Imran, 3: 31).
Untuk menjadi mahbub Ilahi maka mutlak untuk mengikuti Rasulullah s.a.w.’. Melalui akhlak dalam jangka waktu yang singkat saja, beliau s.a.w. telah berhasil memenuhi dunia ini dengan para penjunjung Tauhid serta mengisi kalbu mereka dengan gejolak semangat sejati dalam kecintaan Ilahi.
Memang, sebagai umat Islam, kita ini beriman kepada semua nabi-nabi dari bangsa apa pun atau dari negeri mana pun. Namun kecintaan dan rasa hormat kita kepada Rasulullah s.a.w. adalah yang paling tinggi karena Beliau s.a.w. telah mengorbankan segala kenyamanan hidup beliau bagi kepentingan kita.
Terancam nyawanya agar kita terpelihara dari kematian rohani. Berduka agar kita bahagia dan menderita agar kita mendapat Najat. Merendahkan diri sedemikian rupa agar kita bisa berdiri tegak dan menanamkan kebaikan yang bersifat kekal bagi kita serta berdoa bagi kesejahteraan abadi kita. Kaki beliau s.a.w. sampai membengkak karena lama berdiri dalam do’a dan shalat. Walaupun Nabi Muhammad s.a.w. sendiri kalis dari dosa, beliau s.a.w. senantiasa berdo’a mendoakan pengampunan bagi dosa-dosa kita. Guna memelihara kita dari api neraka, berdoa hingga sajadahnya menjadi basah karena air mata. Menangis hingga dadanya bergolak seperti panci air yang sedang menggelegak. Beliau menarik rahmat Ilahi ke atas diri kita, berjuang demi keridhoan-Nya, juga bagi kita.
Beliau menyebabkan kita terselimuti jubah keberkatan dan kasih-Nya. Berjuang mencarikan jalan bagi kita yang mana kita pun bisa menyenangkan Tuhan, sarana dan cara yang dengannya kita bisa mencapai kesatuan dengan Dia. Apa yang telah dilakukan Rasulullah s.a.w. adalah meringankan jalan kita kepada Tuhan dan tidak ada nabi lain yang telah melakukan hal ini bagi umatnya.
Terancam nyawanya agar kita terpelihara dari kematian rohani. Berduka agar kita bahagia dan menderita agar kita mendapat Najat. Merendahkan diri sedemikian rupa agar kita bisa berdiri tegak dan menanamkan kebaikan yang bersifat kekal bagi kita serta berdoa bagi kesejahteraan abadi kita. Kaki beliau s.a.w. sampai membengkak karena lama berdiri dalam do’a dan shalat. Walaupun Nabi Muhammad s.a.w. sendiri kalis dari dosa, beliau s.a.w. senantiasa berdo’a mendoakan pengampunan bagi dosa-dosa kita. Guna memelihara kita dari api neraka, berdoa hingga sajadahnya menjadi basah karena air mata. Menangis hingga dadanya bergolak seperti panci air yang sedang menggelegak. Beliau menarik rahmat Ilahi ke atas diri kita, berjuang demi keridhoan-Nya, juga bagi kita.
Beliau menyebabkan kita terselimuti jubah keberkatan dan kasih-Nya. Berjuang mencarikan jalan bagi kita yang mana kita pun bisa menyenangkan Tuhan, sarana dan cara yang dengannya kita bisa mencapai kesatuan dengan Dia. Apa yang telah dilakukan Rasulullah s.a.w. adalah meringankan jalan kita kepada Tuhan dan tidak ada nabi lain yang telah melakukan hal ini bagi umatnya.
Wahai Umat Islam! bertepatan dengan 12 Rabiul Awal 1440H atau pada saat ini 20 November 2018, adalah masa kelahiran Rasulullah s.a.w.. Pada waktu itu, 15 abad yang lampau, telah lahir seorang Insan Kamil yang Agung dan Mulia, yang mampu melahirkan berbagai karya besar dan bersifat sangat monumental yang dapat menegakkan akhlak sepanjang sejarah peradapan manusia.
Sejarah telah mencatat dengan goresan tinta emas, betapa sepak terjang beliau s.a.w. begitu sangat luar biasa sekali hebatnya. Dunia yang tadinya terkurung oleh kegelapan rohani yang teramat sangat, semua itu dapat tercerahkan oleh pancaran cahaya dan keagungan Nabi Muhammad Rasulullah s.a.w.. Keluhuran akhlak dan moralitas beliau s.a.w. telah menjadikannya sebagai figur teladan yang paling sempurna dan harus kita teladani.
Sejarah telah mencatat dengan goresan tinta emas, betapa sepak terjang beliau s.a.w. begitu sangat luar biasa sekali hebatnya. Dunia yang tadinya terkurung oleh kegelapan rohani yang teramat sangat, semua itu dapat tercerahkan oleh pancaran cahaya dan keagungan Nabi Muhammad Rasulullah s.a.w.. Keluhuran akhlak dan moralitas beliau s.a.w. telah menjadikannya sebagai figur teladan yang paling sempurna dan harus kita teladani.
Allah Ta’ala menyampaikan kepada kita,
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً
“Sesungguhnya kamu dapati dalam diri Rasulullah s.a.w. suri tauladan yang sebaik-baiknya, bagi orang-orang yang mengharapkan bertemu dengan Allah dan Hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah” (QS. Al-Ahdzab, 33 : 21).
Akhlak Nabi Muhammad Teruji dalam Setiap Kondisi
Pertempuran Khandak mungkin merupakan percobaan paling pahit di dalam seluruh jenjang kehidupan Rasulullah s.a.w., dan Beliau keluar dari ujian yang paling berat itu dengan keadaan akhlak dan wibawa yang lebih tinggi lagi. Sesungguhnya, pada saat yang sangat berbahayalah, yakni ketika musuh bertekuk lutut di hadapannya, watak dan perangi yang sesungguh nya seseorang diuji.
Sejarah memberi kesaksian yang jelas kepada kenyataan bahwa Rasulullah s.a.w. baik dalam keadaan dukacita karena dirundung kesengsaraan maupun pada saat suka cita karena meraih kemenangan – tetap menunjukkan kepribadian agung lagi mulai. Pertempuran Khandak, Uhud, dan Hunain menjelaskan dengan seterang-terangnya satu watak beliau s.a.w. yang indah dan Fatah Mekkah (Kemenangan atas Mekkah) memperlihatkan watak beliau s.a.w. lainnya. Maka bahaya tidak mengurangi semangat beliau s.a.w. atau mengecutkan hati beliau s.a.w..
Begitu pula kemenangan dan sukses tidak merusak watak beliau s.a.w.. Ketika beliau s.a.w. ditinggalkan hampir seorang diri pada hari Pertempuran Hunai, sedang nasib Islam berada di antara hidup dan mati, beliau tanpa gentar sedikit pun dan seorang diri belaka maju ke tengah barisan musuh seraya berseru dengan kata-kata yang patut dikenang selama-lamanya, “Aku nabi Allah dan aku tidak berkata dusta. Aku anak Abdul Muthalib“. Dan tatakala Mekah jatuh dan seluruh tanah Arab bertekuk lutut maka kekuasaan yang mutlak dan tak tersaingi itu tidak kuasa merusak beliau s.a.w.. beliau menunjukkan keluhuran budi yang tiada taranya terhadap musuh-musuh beliau. s.a.w.
Sejarah memberi kesaksian yang jelas kepada kenyataan bahwa Rasulullah s.a.w. baik dalam keadaan dukacita karena dirundung kesengsaraan maupun pada saat suka cita karena meraih kemenangan – tetap menunjukkan kepribadian agung lagi mulai. Pertempuran Khandak, Uhud, dan Hunain menjelaskan dengan seterang-terangnya satu watak beliau s.a.w. yang indah dan Fatah Mekkah (Kemenangan atas Mekkah) memperlihatkan watak beliau s.a.w. lainnya. Maka bahaya tidak mengurangi semangat beliau s.a.w. atau mengecutkan hati beliau s.a.w..
Begitu pula kemenangan dan sukses tidak merusak watak beliau s.a.w.. Ketika beliau s.a.w. ditinggalkan hampir seorang diri pada hari Pertempuran Hunai, sedang nasib Islam berada di antara hidup dan mati, beliau tanpa gentar sedikit pun dan seorang diri belaka maju ke tengah barisan musuh seraya berseru dengan kata-kata yang patut dikenang selama-lamanya, “Aku nabi Allah dan aku tidak berkata dusta. Aku anak Abdul Muthalib“. Dan tatakala Mekah jatuh dan seluruh tanah Arab bertekuk lutut maka kekuasaan yang mutlak dan tak tersaingi itu tidak kuasa merusak beliau s.a.w.. beliau menunjukkan keluhuran budi yang tiada taranya terhadap musuh-musuh beliau. s.a.w.
Kesaksian lebih besar mana lagi yang mungkin ada terhadap keagungan watak Rasulullah s.a.w. selain kenyataan bahwa pribadi-pribadi yang paling akrab dengan beliau s.a.w. dan yang paling mengenal beliau s.a.w., mereka itulah yang paling mencintai beliau s.a.w. dan merupakan yang pertama-tama percaya akan misi beliau s.a.w., yakni istri beliau yang tercinta, Siti Khadijah r.ha; sahabat beliau sepanjang hayat, Abu Bakar ra; saudara sepupu yang juga menantu beliau, Ali r.a. dan bekas budak beliau yang telah dimerdekakan, Zaid r.a..
Rasulullah s.a.w. merupakan contoh kemanusiaan yang paling mulia dan model yang paling sempurna dalam keindahan dan kebajikan. Dalam segala segi kehidupan dan watak beliau s.a.w. yang beraneka ragam, tidak ada duanya dan merupakan contoh yang tiada bandingannya bagi umat manusia untuk ditiru dan diikuti. Seluruh kehidupan beliau s.a.w. nampak dengan jelas dan nyata dalam cahaya lampu-sorot sejarah.
Rasulullah s.a.w. merupakan contoh kemanusiaan yang paling mulia dan model yang paling sempurna dalam keindahan dan kebajikan. Dalam segala segi kehidupan dan watak beliau s.a.w. yang beraneka ragam, tidak ada duanya dan merupakan contoh yang tiada bandingannya bagi umat manusia untuk ditiru dan diikuti. Seluruh kehidupan beliau s.a.w. nampak dengan jelas dan nyata dalam cahaya lampu-sorot sejarah.
Beliau s.a.w. mengawali kehidupan beliau s.a.w. sebagai anak yatim dan mengakhirinya dengan berperan sebagai wasit yang menentukan nasib seluruh umat. Sebagai kanak-kanak, beliau s.a.w. penyabar lagi gagah, dan di ambang pintu usia remaja, beliau s.a.w. tetap merupakan contoh yang sempurna dalam akhlak, ketakwaan dan kesabaran. Pada usia setengah baya, beliau s.a.w. mendapat julukan Al-Amin (si Jujur dan setia kepada amanah) dan selaku seorang niagawan, beliau s.a.w. terbukti paling jujur dan cermat.
Beliau menikah dengan wanita-wanita, yang di antaranya ada yang jauh lebih tua dari pada beliau sendiri dan ada juga yang jauh lebih muda, namun semua bersedia memberi kesaksian dengan mengangkat sumpah mengenai kesetiaan, kecintaan, dan kekudusan beliau s.a.w.. Sebagai ayah, beliau penuh dengan kasih sayang dan sebagai sahabat, beliau sangat setia dan murah hati.
Ketika beliau s.a.w. diamanahi tugas yang amat besar dan berat dalam usaha memperbaiki suatu masyarakat yang sudah rusak, beliau menjadi sasaran derita caci-maki dan aniaya, namun beliau memikul semua penderitaan itu dengan sikap agung dan budi luhur. Beliau s.a.w. bertempur sebagai prajurit gagah berani dan memimpin peperangan dari serangan pasukan anti-Islam.
Beliau menikah dengan wanita-wanita, yang di antaranya ada yang jauh lebih tua dari pada beliau sendiri dan ada juga yang jauh lebih muda, namun semua bersedia memberi kesaksian dengan mengangkat sumpah mengenai kesetiaan, kecintaan, dan kekudusan beliau s.a.w.. Sebagai ayah, beliau penuh dengan kasih sayang dan sebagai sahabat, beliau sangat setia dan murah hati.
Ketika beliau s.a.w. diamanahi tugas yang amat besar dan berat dalam usaha memperbaiki suatu masyarakat yang sudah rusak, beliau menjadi sasaran derita caci-maki dan aniaya, namun beliau memikul semua penderitaan itu dengan sikap agung dan budi luhur. Beliau s.a.w. bertempur sebagai prajurit gagah berani dan memimpin peperangan dari serangan pasukan anti-Islam.
Kekalahan dan kemenangan pernah dialami. Beliau s.a.w. menghakimi dan mengambil serta menjatuhkan keputusan dalam berbagai perkara. Beliau s.a.w. adalah seorang negarawan, seorang pendidik, dan seorang pemimpin.
“Kepala negara merangkap Penghulu Agama, beliau s.a.w. adalah Kaisar dan Paus sekaligus. Tetapi beliau adalah Paus dan tidak berlaga Paus, dan Kaisar tanpa pasukan-pasukan yang megah.
Tanpa balatentara tetap, tanpa pengawal, tanpa istana yang megah, tanpa pungutan pajak tetap dan tertentu, sehingga jika ada orang berhak mengatakan bahwa ia memerintah dengan hak ketuhanan, maka orang itu hanya Muhammad s.a.w., sebab beliau s.a.w. mempunyai kekuasaan tanpa alat-alat kekuasaan dan tanpa bantuan kekuasaan.
Beliau s.a.w. biasa melakukan pekerjaan rumah tangga dengan tangan beliau s.a.w. sendiri, biasa tidur di atas sehelai tikar kulit, dan makanan beliau s.a.w. terdiri dari kurma dan air putih atau roti jawawut, dan setelah melakukan bermacam-macam tugas sehari penuh, beliau s.a.w.biasa melewatkan malam hari dengan mendirikan shalat dan doa-doa hingga kedua kaki Beliau s.a.w. bengkak-bengkak. Tiada orang yang dalam keadaan dan suasana yang begitu banyak berubah, telah berubah begitu sedikitnya” (Muhammad dan Muhammadanism” karya Bosworth Smith).
Tanpa balatentara tetap, tanpa pengawal, tanpa istana yang megah, tanpa pungutan pajak tetap dan tertentu, sehingga jika ada orang berhak mengatakan bahwa ia memerintah dengan hak ketuhanan, maka orang itu hanya Muhammad s.a.w., sebab beliau s.a.w. mempunyai kekuasaan tanpa alat-alat kekuasaan dan tanpa bantuan kekuasaan.
Beliau s.a.w. biasa melakukan pekerjaan rumah tangga dengan tangan beliau s.a.w. sendiri, biasa tidur di atas sehelai tikar kulit, dan makanan beliau s.a.w. terdiri dari kurma dan air putih atau roti jawawut, dan setelah melakukan bermacam-macam tugas sehari penuh, beliau s.a.w.biasa melewatkan malam hari dengan mendirikan shalat dan doa-doa hingga kedua kaki Beliau s.a.w. bengkak-bengkak. Tiada orang yang dalam keadaan dan suasana yang begitu banyak berubah, telah berubah begitu sedikitnya” (Muhammad dan Muhammadanism” karya Bosworth Smith).
Kesaksian Al-Quran terhadap Akhlak Nabi Muhammad
Bahkan Allah Ta`ala pun mengabadikan keagungan akhlak - budi pekerti beliau s.a.w. di dalam Al-Qur`an Karim.
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan, sesungguhnya, engkau benar-benar memiliki akhlak yang agung” (QS. Al-Qalam, 68 : 5).
Lebih lanjut ayat ini membantah tuduhan yang janggal bahwa Rasulullah s.a.w. seakan-akan gila. Menurut ayat ini, Rasulullah s.a.w. bukanlah sakit jiwa melainkan adalah yang paling mulia dan paling sempurna di antara umat manusia dan yang memiliki segala kesempurnaan akhlak dalam ukuran sepenuhnya, semua sifat itu bersama-sama membuat sang pemiliknya itu menjadi gambaran sempurna Khaliknya.
Beliau s.a.w. adalah perwujudan segala nilai akhlak baik yang bisa dimiliki manusia. Segala nilai akhlak tinggi berpadu pada pribadi beliau s.a.w. dalam suatu keseluruhan yang sempurna lagi serasi. Siti ‘Aisyah r.ha, istri Rasulullah s.a.w. yang sangat berbakat, ketika pada sekali peristiwa diminta menerangkan peri keadaan Rasulullah s.a.w., mengatakan, “Beliau s.a.w. memiliki segala keagungan akhlak yang disebut dalam Al-Qur’an sebagai ciri-ciri istimewa seorang abdi Allah yang sejati” (Bukhari).
Dalam segi kekuatan serta bukti, segala mukjizat Rasulullah s.a.w. melampaui seluruh mukjizat para Nabi lainnya. Akan tetapi mukjizat akhlaki beliau s.a.w. adalah yang paling unggul dan sejarah dunia tidak dapat mengungkapkan serta memaparkan tandingannya.
Nabi Muhammad Rasulullah s.a.w. adalah seorang sosok yang agung yang mampu membawa perubahan yang sangat fundamental sepanjang sejarah. Beliau s.a.w. bersama para sahabat telah mampu melakukan ishlah secara total dan menyeluruh meliputi seluruh aspek kehidupan manusia.Kehidupan manusia yang tadinya sarat dengan nilai-nilai kebatilan dan kejahatan, dapat diubah menuju nilai-nilai kebaikkan dan kebenaran.
Ketidakadilan yang telah mendarah daging dalam kehidupan kaum Quraisy diubah menjadi kaum yang menegakkan keadilan yang benar-benar tegak tanpa pandang bulu, tanpa memandang keturunan, kekuasaan, kehormatan, maupun atribut-atribut kebesaran dunia lainnya. Artinya kondisi kesemerawutan atau kekacau-balauan dalam pengelolaan masyarakat digantikannya menjadi kondisi yang penuh ketentraman dan ketertiban.
Di Mekkah banyak orang yang menyakiti beliau s.a.w.. Ketika beliau s.a.w. menaklukkan Mekah, jika beliau s.a.w. mau, dapat saja membunuh mereka semua. Akan tetapi, Rasulullah s.a.w. berlaku kasih-sayang dan mengatakan ‘Wa laa tatsriiba `alaikumul yaum’. Dan dengan sifat pemaaf inilah akhirnya menjadikan mereka semua masuk Islam.
Nah, Apakah akhlak fadhilah yang luar biasa itu ada didapati pada diri Nabi lainnya. Sama sekali tidak. Mereka adalah orang-orang yang telah memberikan penderitaan yang berat pada diri beliau s.a.w. secara khusus dan pada sanak saudara serta para sahabah beliau s.a.w.. Dan mereka memberikan penderitaan-penderitaan yang tak termaafkan. Justru setelah Rasulullah s.a.w. memperoleh kekuatan dan kekuasaan atau wewenang langsung saat itu juga beliau s.a.w. memaafkan mereka. Padahal jika mereka itu dihukum, benar-benar merupakan keputusan yang adil dan setimpal. Akan tetapi saat itu beliau s.a.w. memperlihatkan teladan kepemaafan dan kasih sayang beliau s.a.w.. Inilah akhlak Nabi Muhammad s.a.w. yang merupakan bukti mukjizat terbesar dan terpuji.
Nilai-nilai kemanusian begitu kuat tertanam dalam masyarakat yang telah beliau s.a.w. bangun. Prinsip toleransi dan penghargaan terhadap hak asasi manusia senantiasa menghiasi perjalanan dan aktivitas kehidupan beliau s.a.w.. Tidak pernah muncul dari dalam diri beliau s.a.w., suatu sikap yang penuh dengan kesombongan dan ketakaburan. Justru beliau s.a.w. adalah orang yang sangat rendah hati dan sangat terbuka akan kritik dan saran. Beliau s.a.w. juga menanamkan kepada sahabat dan umatnya sifat yang tidak boleh merasa tinggi dengan sesama, karena yang membedakan derajat antara manusia adalah ketakwaan kepada Allah Ta’ala.
Rasulullah s.a.w. juga telah bersabda, “Wahai sekalian manusia, kalian semua berasal dari Adam dan Adam berasal dari tanah. Tidaklah juga orang Arab lebih mulia daripada orang Ajam (Non-Arab), dan tidak pula orang kulit putih lebih mulia daripada orang kulit hitam, kecuali ketakwaannya kepada Allah Ta’ala”.
Oleh karenanya, junjungan kita selagi bisa mengerjakan sesuatu dengan kedua tangan beliau s.a.w., maka beliau s.a.w.kerjakan sendiri. Hal ini dapat kita saksikan ketika pembangunan Masjid Kuba, yaitu Masjid yang pertama kali dibangun oleh Rasulullah s.a.w., yakni ; ‘Pada suatu saat semua orang tanpa kecuali termasuk Rasulullah s.a.w. bahu-membahu membangun Masjid. Pada waktu itu semua orang tiada yang bermalas-malasan.
Suatu saat, Rasulullah s.a.w. terlihat membawa batu yang begitu besar dan berat, sehingga beliau s.a.w. terhuyung-huyung. Melihat hal tersebut para sahabat menyatakan pekerjaan ini biarlah kami yang mengerjakannya. Mendengar hal ini, Rasulullah s.a.w. malah mengatakan, “Tidak mungkin aku membiarkan sesuatu yang dapat aku lakukan sendiri dengan mengandalkan sahabatku semata”. Sahabat menjawab, “Tidak mungkin kami membiarkan orang yang sangat mulia bekerja, sementara kami hanya berdiam diri.”
Ketinggian solidaritas Rasulullah s.a.w. sangat menakjubkan dan menarik hati. Tanda pengaruh pada ruh adalah tatkala seorang rabbani waa`idz (pemberi ingat dari Allah Ta’ala) dan haqqani reformer (pembaharu sejati) berbicara, maka dalam memberikan nasihat dia menganggap para pendengar itu seperti tidak ada. Dia terus saja menyampaikan pesan-pesan atau nasihatnya. Pada kondisi demikian di kalbu timbul suatu kelembutan. Sampai-sampai seperti suatu curahan air yang jatuh dari tebing tinggi menuju ke lubuk yang dalam. Ia mengucur tanpa kendali. Air itu mengalir dari Allah Ta’ala.
Dalam aliran Sang pemberi ingat tersebut merasakan suatu kelezatan dan kenikmatan sedemikian rupa yang tidak dapat saya gambarkan dalam kata-kata. Jadi di dalam penjelasan-penjelasan serta ucapan-ucapannya dia menyaksikan wajhullah (wajah Allah Ta’ala). Dia sedikit pun tidak perduli akan halnya para pendengar, yakni apa yang akan mereka katakan setelah mendengar nasihat tersebut. Dia mendapatkan kelezatan dari satu arah lain dan dari dalam sendiri dia merasakan kegembiraan, ‘Aku tengah menyampaikan perintah dan pesan majikan dan penguasa-Ku’.
Kesulitan-kesulitan dan penderitaan yang dialaminya dalam menyampaikan pesan-pesan tersebut pun menimbulkan kelezatan serta kenikmatan bagi dirinya. Orang-orang yang seperti itu tenggelam dalam solidaritas terhadap umat manusia. Oleh karena itu, mereka siang malam senantiasa memikirkan bagaimana supaya orang-orang memasuki jalan ini dan satu kali meneguk minuman dari mata air ini. Solidaritas dan gejolak semangat inilah yang terdapat di dalam diri junjungan kita yang mulia Nabi s.a.w. dalam kadar yang sangat tinggi. Tidak ada yang dapat memiliki lebih dari itu. Demikian kondisi solidaritas dan rasa sependeritaan Rasulullah s.a.w. sehingga Allah Ta’ala sendiri yang telah memaparkan, ;
Jika Anda tidak dapat memahami sepenuhnya hakikat ayat ini, itu perkara lain. Tetapi dalam hati saya hakikat hal itu tak lain seperti darah di dalam tubuh’. Ayat itu menggambarkan sebuah pertanyaan, “Apakah engkau (Muhammad) akan membinasakan dirimu, sedih karena mereka tak mau beriman?”. Hal ini melukiskan betapa besarnya perhatian dan kekhawatiran serta kecemasan Rasulullah s.a.w. mengenai kesejahteraan ruhani kaum Beliau. Kesedihan beliau s.a.w. atas penolakan dan perlawanan mereka terhadap amanat Ilahi hampir membuat beliau wafat.
Memang, begitulah keadaan para utusan dan nabi Allah Ta’ala. Hatinya senantiasa penuh dengan kasih-sayang terhadap sesama manusia. Mereka berseru (kepada Tuhan), menangis, dan berduka cita demi kepentingan umat manusia. Tetapi manusia tidak tahu rasa berterima kasih, sehingga perasaan yang begitu mendalam, justru merekalah yang menindas pada nabi dan berusaha untuk membunuh mereka.
Nabi Muhammad, Rasulullah s.a.w. telah menciptakan revolusi, suatu gejala yang menakjubkan terjadi di belantara gurun pasir Arabia, tatkala ratusan ribu orang mati telah hidup kembali dan ketika orang-orang yang dari generasi ke generasi sudah bejat akhlaknya tiba-tiba berganti rupa dan mengambil warna Ilahi. Suatu revolusi meledak dengan serta merta di dunia yang sebelum itu tiada mata pernah mendengar peristiwa semacam itu. Inilah AKHLAK NABI MUHAMMAD S.A.W. SEBAGAI BUKTI MUKJIZAT TERBESAR DAN TERKUAT
"Ya Allah, Limpahkanlah berkat dan rahmat atas Nabi kami, Pemberi Syafaat (penolong) kami, Penyantun kami, Pengasih kami, Sahabat kami, Kekasih kami, Rasul kami, Ya Allah, Limpahkanlah berkat dan rahmat atas Nabi kami, Muhammad s.a.w.
Beliau s.a.w. adalah perwujudan segala nilai akhlak baik yang bisa dimiliki manusia. Segala nilai akhlak tinggi berpadu pada pribadi beliau s.a.w. dalam suatu keseluruhan yang sempurna lagi serasi. Siti ‘Aisyah r.ha, istri Rasulullah s.a.w. yang sangat berbakat, ketika pada sekali peristiwa diminta menerangkan peri keadaan Rasulullah s.a.w., mengatakan, “Beliau s.a.w. memiliki segala keagungan akhlak yang disebut dalam Al-Qur’an sebagai ciri-ciri istimewa seorang abdi Allah yang sejati” (Bukhari).
Dalam segi kekuatan serta bukti, segala mukjizat Rasulullah s.a.w. melampaui seluruh mukjizat para Nabi lainnya. Akan tetapi mukjizat akhlaki beliau s.a.w. adalah yang paling unggul dan sejarah dunia tidak dapat mengungkapkan serta memaparkan tandingannya.
Nabi Muhammad Rasulullah s.a.w. adalah seorang sosok yang agung yang mampu membawa perubahan yang sangat fundamental sepanjang sejarah. Beliau s.a.w. bersama para sahabat telah mampu melakukan ishlah secara total dan menyeluruh meliputi seluruh aspek kehidupan manusia.Kehidupan manusia yang tadinya sarat dengan nilai-nilai kebatilan dan kejahatan, dapat diubah menuju nilai-nilai kebaikkan dan kebenaran.
Ketidakadilan yang telah mendarah daging dalam kehidupan kaum Quraisy diubah menjadi kaum yang menegakkan keadilan yang benar-benar tegak tanpa pandang bulu, tanpa memandang keturunan, kekuasaan, kehormatan, maupun atribut-atribut kebesaran dunia lainnya. Artinya kondisi kesemerawutan atau kekacau-balauan dalam pengelolaan masyarakat digantikannya menjadi kondisi yang penuh ketentraman dan ketertiban.
Nabi Muhammad yang Dermawan dan Pemaaf
Kedermawanan beliau s.a.w. luar biasa. Pada suatu ketika beliau s.a.w. memiliki banyak sekali domba. Seorang kafir mengatakan, “Anda memiliki sedemikian banyak domba yang Kaisar Roma serta Qisran Iran pun tidak punya sebanyak itu”. Rasulullah s.a.w. ketika itu juga menyerahkan seluruh domba tersebut kepada orang itu. Saat itu pula orang tersebut langsung beriman, sebab selain Nabi, tidak ada orang yang memiliki kedermawanan agung demikian.Di Mekkah banyak orang yang menyakiti beliau s.a.w.. Ketika beliau s.a.w. menaklukkan Mekah, jika beliau s.a.w. mau, dapat saja membunuh mereka semua. Akan tetapi, Rasulullah s.a.w. berlaku kasih-sayang dan mengatakan ‘Wa laa tatsriiba `alaikumul yaum’. Dan dengan sifat pemaaf inilah akhirnya menjadikan mereka semua masuk Islam.
Nah, Apakah akhlak fadhilah yang luar biasa itu ada didapati pada diri Nabi lainnya. Sama sekali tidak. Mereka adalah orang-orang yang telah memberikan penderitaan yang berat pada diri beliau s.a.w. secara khusus dan pada sanak saudara serta para sahabah beliau s.a.w.. Dan mereka memberikan penderitaan-penderitaan yang tak termaafkan. Justru setelah Rasulullah s.a.w. memperoleh kekuatan dan kekuasaan atau wewenang langsung saat itu juga beliau s.a.w. memaafkan mereka. Padahal jika mereka itu dihukum, benar-benar merupakan keputusan yang adil dan setimpal. Akan tetapi saat itu beliau s.a.w. memperlihatkan teladan kepemaafan dan kasih sayang beliau s.a.w.. Inilah akhlak Nabi Muhammad s.a.w. yang merupakan bukti mukjizat terbesar dan terpuji.
Nilai-nilai kemanusian begitu kuat tertanam dalam masyarakat yang telah beliau s.a.w. bangun. Prinsip toleransi dan penghargaan terhadap hak asasi manusia senantiasa menghiasi perjalanan dan aktivitas kehidupan beliau s.a.w.. Tidak pernah muncul dari dalam diri beliau s.a.w., suatu sikap yang penuh dengan kesombongan dan ketakaburan. Justru beliau s.a.w. adalah orang yang sangat rendah hati dan sangat terbuka akan kritik dan saran. Beliau s.a.w. juga menanamkan kepada sahabat dan umatnya sifat yang tidak boleh merasa tinggi dengan sesama, karena yang membedakan derajat antara manusia adalah ketakwaan kepada Allah Ta’ala.
اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَلتْقكُمْ
“Sesungguhnya yang paling Mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa diantara kamu”.
Rasulullah s.a.w. juga telah bersabda, “Wahai sekalian manusia, kalian semua berasal dari Adam dan Adam berasal dari tanah. Tidaklah juga orang Arab lebih mulia daripada orang Ajam (Non-Arab), dan tidak pula orang kulit putih lebih mulia daripada orang kulit hitam, kecuali ketakwaannya kepada Allah Ta’ala”.
Oleh karenanya, junjungan kita selagi bisa mengerjakan sesuatu dengan kedua tangan beliau s.a.w., maka beliau s.a.w.kerjakan sendiri. Hal ini dapat kita saksikan ketika pembangunan Masjid Kuba, yaitu Masjid yang pertama kali dibangun oleh Rasulullah s.a.w., yakni ; ‘Pada suatu saat semua orang tanpa kecuali termasuk Rasulullah s.a.w. bahu-membahu membangun Masjid. Pada waktu itu semua orang tiada yang bermalas-malasan.
Suatu saat, Rasulullah s.a.w. terlihat membawa batu yang begitu besar dan berat, sehingga beliau s.a.w. terhuyung-huyung. Melihat hal tersebut para sahabat menyatakan pekerjaan ini biarlah kami yang mengerjakannya. Mendengar hal ini, Rasulullah s.a.w. malah mengatakan, “Tidak mungkin aku membiarkan sesuatu yang dapat aku lakukan sendiri dengan mengandalkan sahabatku semata”. Sahabat menjawab, “Tidak mungkin kami membiarkan orang yang sangat mulia bekerja, sementara kami hanya berdiam diri.”
Ketinggian solidaritas Rasulullah s.a.w. sangat menakjubkan dan menarik hati. Tanda pengaruh pada ruh adalah tatkala seorang rabbani waa`idz (pemberi ingat dari Allah Ta’ala) dan haqqani reformer (pembaharu sejati) berbicara, maka dalam memberikan nasihat dia menganggap para pendengar itu seperti tidak ada. Dia terus saja menyampaikan pesan-pesan atau nasihatnya. Pada kondisi demikian di kalbu timbul suatu kelembutan. Sampai-sampai seperti suatu curahan air yang jatuh dari tebing tinggi menuju ke lubuk yang dalam. Ia mengucur tanpa kendali. Air itu mengalir dari Allah Ta’ala.
Dalam aliran Sang pemberi ingat tersebut merasakan suatu kelezatan dan kenikmatan sedemikian rupa yang tidak dapat saya gambarkan dalam kata-kata. Jadi di dalam penjelasan-penjelasan serta ucapan-ucapannya dia menyaksikan wajhullah (wajah Allah Ta’ala). Dia sedikit pun tidak perduli akan halnya para pendengar, yakni apa yang akan mereka katakan setelah mendengar nasihat tersebut. Dia mendapatkan kelezatan dari satu arah lain dan dari dalam sendiri dia merasakan kegembiraan, ‘Aku tengah menyampaikan perintah dan pesan majikan dan penguasa-Ku’.
Kesulitan-kesulitan dan penderitaan yang dialaminya dalam menyampaikan pesan-pesan tersebut pun menimbulkan kelezatan serta kenikmatan bagi dirinya. Orang-orang yang seperti itu tenggelam dalam solidaritas terhadap umat manusia. Oleh karena itu, mereka siang malam senantiasa memikirkan bagaimana supaya orang-orang memasuki jalan ini dan satu kali meneguk minuman dari mata air ini. Solidaritas dan gejolak semangat inilah yang terdapat di dalam diri junjungan kita yang mulia Nabi s.a.w. dalam kadar yang sangat tinggi. Tidak ada yang dapat memiliki lebih dari itu. Demikian kondisi solidaritas dan rasa sependeritaan Rasulullah s.a.w. sehingga Allah Ta’ala sendiri yang telah memaparkan, ;
لَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَّفْسَكَ أَلَّا يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ
“Boleh jadi engkau akan membinasakan dirimu, karena mereka tidak mau beriman” (Asy-Syu`ara, 26 : 3). ‘
Jika Anda tidak dapat memahami sepenuhnya hakikat ayat ini, itu perkara lain. Tetapi dalam hati saya hakikat hal itu tak lain seperti darah di dalam tubuh’. Ayat itu menggambarkan sebuah pertanyaan, “Apakah engkau (Muhammad) akan membinasakan dirimu, sedih karena mereka tak mau beriman?”. Hal ini melukiskan betapa besarnya perhatian dan kekhawatiran serta kecemasan Rasulullah s.a.w. mengenai kesejahteraan ruhani kaum Beliau. Kesedihan beliau s.a.w. atas penolakan dan perlawanan mereka terhadap amanat Ilahi hampir membuat beliau wafat.
Memang, begitulah keadaan para utusan dan nabi Allah Ta’ala. Hatinya senantiasa penuh dengan kasih-sayang terhadap sesama manusia. Mereka berseru (kepada Tuhan), menangis, dan berduka cita demi kepentingan umat manusia. Tetapi manusia tidak tahu rasa berterima kasih, sehingga perasaan yang begitu mendalam, justru merekalah yang menindas pada nabi dan berusaha untuk membunuh mereka.
Nabi Muhammad, Rasulullah s.a.w. telah menciptakan revolusi, suatu gejala yang menakjubkan terjadi di belantara gurun pasir Arabia, tatkala ratusan ribu orang mati telah hidup kembali dan ketika orang-orang yang dari generasi ke generasi sudah bejat akhlaknya tiba-tiba berganti rupa dan mengambil warna Ilahi. Suatu revolusi meledak dengan serta merta di dunia yang sebelum itu tiada mata pernah mendengar peristiwa semacam itu. Inilah AKHLAK NABI MUHAMMAD S.A.W. SEBAGAI BUKTI MUKJIZAT TERBESAR DAN TERKUAT
صَلِّ عَلى نَبِيِّنَا --- صَلِّ عَلى مُحَمَّدٍ
صَلِّ عَلى شَفِيْعِنَا --- صَلِّ عَلى مُحَمَّدٍ
صَلِّ عَلى رَئُوْفِنَا --- صَلِّ عَلى مُحَمَّدٍ
صَلِّ عَلى رَحِيْمِنَا --- صَلِّ عَلى مُحَمَّدٍ
صَلِّ عَلى رَفِيْقِنَا --- صَلِّ عَلى مُحَمَّدٍ
صَلِّ عَلى حَبِيْبِنَا --- صَلِّ عَلى مُحَمَّدٍ
صَلِّ عَلى رَسُوْلِنَا --- صَلِّ عَلى مُحَمَّدٍ
صَلِّ عَلى نَبِيِّنَا - صَلِّ عَلى مُحَمَّدٍ
صَلِّ عَلى مُحَمَّدٍ - صَلِّ عَلى مُحَمَّدٍ
"Ya Allah, Limpahkanlah berkat dan rahmat atas Nabi kami, Pemberi Syafaat (penolong) kami, Penyantun kami, Pengasih kami, Sahabat kami, Kekasih kami, Rasul kami, Ya Allah, Limpahkanlah berkat dan rahmat atas Nabi kami, Muhammad s.a.w.
0 Comments