Jagalah Alammu Seperti Kau Jaga Dirimu



Oleh : Mln. Mawahibur Rahman

      Dikisahkan suatu ketika khalifah Umar bin Abdul Aziz berkeliling kota sambil menaiki kuda, beliau meninjau ibu kota untuk mengetahui secara langsung kondisi rakyatnya.

Dari kejauhan sang khalifah melihat seorang yang sangat tua sedang menanam pohon kurma dengan asyiknya. Dengan perlahan sang khalifah mendekati orang tua tersebut, setelah turun dari kudanya, khalifah Umar bin Abdul Aziz turun dari kudanya dan mengucap salam kepada si orang tua dan bertanya,

"Assalamu’alaikum sedang apa engkau wahai Pak tua?” Pak tua pun menjawab dengan ramah salam dari khalifah,” "Wa’alaikum salam Tuan. Saya sedang menanam pohon kurma.”
Khalifah kembali bertanya,” Engkau kan sudah tua, buat apa menanam pohon kurma? Bukankah pohon kurma baru akan berbuah setelah menunggu bertahun-tahun lamanya? Apakah engkau masih hidup saat panen buah korma dari pohon yang engkau tanam?”

 Pak tua menjawab dengan tatapan mata yang berbinar-binar penuh semangat,” Memang benar, tuanku, usia hamba memang sudah tua, kalau hamba masih sempat memanen buah korma ini ya alhamdulillah, namun sekiranya saat panen tiba hamba sudah dipanggil oleh Allah dan sudah meninggalkan dunia ini tentu masih ada anak-anak saya yang bisa memanen buah dari pohon ini. Seandainya anak-anak dan keturunan saya pun telah tiada, bolehlah buah dari pohon ini dipetik oleh orang lewat yang membutuhkan . Dengan demikian sekali menanam pohon namun manfaatnya dapat dinikmati oleh banyak orang!”

    Khalifah Umar bin Abdul Aziz terpana mendengar penjelasan Pak Tua,” Sungguh pemikiran yang baik dari seorang hamba Allah yang ikhlas .” Demikian pemikiran khalifah di dalam hati,”

Pak Tua, engkau memiliki pemikiran yang sangat bagus dan bermanfaat. Aku tersentuh dengan ketulusanmu, ini ada sedikit pemberian dariku untukmu, terimalah. Semoga rizqimu berkah.” Khalifah Umar menyodorkan sekantung uang kepada Pak Tua karena ia terpesona dengan pemikirannya. Pak tua menerima pemberian itu dengan sangat bahagia ia pun berujar,” Terima kasih tuan. Baru saja menanam sudah memetik hasilnya.”

   Itu adalah kisah masyur yang menggambarkan bagaimana semangat para umat Islam awallin didalam menebarkan kebaikan.

Kaum arab yang sebelum Nabi Muhammad saw diutus adalah kaum yang berfikiran pendek, menjadi kaum yang berfikiran jauh ke depan. Mereka selalu berfikir bagaimana kebaikan yang mereka lakukan bisa memberi manfaat bukan hanya kepada manusia, tetapi juga kepada alam, tanah air yang mereka tinggali. Bukan hanya yang bisa dirasakan ketika mereka masih hidup, bahkan setelah mereka tiada.

    Bagaimanakah bimbingan yang diajarkan oleh Islam dalam menjaga alam sekitar kita ?. Dalam hal ini Islam sangat memberikan perhatian agar seorang muslim yang baik selalu berusaha menjaga alam sekitar nya, dan menjauhi segala perbuatan yang _fasad_ yaitu segala perbuatan yang menimbulkan kerusakan.

      DR. Abdul Razaq Naufal, seorang ahli linguistik Alquran menyebutkan bahwa tidak kurang dari 50 kali dalam Alquran Allah swt melarang umat-Nya agar tidak melakukan perbuatan _fasad_ dan sebaliknya 50 kali juga dalam Alquran Allah swt memerintahkan untuk perbuat _Al-Naf'u_ yaitu perbuatan yang memberikan manfaat baik kepada mahluk Allah atau kepada alam sekitar.

   Salah satu ayat yang membahas hal itu termaktub dalam Q.S Al-A'raf ayat : 57 :
وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.

    Dalam ayat ini disampaikan bahwa kita harus berusaha meninggalkan perbuatan fasad, dan menjadi orang muhsin, dimana kata muhsin artinya adalah "Orang yang berusaha keras menyempurnakan kebaikan-kebaikan".

Jadi kaitannya dalam menjaga tanah air dan alam sekitarnya alih-alih merusaknya, tapi kita diperintahkan untuk terus mengadakan perbaikan bagi alam sekitar kita, dan tidak cukup sampai disana bahkam diperintakan untuk terus menyempurnakan perbaikan yang kita lakukan.

    Yang Mulia Rasulullah saw. sebagai pengejawantahan ajaran Al-Qur'an telah mencontohkan dengan begitu sempurna bagaimana perhatian beliau terhadap penjagaan alam sekitar. Dimana perhatian itu beliau contohkan saat belum ada isu urgensi penjagaan alam, karena saat secara umum alam di bumi masih sangat baik, tidak seperti di masa sekarang. Berikut beberapa contoh dan sabda dari beliau berkenaan hal itu :

1. Pentingnya untuk menanam pohon
bersabda,

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا‎ ‎أَوْ يَزْرَعُ زَرْعًا فَيَأْكُلُ‏‎ ‎مِنْهُ طَيْرٌ أَوْ إِنْسَانٌ أَوْ‏‎ ‎بَهِيمَةٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ بِهِ‏‎ ‎صَدَقَةٌ

Tak ada seorang muslim yang menanam pohon atau menanam tanaman, lalu burung memakannya atau manusia atau hewan, kecuali ia akan mendapatkan sedekah karenanya [HR. Al-Bukhoriy dalam Kitab AL-Muzaro’ah No. 2320]

    Disini disampaikan penekanan untuk banyak menanam pohon, yang mana kalopun pohon itu tidak memberikan manfaat kepada manusia, ia akan memberi manfaat kepada hewan. Lihatlah, begitu dalamnya pemahaman Nabi Muhammad saw. tentang alam. Beliau paham betul bahwa ekosistem alam ini adalah satu kesatuan, dimana seluruh mahluk hidup keberadaanya saling memberi manfaat kepada yang lainnya. Banyak hewan yang kelangsungan hidupnya sangat bergantung dari tumbuhan.

2. Larangan Membuang Sampah Sembarangan
الإيمَانُ بِضْع وسبْعُونَ ، أوْ بِضْعُ وَسِتُّونَ شُعْبةً ، فَأَفْضَلُها قوْلُ لا إله إلاَّ اللَّه ، وَأدْنَاها إمَاطةُ الأَذَى عنَ الطَّرِيقِ ، والحياءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإيمَانِ » متفق عليه

“Keimanan itu ada tujuh puluh lebih atau keimanan itu cabangnya ada enam puluh lebih . Seutama-utamanya ialah ucapan La ilaha illallah dan serendah-rendahnya ialah menyingkirkan apa-apa yang berbahaya -semacam batu, duri, lumpur, abu kotoran dan Iain-Iain sebagainya -dari jalanan. Sifat malu adalah suatu cabang dari keimanan itu.” (Muttafaq ‘alaih)

Ini hadits yang luar biasa menurut saya. Lihatlah seluruh umat Islam ketika ditanya siapa Tuhan nya, maka dengan lantang mereka akan sampaikan "Allah". Memang kedudukan tauhid sejati adalah kedudukan yang setiap muslim harus raih, tapi disini disampaikan oleh Rasulullah saw bahwa perjalana menuju tauhid sejati sangatlah panjang (ada 70 tingkatan menuju kesana). Dan tingkatan pertama, yang mana harus diraih oleh siapa saja yang ingin merih tingkatan tauhid sejati itu adalah tentang menjaga kebersihan lingkungan.

       Jadi sebelum kita bicara akidah dan keimanan yang kajian nya panjang itu, Rasulullah saw. mengingatkan untuk pertama kali lihatlah lingkungan sekitar kita, jagalah kebersihannya, bersihakanlah jalan-japan dari setiap benda atau kotoran yang akan mengganggu pandangan atau menghambat perjalanan. Dan perlu diingat sabda ini disampaikan ketika saat itu jalan-japan masih sangat lebar dan luas, sehingga kotoran-kotoran sedikit tidak terlalu mengganggu. Jadi sabda ini jika dilihat urgensi nya justru sangat berlaku di zaman ini, 1500 tahun setelah sabda itu disampaikan.

3. Pengelolaan Sanitasi Yang Baik
 عَنْ جَابِرٍ قَالَ زَجَرَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُبَالَ فِي الْمَاءِ الرَّاكِدِ. {رواه أحمد}.

Abu Az Zubair dari Jabir berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang kencing di air yang menggenang.” (HR. Ahmad).

  Ini salah satu hadits mengenai bagaimana perhatian Rasulullah saw tentang kebersihan. Beliau menekankan bahwa kebersihan adalah bagian yang tidak terpisahkam dari keimanana. Termasuk adalah kebersihan pengelolaan sanitasi.

    Kita lihat saat ini, di zaman modern ketika Allah swt telah anugerahkan kecerdasan kepada manusia untuk menciptakan sarana-sarana kebersihan. Tetapi pengelolaan sanitasi banyak menjadi masalah di zaman modern ini, yang penyebab paling besar adalah habbit yang buruk.

Walau sarana-sarana dan sistem kebersihan sanitasi telah diciptakan sedemikian rupa. Tetapi karena kebiasaan perilaku yang tidak baik dari kita, maka banyak sekali sungai-sungai atau sumber air yang tercemar sedemikian rupa, sehingga sama sekali tidak layak konsumsi sumber-sumber air tersebut. Padahal semenjak awal, Rasulullah saw. telah mencontohkan dan menanamkan sedemikian rupa tentang penjagaan terhadap sumber air, karena beliau tahu betul bahwa air adalah sumber kehidupan manusia.

      Kutipan-kutipan yang disampaikan dalam tulisan ini hanyalah sebagian kecil dari teks-teks Al Quran dan Hadits tentang pentinganya menjaga kelestarian alam sekitar sebagai bagian dari menjaga tanah air kita.

Indonesia dengan 70 persen lebih penduduknya adalah muslim, maka seharusnya ajaran-ajaran tentang penjagaan kelestarian alam sekitar kita menjadi perhatian kita sebagai seorang yang pengikut Rasulullah saw. Maka pahamilah bahwa tangga pertama dalam keimanan adalah tentang menjaga kelestarian alam sekitar, maka ingatlah bahwa "Jagalah Alam mu Sebagaimana Kau Jaga Dirimu".

Post a Comment

0 Comments