Jangan Salahkan Islam, Salahkanlah Muslim ekstremis

Sohail Husain MD

Jika kalian seperti kebanyakan orang, kalian tidak akan membenci keimanan seseorang secara inheren. Kita tahu bahwa agama itu bersifat personal. Tetapi, kita juga tidak bisa menghindari berbagai headline berita sekarang yang menayangkan serangkaian kejadian yang melibatkan pelaku yang sama.

Pertama, kebebasan sipil nampaknya sedang dipertaruhkan. Dua Muslim militan yang memiliki keterkaitan dengan Al-Qaida menembaki penghuni di kantor majalah satir Charlie Hebdo di Perancis, sebagai bentuk balasan atas penerbitan kartun yang melecehkan Nabi Muhammad saw. Sementara itu, di Arab Saudi, seorang blogger menghadapi hukuman berat dengan seribu cambukan atas tuduhan samar menghina Islam. Begitu juga boneka salju pun nampak tidak aman, seorang ulama Saudi mengeluarkan fatwa bahwa membuat karakter boneka salju sekarang dilarang.

Di Suriah dan Irak, Isis terus gembar-gembor dengan teror mereka terhadap agama dan etnis minoritas melalui pemenggalan dan pembunuhan berdarah dingin. Mereka tunduk kepada seorang yang mereka sebut sebagai Khalifah, sebuah sebutan yang diberikan kepada pimpinan spiritual setelah berlalunya Nabi Muhammad saw 1400 tahun yang lalu.

Kedua, terdapat serangan gencar terhadap anak-anak dan hak mereka terhadap pendidikan. Taliban Pakistan menyerang sebuah sekolah di jam sekolah di Pakistan Utara saat siang hari dan membunuh 141 orang, kebanyakan korban adalah anak-anak. Di Nigeria, Boko Haram, yang secara harfiah berarti "pendidikan barat dilarang', menculik para anak siswi, menyerang beberapa desa, meledakkan masjid yang dimiliki musuh mereka, dan mereka mengusung Khalifah sendiri, yang memimpin mereka dengan versi 'brutal' pemerintahan Syariah.

Kesamaan umum dari setiap tindakan kekerasan itu adalah semuanya dilakukan oleh Muslim ekstremis dan mengatasnamakan Islam.

islam damai peace

Kemudian, salahkah jika ada kesimpulan bahwa terdapat sesuatu yang tidak beres dengan agama Islam?

Nah, saya ingin menyampaikan disini, kalian tentunya dapat menyalahkan kelompok-kelompok Islam yang menyimpang tersebut, tetapi menyalahkan Islam adalah hal yang keliru.

Mengapa?

Kitab Suci Al-Qur'an telah mengajarkan bahwa "Tidak ada paksaan dalam agama. Sesungguhnya jalan benar itu nyata bedanya dari kesesatan (2:256). Mengenai hubungan yang adil Al-Qur'an telah memerintahkan kepada umat Islam untuk menerapkan keadilan; "janganlah kebencian sesuatu kaum mendorong kamu bertindak tidak adil. Berlakulah adil; itu lebih dekat kepada takwa. (5:8)

Begitupun studi terhadap sisi-sisi kehidupan Nabi Muhammad saw- yang sangat sedikit para penentang lakukan - mengungkapkan bahwa setelah menyatakan kenabiannya Nabi Muhammad saw mengalami banyak penganiayaan pahit dari penduduk kota Mekkah selama 13 tahun, tetapi dihadapi oleh beliau dengan kesabaran tinggi. Setelah hijrah ke Madinahpun beliau diserang oleh tentara Mekkah. Puncaknya, Al-Qur'an akhirnya menyebutkan bahwa Allah mengizinkan umat Islam untuk melawan, tidak saja untuk membela diri tetapi juga untuk menegakkan kebebasan beragama bagi semua agama; mereka diperintahkan untuk melindungi 'biara, gereja, sinagog, dan masjid, dimana didalamnya nama Allah banyak disebut (22:40-41). Jadi ini sama sekali berbeda dari apa yang tertulis di buku panduan atau silabus di madrasah-madrasah kelompok ekstremis.

3 Cara pencegahan

Maka sebagaimana kita mencari cara untuk membasmi ekstremisme dalam Islam, berikut adalah tiga langkah penting yang sering kita lewatkan:

  1. Jangan dukung ekstremisme. Kedengarannya sederhana, tetapi kita benar-benar perlu untuk menghentikan dukungan terhadap ekstremisme, terlepas dari hasil jangka pendek yang didapatkan. Di era 80-an, pemerintah Amerika Serikat memelihara kelompok ekstremis Mujahidin Afganistan sampai memuji mereka sebagai "Freedom Fighters," karena mereka menentang saingannya, Soviet. Hari ini, mereka telah menjelma menjadi Taliban. Jadi Untuk menghindari kerugian jangka panjang, jalan yang terbaik adalah menolak tegas ekstremisme.

  2. Dukunglah yang moderat. Mereka mewakili mayoritas umat Islam yang baik di dunia. Saya misalnya, yang berasal dari Jamaah Muslim Ahmadiyah, pemimpin kami, khalifah Mirza Masroor selalu berpesan tentang perdamaian, yang mana baru-baru ini beliau telah berkeliling dunia termasuk ke Capitol Hill. Beliau percaya pada pemisahan antara negara dan agama dan berada di garis depan dalam mengutuk ekstremisme. Di bawah arahannya, Jamaah saya di Amerika telah meluncurkan sebuah kampanye nasional "Stop CrISIS," yang menyampaikan ceramah-ceramah di kampus-kampus, dengan tujuan untuk memberikan pemahaman tentang prinsip-prinsip Islam yang sebenarnya. Suara Muslim moderat dan pemimpin mereka perlu untuk dibawa ke permukaan. 

  3. Berhenti menyalahkan Nabi Muhammad. Umat Islam menghormati Nabi Muhammad saw melebihi orang lain dan tidak akan membiarkan orang lain mengejek sosok yang mereka cintai tersebut. Setelah peristiwa Charlie Hebdo, beberapa pemimpin muslim, termasuk saya sendiri, sangat mengecam insiden ini sebagai penghinaan terhadap masyarakat dan melawan Islam. Kami menulis secara panjang lebar terhadap kekejaman tersebut dan telah dimuat di media. Terdapat juga tanggapan-tanggapan dari beberapa kalangan lainnya, tetapi sayangnya banyak komentar yang tidak masuk akal. Hal itu meningkatkan jumlah penerbitan Charlie Hebdo yang semakin banyak menerbitkan karikatur yang menghina Nabi. Charlie Hebdo, sebuah majalah yang oleh banyak perkiraan berada di ambang kebangkrutan, dengan sirkulasi sekitar 60.000, kemudian dalam dua minggu mendapat pesanan yang meningkat menjadi lebih dari 6 juta. Pesanan pertama perusahaan yang hampir bangkrut itu bisa diprediksi: mencetak ulang karikatur Nabi Muhammad saw. Lebih dari seratus tahun yang lalu, sebagai tanggapan atas serangan serupa terhadap Nabi Muhammad saw pendiri Jamaah Muslim Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad, yang tinggal di India selama pemerintahan Inggris, memohon pemerintah India untuk melakukan moratorium selama beberapa tahun terhadap pernyataan-pernyataan menghina tokoh-tokoh suci agama manapun. Beliau menyarankan kelompok agama harus didorong untuk menjadi tuan rumah dialog antar agama dengan tujuan supaya saling memahami kebajikan masing-masing pendiri agama. Kebijakan ini akan mendorong toleransi dan kerukunan; jadi kalian bisa melakukan debat agama, tetapi jangan ada penghinaan. Saya percaya kita masih memiliki kesempatan. Dan saya menghargai pemimpin seperti Paus Francis yang memberikan pernyataan ketika ditanya tentang peristiwa Charlie Hebdo bahwa kebebasan berpendapat "tidak bisa untuk membuat provokasi,' terutama terhadap agama orang lain. 

Jadi jika kita menyalahkan Islam atau Nabi Muhammad atas masalah yang ditimbulkan oleh beberapa muslim ekstremis pada saat ini maka hal itu akan berarti juga kita harus menyalahkan Kristen atau Yesus untuk inkuisisi Spanyolnya, penyiksaan sistematis yang dilakukan selama berabad-abad, pengusiran dan pemaksaan agama (yang sebagian besar terjadi terhadap Muslim dari Spanyol Selatan). Atau kita harus meminta Kristen bertanggung jawab atas perbudakan terhadap jutaan orang Afrika oleh para majikan Kristen, yang membenarkan tindakan mereka karena menggunakan ayat-ayat Alkitab. Penyalahgunaan agama memiliki sejarah panjang dan luas bahkan diluar Kristen ataupun Islam.

Keimanan adalah hal yang bersifat pribadi. Tujuan utama agama adalah untuk meningkatkan akhlak seseorang. Jadi keliru sekali menyematkan nama buruk terhadap agama lain. Kita memiliki hak untuk menyalahkan Muslim ekstremis, tetapi benar-benar tidak adil jika menyerang Islam atau nabi Muhammad saw.

*Dr Sohail Husain, seorang dokter anak, adalah mantan ketua Khuddam Ahmadiyah Connecticut.

Sumber: http://www.themuslimtimes.org/2015/02/the-muslim-times/forum-blame-misguided-muslim-extremists-not-islam
Terjemah: Jusman


Post a Comment

0 Comments