Kezuhudan Nabi Muhammad Rasulullah saw

Oleh Murtiyono Y Ismail

“Dan berilah jelaskan kepada mereka perumpamaan kehidupan dunia; seperti air yang kami turunkan dari awan, lalu tumbuh-tumbuhan bumi bercampur dengannya; kemudian ia menjadi kering dan hancur dan tersebar diterbangkan oleh angin kemana-mana. Dan Allah mempunyai kekuasaan atas segala sesuatu. Harta dan anak-anak laki-laki adalah perhiasan kehidupan dunia. Tetapi, amal Shaleh yang kekal lebih baik di sisi Tuhan engkau dalam hal ganjaran, dan lebih baik dalam hal harapan.” (Al Kahfi 18 : 46-47)

Makna Zuhud

Zuhud adalah salah satu maqām (kedudukan, station, tingkatan ) dalam tasawuf yang harus ditempuh para sālik (orang yang menempuh jalan Allah Swt) untuk mencapai kemuliaan di sisi Allah swt. Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad menulis: “Cobalah! Aku benar-benar berkata kepadamu, celakalah orang yang mencampur baurkan keduniaan dengan agama, dan neraka amat dekat kepada orang yang semua maksud bukan karena Allah, malah sebagian karena Allah sebagian karena dunia. Jadi kalau dalam cita-citamu itu ada tercampur sedikit saja oleh keduniaan, maka semua ibadahmu percuma.” (Al Wasiyat h.18).

Nabi Muhammad
Kata zuhud berasal dari bahasa Arab yang memiliki akar kata zahada - yazhadu - zuhdan yang artinya meninggalkan, tidak menyukai. Ibnu Taimiyyah mendefinisikan bahwa, “Zuhud adalah menghindari sesuatu yang tidak akan membawa manfaat bagi akhirat. Kata zuhud berasal dari bahasa Arab yaitu kata zahada artinya raghaba ‘anhu wataraka (benci dan meninggalkan sesuatu), zahada fi ad-dunyā yang artinya mengosongkan diri dari kesenangan dunia untuk ibadah. Orang yang melakukan zuhud disebut zāhid, zuhhād, atau zāhidūn.

Dalam bahasa arab, kata zuhud memiliki makna yang berlawan dengan makna keinginan atau ketamakan. “Makna zuhud terhadap sesuatu adalah berpaling darinya karena dianggap sebagai sesuatu yang sedikit, rendah atau hina, dan karena himmah (kekuatan cita-cita) yang lebih tinggi darinya. Sesuatu yang sedikit atau hina disebut dalam bahasa arab sesuatu yang zahiid.”

Dalam Mukhtashar Minhajil Qashidin disebutkan, “Zuhud adalah sebuah kata yang mengungkapkan berpaling atau berpindahnya keinginan terhadap sesuatu kepada hal lain yang lebih baik darinya. Sesuatu yang ditinggalkan itu mestinya adalah sesuatu yang dicintai. Dari sini, maka orang yang berpaling meninggalkan cinta dunia kepada cinta akhirat disebut sebagai orang yang zuhud terhadap dunia. Karena pada setiap jiwa manusia telah tertanam secara naluri kecintaan kepada perkara-perkara duniawi. Sedangkan akhirat, jauh lebih baik dari dunia. Dan ketahuilah, bahwa zuhud adalah amalan hati sehingga tidak bisa diukur dengan perkara lahiriah seperti kemiskinan, badan yang kurus, pakaian yang compang-camping dan semisalnya.

Zuhud juga tidak selalu identik dengan kemiskinan. Bisa jadi orang yang memiliki banyak harta ternyata lebih zuhud dari pada orang yang miskin. Zuhud tidak sama dengan kemiskinan, meskipun keduanya sama-sama merupakan bentuk gambaran meninggalkan dunia. Dan masing-masing dari zuhud atau pun kemiskinan memiliki tingkatan-tingkatan tersendiri untuk mencapai kebahagiaan dan keduanya bisa membantu seseorang untuk meraih kemenangan dan keberhasilan Akhirat. Terkadang seseorang yang meninggalkan harta dianggap sebagai orang yang zuhud, padahal tidak demikian. Karena meninggalkan harta dan menampakkan pakaian yang buruk lagi kasar mudah dilakukan oleh orang yang senang dipuji sebagai orang yang zuhud.

Ibnul Qayyim -rahimahullah- ketika menjelaskan beberapa hal yang bisa merusak sikap zuhud berkata, “Yang pertama, seseorang bersikap zuhud terhadap sesuatu dari perkara dunia yang bisa memberi manfaat kepadanya, bisa memberikan kekuatan dan pertolongan kepadanya dalam perjalanannya menuju akhirat.

Pandangan Rasulullah saw Terhadap Kehidupan Dunia

Banyak sekali hadits-hadits yang berhubungan dengan kezuhudan Rasulullah saw dan memberikan gambaran kepada kita bagaimana Rasulullah saw memandang kehidupan ini. Namun dalam kesempatan ini saya mengambil beberapa contoh pandangan Rasulullah saw terhadap dunia. Dalam sebuah sabdanya Beliau menyampikan:

”Perbandingan dunia dengan akhirat tidak lain seperti seorang yang mencelupkan jarinya ini ke dalam lautan. Maka lihatlah apa yang diperolehnya?” (Muslim)
“Apa urusanku dengan dunia. Di dunia ini, aku hanyalah bagaikan seorang musafir yang berteduh di bawah pohon, kemudian berangkat lagi dan meninggalkan pohon itu.” (Riwayat atTirmidzi dan Ibnu Majah. Dishahihkan al-Albani dalam ash-Shahihah no. 438)
“Seandainya dunia ini di sisi Allah sebanding dengan satu sayap nyamuk, niscaya Allah tidak akan memberi seteguk air minum dari dunia ini kepada seorang kafir.” (Riwayat at-Tirmidzi, dishahihkan al-Albani dengan banyaknya jalan periwayatan. Lihat ash-Shahihah no. 686 dan 943)

Kesucian Pikiran dan Kebersihan Badan Rasulullah SAW

Diriwayatkan tentang Rasulullah saw bahwa segala tutur kata beliau senantiasa mencerminkan kesucian dan bahwa beliau tidak seperti kebiasaan orang-orang di zaman beliau, beliau tidak biasa bersumpah. (Tirmizi). Hal in merupakan suatu kekecualian bagi seorang Arab. Kami tidak mengatakan bahwa orang-orang Arab di zaman Rasulullah saw biasa mempergunakan bahasa kotor, tetapi tidak pelak lagi mereka biasa memberikan warna tegas di atas tutur mereka dengan melontarkan kata-kata sumpah dalam kadar yang cukup banyak, suatu kebiasaan yang masih bertahan sampai hari ini juga. Tetapi Rasulullah saw menjunjung tinggi nama Tuhan sehingga beliau tidak pernah mengucapkan tanpa alasan sepenuhnya dapat diterima.

Beliau sangat memberi perhatian pada hal kebersihan badan. Beliau senantiasa menggosok gigi beberapa kali sehari dan begitu telaten melakukan amalan tersebut sehingga beberapa kali beliau senantiasa menyampaikan bahwa beliau tidak khawatir akan memberatkan ummat beliau bahwa menggosok gigi adalah suatu amalan wajid. Beliau senantiasa mencuci tangan sebelum dan sesudah makan. Beliau menyarakan akan lebih baik jika sehabis makan berkumur baru setelah itu melaksanakan Sholat berjamaah. (Bukhari)

Rasulullah saw juga sangat menekankan secara istimewa untuk masalah kebersihan Masjid. Terutama pada saat orang-orang akan berkumpul mengadakan sholat berjamaah atau kegiatan kajian keagamaan lainnya. Beliau memerintahkan agar sebaiknya setanggi atau sejenisnya di bakar dan atau apa saja yang dapat memberikan kebersihan udara dan harum di sekitar masjid. (Abu Dawud) Beliau juga menyarankan agar jangan pergi ke masjid jika sesudah memakan makaan yang menyebabkan bau menusuk hidung. (Bukhari)

Rasulullah saw juga menyarankan agar jalan-jalan di jaga kebersihannya. Jangan sampai ada batu kerikil, dahan atau apa saja yang dapat membahayakan orang lain. Bahkan bagi orang-orang melakukan kebaikan semisal menyingkirkan kerikil dari tengah jalan beliau menjamin bahwa orang semacam itu telah melakukan amal saleh dalam pandangan Tuhan. Suatu waktu beliau juga menyampaikan agar jalan-jalan umum tidak boleh ditutup sehingga menghalangi khalayak lain menggunakannya. Beliau melarang melemparkan benda-benda najis di tengah jalan sehingga jalan menjadi kotor. Karena semua perbuatan itu tidak diridhoi Tuhan. Kemudian beliau cukup keras kepada ummat beliau agar jangan mencemari air. Melemparkan suatu benda ke dalam sumber air yang akan menjadikan air tersebut menjadi tercemar. (Bukhari dan Muslim, Kitabal-Birrwal Sila)

Kezuhudan Rasulullah saw dari Makanan

Rasulullah sangat menyenangi makanan. Beliau selalu menunjukkan minat terhadap makanan yang dihidangkan untuk beliau. Jika tidak minat atau kurang enak dirasa beliau hanya diam dan tidak mencela makanan tersebut. Beliau sangat hati-hati ketika menghadiri undangan makan ditempat orang lain. Jangan sampai tidak diundang tetapi kita memberanikan diri untuk hadir ikut serta menikmati makanan. Satu kejadian beliau menghadiri undangan makan, namun dalam rombongan ada tamu yang ditengah jalan ingin ikut, maka setelah sampai di tempat undangan beliau memintakan ijin orang yang tidak masuk dalam undangan tersebut. Tentu saja tuan rumah meijinkannya. (Bukhari, Kitabal Ath’ima)

Beliau SAW juga tidak bosan-bosannya menasehatkan agar khidmatilah tetangga terdekat jika kita memiliki makanan berlebih atau lezat. (Muslim dan Bukhari kitab al adab) Setiap kali beliau hendak menyantap makanan, ucapan bismillaahi rahmaanirrahiim tidak akan pernah beliau lupakan serta mengakhirinya dengan doa hamdalah, “segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan makanan kepada kita, puji-pujian yang berlimpah dan ikhlas. Menggambarkan seolah-olah itu menjadi satu paket makanan. Misal ada doa syukur bagi orang yang menghidangkan makanan seperti:

“Ya Allah! Berilah berkah apa yang Engkau rezekikan kepada mereka, ampuni-lah dan belas kasihanilah mere-ka.” (HR. Muslim 3/1615)

Rasulullah saw tidak pernah merasakan roti yang enak ketika itu. Ada dalam sebuah hadits yang menggambarkan bagaimana kezuhudan Rasulullah saw soal makanan.

Telah menceritakan kepadaku [Ishaq bin Ibrahim] Telah menggabarkan kepada kami [Rauh bin Ubadah] Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Abu Dzi`b] dari [Sa'id Al Maqburi] dari [Abu Hurairah] radliallahu 'anhu, bahwa suatu ketika ia melewati suatu kaum yang dihadapan mereka terdapat seekor kambing yang telah terpanggang. Lalu mereka pun mengundangnya, namun ia enggan untuk memakan daging kambing tersebut. Dan Abu Hurairah pun berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meninggalkan dunia ini, namun beliau belum pernah kenyang memakan roti yang terbuat dari gandum lembut." (Hadits Imam Bukhari Nomor 4994)

Beliau dalam perjamuan walaupun disuguhkan untuk beliau, beliau selalu membagikannya/melayani kepada para sahabat. Pernah satukali beliau diundang dalam satu jamuan, namun karena dalam perjamuan itu tidak ada orang miskin dan juga ada diruangan terbuka cukup dilihat oleh khalayak ramai maka beliau menolak undangan makan seperti itu. Rasulullah saw biasa makan ketika perut terasa lapar, dan berhenti makan sebelum kenyang.

…pangkal segala penyakit adalah terlalu kenyang dan pangkal segala obat adalah lapar.”

Sunnah Rasulullah saw yang satu ini pun juga menjadi tauladan sangat baik bagi kita. Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan kebiasaan beliau menjadi solusi bagi kesehatan manusia, terlebih sat sekarang ini dimana berbagai macam jenis makanan olahan menguasai pasaran. Setidaknya ada lima manfaat ketika kita mengikuti gaya hidup Rasulullah saw terutama soal makanan ini.

  1. Pernah satu kali sebagai tanda persahabatan, Pemerintah Mesir mengirimkan seorang Tabib ke Madinah untuk melayani masyarakat di Madinah. Lalu baru sekitar delapan bulan sang Tabib berpamitan untuk pulang. Bukan karena dia tidak betah tinggal di Madinah, namun karena selama tinggal di Madinah, dia tidak mendapati sorang pun yang sakit. Kemudian ketiak dia berpamitan kepada Rasulullah saw, sang Tabib menyempatkan bertanya kepada Rasulullah saw. “Ya Rasulullah, apa rahasia ummatmu sehingga mereka selalu terlihat sehat dan dan jarang sekali sakit?”, maka Rasulullah saw menjawab: “Kami adalah ummat yang tidak makan sebelum lapar dan berhenti makan sebelum kenyang”. Dalam satu kesempatan yang lain Rasulullah saw juga pernah menyampaiakn: “Tidaklah sekali-kali manusia memenuhi sebuah wadah pun yang lebih berbahaya dari perutnya. Cukuplah bagi anak adam beberapa suap makanan untuk menegakkan tubuhnya. Jika ia harus megisinya, maka 1/3 bagian lambung untuk makanan, 1/3 lagi untuk minuman dan 1/3 lagi untuk udara/nafasnya”. (Tirmizi).

    Sebagian hadits lain menyatakan bahwa Rasulullah saw menganjurkan untuk mengunyah makanan pelan-pelan sebanyak kurang lebih 32 kali agar makanan lembut dan mudah dicerna agar pencernaan dalam tubuh tidak bekerja terlalu berat. Makan makanan tidak berlebih juga akan menjadikan tubuh tidak kelebihan kalori dari yang dibutuhkan. Memang masing-masing individu memerlukan kalori yang berbeda, tetapi masing-masing individu dapat merasakan kapan saat tubuh memerlukan asupan makanan dan kapan tubuh merasa cukup. Setelah 14 abad hadits tersebut keluar, kini penelitian ilmiah membuktikan bahwa cara makan Rasulullah saw dapat memperpanjang umur seseorang. Dalam bahasa kedokteran dapat juga disebutdiet anti-aging calorie restriction(Diet pembatasan kalori atau rendah kalori). Amalan ini pun juga dapat kita temui dalam Firman Allah Ta’ala QS Al A’raf: 32

    “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) masjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” Ayat tersebut mengajarkan kepada kita agar dalam hal makan dan minum senantiasa jangan berlebih-lebihan.

  2. Senantiasa memakan makanan halal.
  3. Bahkan dalam beberapa riwayat Rasulullah saw juga mengkonsumsi sayuran. Bahkan beliau sangat hobby memakan labu.
  4. Menu sarapan Rasulullah saw tujuh butir kurma matang dan segelas air yang dilaruti madu. Dalam beberapa literature kesehatan menu ini dapat menghindari diri dari racun radikal bebas dan kaya akan vitamin. Jika di tanah air mungkin kita dapat mengkonsumsi makanan yang mudah dicerna dan ringan untuk pencernaan seperti pisang, pepaya bisa dengan di makan langsung atau dalam bentuk juice.

    Menu makan siang Rasulullah saw adalah, khol atau sejenis cuka, cairan ini jika dicampur madu akan terasa manis. Manfaat nya adalah menghindarkan tubuh manusia dari kolesterol, melancarkan pencernaan, dan mencegah lemah tulang dan kepikunan.

    Sayuran adalah menu favorit makan malam Rasululla saw. Akan hal ini Hadhrat Ummar ra pernah berpesan bahwa hendaknya perut manusia terisi 10% makanan yang berasal dari hewan, 60% dari biji-bijian dan 30% didapatkan dari sayuran dan buah-buahan.

  5. Seusai makan, Rasulullah tidak pernah langsung tidur. Beliau selalu setelah makan melakukan aktifitas lain yang menghindarkan lambung beliau dari tempat tidur. Dalam ilmu kesehatan ketika seseorang tidur setelah makan maka itu akan mengakibatkan hatinya/liver menjadi keras.
Dalam kitabnya Ihya’ Ulumiddin, Imam Ghazali menjabarkan bahwa ada enam macam penyakit yang diakibatkan kondisi terlalu kenyang. Sebagian merupakan penyakit fisik dan lainnya adalah penyakit batin. Keenam penyakit itu adalah:

  1. Pertama melunturkan rasa takut kepada Allah swt. orang yang terbiasa dalam kondisi kenyang akan selalu merasa kecukupan dan akan terbersit dalam hatinya bahwa ia tidak membutuhkan orang lain lagi, bahkan secara perlahan juga menyingkirkan Allah swt sebagai Yang Maha Pemberi Rizki. Karena sesungguhnya ia mengira bahwa makanan itu merupakan hasil keringatnya.
  2. Penyakit Kedua merupakan lanjutan dari proses penyakit pertama. Ketika rasa takut kepada-Nya telah tiada, maka seseorang akan bermalas-malasan untuk beribadah.
  3. Penyakit ketiga adalah lenyapnya rasa kasihan terhadap sesama, karena dia mengira semua orang telah kenyang sepertinya. Hatinya begitu dangkal untuk sekedar ikut memahami dan merasakan kondisi orang lain.
  4. Penyakit keempat adalah tertutupnya hati dan telinga dari berbagai macam hikmah dan kebijakan yang datang kepadanya. Sehingga mereka yang dalam kondisi kenyang sangat susah menerima nasehat dan petuah akan kebaikan.
  5. Begitu pun sebaliknya, (penyakit kelima) ketika seseorang yang dalam kondisi kenyang memberikan nasehat maupun petuah pastilah nasehat itu akan terbang dibawa angin dan tidak akan berkesan di hati pendengarnya.
  6. Dan penyakit keenam bahwasannya kondisi kenyang akan mengundang penyakit.


Mengenai hal ini fenomena merebaknya penyakit diabetes, kolesterol, hipertensi dan lain sebagainya adalah bukti nyata dari hadits Rasulullah saw di atas. Oleh karena itulah, hendaknya manusia mewaspadai kondisi terlalu kenyang. Karena kondisi kenyang gampang mengundang setan. Rasulullah saw bersabda

“Sesungguhnya setan itu berjalan pada manusia di tempat jalannya darah. Maka persempitlah jalannya itu dengan mengosongkan perut.”

Dalam Berpakaian


Rasulullah saw sangat sederhana dalam hal berbusana. Pakaian sehari-hari beliau terdiri dari kemeja dan Izar kain sarung atau kemeja dan celana. Izar atau celana itu dikenakan oleh beliau agar pakaian itu menutupi tubuh sampai pada pergelangan kaki. Beliau tidak berkenan jika lutut atau bagian mana pun di atas lutut terbuka jika memang tidak terpaksa sekali. Beliau tidak menyukai pakaian yang bergambar baik dengan cara disulam maupun di cat yang akan mengesankan seperti berhala atau benda-benda yang di puja. Beliau juga tidak pernah mengenakan pakaian yang bahannya terbuat dari sutera. Pernah satu waktu beliau diberi hadiah berupa kain sutera oleh orang, kemudian beliau berikan kembali kepada Hadhrat Umar. Lalu Hadhrat Umar berkata: “Ya Rasulullah, bagaiaman saya dapat memakainya sedangkan Engkau sendiri melarang memakai kain sutera?” Akan perkataan Hadhrat Umar, Rasulullah saw menjawab: “Tidak semua pemberian itu harus kita pakai sendiri”. Maksud beliau SAW adalah bias saja Hadrat Umar memberikannya kembali kepada istri atau saudara perempuan lainnya.” (Bukhari kitab al Libas)

Tempat Tidur Rasulullah saw

Begitu juga tempat tidur Rasulullah saw sangat sederhana. Dalam kitab Bukhari, Muslim maupun Tirmizi kita bisa dapati bagaimana bentuk tempat tidur Rasulullah saw. Tempat tidur Rasulullah bukan dari besi atau dipan yang empuk atau mungkin seperti tempat tidur raja-raja duniawi lainnya. Beliau biasa tidus di atas tanah beralaskan sehelai kulit atau sehelai kain dari bulu unta. Satu kali Hadhrat Aisyah meriwayatkan bahwa “tempat kami begitu sempit sehingga jika Rasulullah saw bangkit untuk tahajud, aku biasa berbaring miring dan meluruskan kaki saat beliau berdiri dan melipat kembali jika beliau sujud.”

Kezuhudan Rasulullah saw Kepada Kaum Difabel

Pada masa akhir kerasulan Nabi Muhammad saw, Kota Madinah sudah damai dan tertata rapi, kaum Yahudi dan Nasrani yang sudah berdamai diizinkan tinggal dan berusaha (sesuai Perjanjian Madinah). Di salah satu sudut Kota Madinah yang damai, hiduplah seorang nenek Yahudi yang sudah sangat tua, mata yang buta kegiatan hari-harinya meminta-minta kepada siapa saja yang lewat.

Tetapi anehnya ketika ada orang lewat atau orang yang memberi sedekah kepadanya. Dia selalu memaki-maki dan mencela nama Muhammad. Celaan dan makian serta kutukan sumpah serapah yang tak tanggung-tanggung selalu ia lontarkan, mungkin kalau kita yang mendengarnya sudah tentu marah besar pada si nenek tersebut. Tetapi yang membuat nenek itu bertahan hidup, adalah setiap hari ada saja orang yang memberinya makan dengan cara meyuapi ke mulut nenek tersebut.

Kejadian itu berlangsung dengan sangat lama, hingga pada suatu masa wafatlah Hadhrat Muhammad saw orang yang selalu di cela oleh nenek tersebut. Abu Bakar adalah orang yang pertama dibai’at menjadi Khalifah dan tentunya ia mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap Islam. Beliau ingin mengetahui apa saja yang dilakukan oleh Rasulullah saw selain ibadah. Suatu hari bertanyalah Abu Bakar kepada ‘Aisyah rah, ”Ya Ummi Amirul Mukminin, apa-apa saja perbuatan yang tidak pernah di tinggalkan oleh Rasulullah selain ibadah?”. Dijawab oleh Aisyah rah, “Ya Ayahanda, setiap harinya Rasulullah saw tidak pernah lupa membawa roti atau kurma ke sudut Kota Madinah dan diberikan kepada seorang nenek peminta-minta yang buta.”

Lalu Abu Bakar ra pergi ke tempat yang dimaksud puterinya, beliau membawa nampan yang berisi makanan. Ketika Beliau melihat perangai nenek tersebut yang masih mencela dan menghina Muhammad tanpa hentinya, walaupun ia sudah beberapa hari tidak makan. Melihat ulah nenek tersebut, hampir saja Abu Bakar tidak jadi mendekati dan memberi nampan tersebut. Kemudian dengan sedikit hati-hati, makanan yang ada di dalam nampan diberikan kepada si nenek dengan menyuapinya. Tiba-tiba nenek tersebut berteriak dan jatuhlah nampan yang ada di tangan Abu Bakar.
Lalu Abu Bakar berkata kepada si nenek Yahudi tersebut, “Aku adalah orang yang memberi engkau makan mengapa engkau tolak?” Lalu si nenek menjawab, “Bukan, kau bukan orang yang biasa memberi aku makan, aku tahu sekali cara orang yang biasa menyuapiku makan, dia begitu lembut dan bijak. Sehingga aku bisa makan, aku tidak akan makan selain makanan yang disuapkan oleh orang itu. Aku tahu perlakuannya, jika dia sudah dekat aku tahu kalau dia yang datang. Dia begitu lembut dan berwibawa seumur hidup akubaru menemukan orang seperti itu.”

Abu Bakar tertegun dan menangis mengingat perlakuan Rasulullah saw kepada si nenek dan perlakuan si nenek pada Rasulullah saw, walau setiap harinya dzikir nenek itu adalah mencela dan menghina Hadhrat Rasulullah saw. Di tengah terisaknya, Abu Bakar berkata pada si nenek, ”Aku memang bukan orang yang biasa memberi engkau makan, sedang orang yang biasa itu sudah tiada. Beliau sudah pergi meninggalkan kita, untuk selamanya, beliau adalah Muhammad Rasulullah saw.” Mendengar tutur kata Abu Bakar yang tulus dan terbata-bata si nenek bertanya lagi, ”siapa dia?” Abu Bakar menjawab, “Ya dia adalah Muhammad yang setiap saat kau, kau hina dank au sumpah serapahi dia. Dialah yang memberimu makan setiap harinya, kami tak bisa menggantikan Beliau.” Mendengar kata-kata Abu Bakar si nenek buta tersebut, tak kuasa menahan tangis dan tersungkur bersama-sama Abu Bakar yang dari tadi menangis karena haru atas apa yang telah dicontohkan Rasulullah saw. Akhirnya sang nenek pun menyesali perbuatannya dan memeluk Islam hingga akhir hayatnya.

Kezuhudan Nabi Muhammad saw Dari Kesenangan Duniawi

Menurut ceritera Umar bin Khattab, bahwa ketika ia mengunjungi Nabi Muhammad SAW dirumahnya ,maka ia melihat beliau sedang duduk diatas tikar yang kasar. Setelah Umar bin Khatab duduk,ia melihat Rasulullah saw sedang memakai sarung saja dan kelihatan bekas-bekas tikar dipunggung beliau dan dipojok rumah beliau hanya terdapat sekantong gandum serta sedikit air yang di simpan didalam sebuah Qirbah,sehingga Umar meneteskan air matanya. Melihat Umar bin Khatab meneteskan air matanya : Rasulullah SAW bertanya, ”Wahai Umar, mengapa engkau menangis ?” Kata Umar, ”Wahai Rasulullah bagaimana aku tidak menangis sedangkan aku lihat di punggungmu terlihat bekas -bekas tikar dan aku lihat pula engkau tidak mempunyai kekayaan apapun selain ini, sedangkan Kaisar Persia dan Romawi hidup dalam kemewahan dan kekayaan yang melimpah ruah, padahal engkau adalah Nabi yang amat di cintai oleh Allah? Rasulullah saw bersabda, ”Wahai Umar, apakah kamu tidak ridha jika kamu disediakan kesenangan diakhirat, sedangkan mereka disediakan kesenangan di dunia?

Perhubungan Dengan Tuhan

Pernah juga Hadhrat Aisyah rah, menceritakan ketika melihat begitu lamanya Rasulullah saw melaksanakan sholat hingga nampak pecahan pada telapak kaki Rasulullah saw. Beliau bertanya, “Ya Rasulullah, bukannya Tuhan telah menganugerahi engkau cinta dan kedekatan-Nya, mengapa engkau begitu membebani diri engkau dengan ibadah yang begitu keras hingga kaki engkau pecah?” Akan hal itu Rasulullah saw menjawab, “Jika Tuhan atas kasih sayangnya mengaruniaiku cinta dan kedekatan-Nya kepadaku, bukankah telah menjadi kewajiban pada giliranku senantiasa menyampaikan terimakasih kepada-Nya? Bersyukurlah hendaknya sebanyak bertambahnya karunia yang diterima.” (Kitab al Kusuf)

Rasulullah saw senantiasa melakukan sesuatu berdasarkan isyarat Allah Ta’ala. Ketika para sahabat berhijrah ke Abessinia beliau tidak ikut hijrah karena belum ada petunjuk Tuhan, padahal penindasan begitu dahsyat tetapi karena belum adanya petunjuk dari Allah maka beliau belum memulai hijrah.

Kebiasaan beliau yang lain adalah biasa meminta sahabat beliau yang suaranya bagus, ketika itu Abdullah bin Mas’ud. Satu waktu Rasulullah saw meminta Abdullah bin Mas’ud menilawatkan Al Qur’an surah An Nisa : 42
“Maka bagaimana peri keadaan mereka ketika kami akan mendatangkan seorang saksi dari setiap umat, dan kami akan mendatangkan engkau sebagai saksi terhadap mereka ini.” Setelah mendengar itu Rasulullah saw berseru, “Cukup!” Abdullah bin Masu’ud melihat kearah beliau dan melihat air mata mengalir dari mata Rasulullah saw. (Bukhari, Kitab Fada’il al Qur’an)

Rasulullah saw dan Kesabaran

Berbicara mengenai kesabaran, Rasulullah saw adalah seorang pribadi yang sangat sabar. Pernah satu peristiwa ketika beliau sedang berjalan melintasi pekuburan, dilihatnya sorang perempuan yang sedang menangis merangung-raung meratap di kuburan anaknya. Melihat hal tersebut Rasulullah menghampiri wanita tersebut kemudian menasehatkan agar dia sabar dan ikhlas menerima kemalangan itu. Lalu si wanita mengatakan bahwa, “Jika engkau merasakan bagaimana sedihnya ditinggal mati anak, maka engkau akan mengetahui betapa susah untuk bersabar dan ikhlas”. Akan hal tersebut sambil berlalu Rasulullah saw meyampaikan “aku telah kehilangan bukan seorang, tetapi ke-tujuh orang anakku telah tiada.

Kerendahan Diri Rasulullah saw di Hadapan Tuhan

Sikap kerendahan diri Rasulullah saw di hadapan Allah swt juga tercermin dalam hadits yang diriwayatkan oleh abu Hurairah. Dalam Bukhari kitab ar Riqaq mengkisahkan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda, “tidak ada manusia meraih keselamatan melalui amal salehnya sendiri. Atas keterangan itu abu Hurairah bertanya, “Ya Rasulullah saw, engkau pasti masuk surga dengan amal saleh angkau.” Rasulullah saw menjawab, “tidak, aku pun tidak dapat masuk surga dengan perantaraan amal baik dan ibadahku kecuali oleh kasih sayang Tuhan.”

Rasulullah dan Perlakuan Terhadap Wanita

Rasulullah saw sangat berhasrat memperbaiki keadaan wanita di tengah masyarakat, menjamin mereka mendapat kedudukan terhormat dan perlakuan wajar lagi pantas. Islam adalah agama pertama yang memberikan hak waris kepada wanita. Al Qur’an menjadikan anak perempuan dan laki-laki menjadi ahli waris kekayaan orangtua mereka. Demikian pula ibu menjadi ahli waris harta benda peninggalan anak laki-lakinya atau anak perempuan; dan seorang istri menjadi ahli waris harta benda suaminya. Jika seorang saudara laki-laki menjadi ahli waris harta benda saudaranya yang meninggal, maka saudara perempuan juga jadi ahli waris harta benda itu. Tidak ada agama sebelum Islam begitu jelas dan tegas dalam menjamin hak waris wanita dalam hal memiliki harta kekayaan. Dalam Islam seorang wanita menjadi pemilik mutlak harta bendanya sendiri dan suaminya tak dapat mempunyai hak sedikit pun mengendalikan harta-benda itu hanya semata alasan ia sebagai suaminya. Seorang wanita bebas sepenuhnya bertindak atas harta-bendanya menurut kehendaknya sendiri.

Rasulullah saw begitu berhati-hati mengenai perlakuan terhadap wanita sehingga para sahabat yang tidak terbiasa dengan perlakuan baik terhadap istri-istri mereka sering kesulitan menyesuaikan akhlak sepak terjang mereka seperti Rasulullah saw.

Beliau begitu berhati-hati dengan perasaan wanita-wanita sehingga sekali peristiwa beliau memimpin sholat dan mendengar seorang anak menangis, beliau menyelesaikan sholat secepat mungkin. Beliau menerangkan kemudian bahwa ketika beliau mendengarkan tangisan anak itu beliau membayangkan bahwa ibu anak itu tentu amat gelisah dan oleh karena itu beliau menyesaikan sholat itu dengan cepat sehingga ibu itu dapat pergi ke anaknya dan mengurusnya.

Kezuhudan Rasulullah saw kepada Budak Perempuan

Dan Rasulullah SAW tidak pernah mau mengecewakan orang lain, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari bahwa seorang wanita ( Barirah rah) seorang budak wanita miskin dari Afrika, ia mengundang Rasulullah saw karena diberi makanan oleh salah seorang sahabat makanan yang sangat enak, maka ia tidak berani memakannya karena sudah lama ingin mengundang Rasul saw tapi malu tidak punya apa-apa. Maka ketika datang makanan enak sebelum ia ingin mencicipinya, seumur hidup dia belum mencicipinya dia teringat kepada Rasulullah saw, aku ingin Rasul datang mumpung ada makanan yang enak padahal seumur hidup dia belum mencicipi makanan itu.

Barirah yang susah ini pun datang mengundang Rasul saw ke rumahnya, maka Rasul saw datang bersama para sahabat untuk menyenangkan Barirah ra seorang budak wanita yang miskin, Rasul saw tidak ingin mengecewakan orang lain maka datang Sang Nabi bersama para sahabat, para sahabat melihat makanan yang sangat enak dan mahal tidak mungkin Barirah membelinya sendiri, maka berkata para sahabat: “Yaa Rasulallah barangkali ini adalah makanan zakat, sedangkan engkau tidak boleh memakan zakat dan shadaqah , kalau bukan makanan zakat ya makanan shadaqah, tentunya kau tidak boleh memakannya”…

Berubahlah hati Barirah dalam kekecewaan, hancur hatinya dengan ucapan itu walau ucapan itu benar Rasul saw tidak boleh memakan shadaqah dan zakat, namun ia tidak teringat akan hal itu karena memang ia di sedekahi makanan ini, hancur perasaan Barirah RA dan bingung juga risau dan takut serta kecewa dan bingung karena sudah mengundang Rasul saw untuk makan makanan yang diharamkan pada Rasulullah saw.

Namun bagaimana manusia yang paling indah budi pekertinya dan bijaksana, maka Rasul saw berkata : “ Makanan ini betul shadaqah untuk Barirah dan sudah menjadi milik Barirah, Barirah menghadiahkan kepadaku maka aku boleh memakannya “, dan Rasul saw pun memakannya.

Demikianlah jiwa yang paling indah tidak ingin mengecewakan para fuqara’, itu makanan sedekah betul untuk Barirah tapi sudah menjadi milik Barirah dan Barirah tidak menyedekahkannya padaku ( Rasulullah saw ) tapi menghadiahkannya kepadaku demikian indahnya Muhammad saw.

Penjelasan Masih Mau’ud Tentang Kezuhudan


Sebagai penutup, saya ingin memperdengarkan kepada kita semua sebuah sabda Hadhrat Masih Mau’ud tetang kezuhudan. Beliau menjelaskan:
"Sebab taqwa yang sejati tidak akan tercapai tanpa rohul qudus. Ambillah jalan keridhaan Tuhan sampai meninggalkan kehendak-kehendak nafsu, yaitu jalan yang tidak ada yang lebih sempit dari itu. Janganlah kamu mabuk oleh kelezatan dunia, karena semuanya akan menjauhkan dari Tuhan. Terimalah penghidupan pahit karena Tuhan. Kesukaran yang karenanya Tuhan ridha, lebih baik dari pada kesenangan yang karenanya Tuhan murka. Kekalahan yang karenanya Tuhan suka itu lebih baik dari kemenangan yang menyebabkan kemurkaan Ilahi itu. Buanglah kecintaan yang mendekatkan kemarahan Tuhan itu. Kalau kamu datang kepada-Nya dengan hati bersih, niscaya ditiap jalan kamu akan ditong-Nya, dan tak seorang musuh pun yang dapat merusak kamu. Sekali-kali kamu tak akan dapat mencapai keridaan Tuhan sebelum kamu meninggalkan kemauanmu, kesenanganmu, kehormatanmu, harta bendamu, jiwamu, serta menanggung segala kepahitan di jalan-Nya, yang hampir-hampir menyerupai kematian. Akan tetapi kalau kepahitan itu kamu tanggung, maka laksana seorang kanak-kanak yang disayangi, kamu akan berada dalam pangkuan Tuhan. Dan kamu akan jadi waris orang-orang suci yang telah berlalu sebelum kamu. Segala pintu nikmat akan terbuka bagi kamu, tetapi amat sedikit yang demikian.
Semoga Allah Ta’ala memberikan karunia berupa kemampuan kepada kita untuk mencontoh tauladan kezuhudan dari Yang Mulia Rasulullah Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang dihidupkan kembali oleh Masih Muhammadin di akhir zaman ini. Aamiin…aamiin…ya rabbal ‘aalamiin

Referensi:
1. Al Qur’an dengan terjemahan dan tafsir singkat, Jemaat Ahmadiyah Indonesia
2. Pengantar untuk mempelajari Al Qur’an, m
3. Kitab Hadits Bukhari
4. Kitab Muslim
5. Kitab Hadits Tirmizi
6. 30 Kisah Teladan, KH Abdurrahman Arrisi
7. Al Wasiyat, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad
8. Mukasyafah al Qulub, Imam Al Ghazali, al Muqarrib ila Hadrah Allam al Ghuyub, fi Ilm at Tashawwuf”
9. Ihya’ Ulumiddin, Imam Ghazali
10. Ibnul Qayyim, Bab. Zuhud
11. Ibnu Taimiyah
12. https://albamalanjy.files.wordpress.com/2011/12/zuhud.pdf

Post a Comment

0 Comments