Tanda Akhir Zaman Bermunculan, Saatnya Mencari Sosok Isa Ibnu Maryam dan Imam Mahdi



Oleh: Ruskandi Anggawiria

"Dunia terbalik" sebagaimana kita jumpai di judul sinetron, faktanya banyak kesesuaiannya dengan kehidupan nyata. Konotasi istilah itu juga berkait erat dengan gaya hidup masyarakat masa kini, ada anak yang tega menganiaya orangtuanya sendiri, dan bahkan hingga membunuhnya. Lalu ada pula orangtua tega memperkosa anak kandung, istri membunuh suami atau sebaliknya, itulah gambaran situasi dunia yang semakin keluar dari jalur normal.

Keyakinan kita tentang rumitnya logika yang terbalik-balik, semakin kuat dengan kerumitan menjadi-jadi dalam hubungan internasional antar negara dan lembaga-lembaga dunia. Alih-alih mengemban misi bersama, sejatinya mereka lebih menyerupai monster yang siap melahap negara lain, ketimbang saling bahu membahu membenahi dunia ini.

Amerika menyerang China secara ekonomi dan politik, belum puas dengan itu diserangnya pula Rusia, Korea, Timur Tengah dan bahkan lembaga-lembaga PBB. Dan tentu saja pihak yang menjadi target serangan pun tak mau tinggal diam. Singkatnya, konflik demi konflik itu silih berganti dan sulit disudahi. Kalaupun ada konflik yang reda, selalu saja muncul konflik baru sebagai penggantinya. Seakan-akan konflik demi konflik itu secara auto muncul dengan sendirinya.

Di setiap internal negara masing-masing, termasuk Indonesia juga tak lepas dari konflik nasional. Pertentangan ideologi nasionalis dengan kaum agamis, semakin lama semakin tajam. Daya ikat Pancasila misalnya, kini diperdebatkan semakin tajam, ada pihak yang pada awalnya terkesan membentengi diri dari ideologi Pancasila, tiba-tiba mengekspresikan dirinya sebagai pembela Pancasila, meskipun dibarengi dengan memanipulasi fakta, seakan-akan ada siluman komunis di balik pihak lain yang dimusuhinya.

Situasi yang digambarkan sebagai dunia terbalik, sebenarnya bukan hanya terjadi di kehidupan sosial politik, karena hampir di semua segi kehidupan, hal-hal yang menjauhkan kita dengan logika semakin sering dan semakin mudah dijumpai. Hukum dan kaidah yang memiliki legalitas tinggi sekalipun, banyak dimanipulasi demi keuntungan pihak tertentu. Singkatnya, dunia sedang menuju kondisi anomali, dan menuntut uluran tangan Tuhan untuk mengembalikannya ke jalur yang semestinya.

Lalu bagaimanakah cara Tuhan mengulurkan tangan demi keselamatan dunia ini? Kasus pandemi Covid 19 misalnya, inikah cara Tuhan memberi sentilan kepada manusia? Kita tentu ragu ini sebagai jalan yang ditempuh Tuhan, tidak...hantaman pandemi bukanlah yang disukai oleh Tuhan, karena kasus demi kasus lebih terasa sebagai buah dari ulah manusia sendiri, yakni kelalaian mereka mengantisipasi penyebarannya, dan lalai menjalankan setiap rekomendasi protokol kesehatan.

Lalu adakah cara yang lebih logis sebagai cara Tuhan mengembalikan dunia ke arah lebih baik? Inilah yang perlu kita cermati dan resapi, dan kita yakin cara Tuhan selalu mengikuti sunah-Nya. Sunatullah itulah yang selalu berlaku di setiap zaman dan setiap generasi. Sebagaimana Tuhan menurunkan utusanNya pada setiap suku dan bangsa, maka seharusnya demikian pula yang Dia lakukan pada zaman ini.

Keyakinan terhadap turunnya keterlibatan Tuhan untuk menyelematkan dunia melalui tangan seseorang, tak lepas pula dari keinginan banyak kelompok agamawan. Perlu bukti otentik? Lihatlah proyeksi yang telah lama dipercaya oleh setiap agama : Bagi agama Hindu, mereka percaya di akhir zaman akan turun Kreshna sebagai juru selamat, dan hal ini dimuat dengan jelas di kitab suci mereka.

Penganut Budha pun tak kalah visioner, mereka sedang menantikan kedatangan kembali seorang Sidharta Gautama, kalau di Tibet percaya bakal turunnya titisan guru spiritual mereka Dalai Lama pada setiap generasi, maka demikian pula dengan bakal turunnya kembali Sidharta Gautama di akhir zaman.

Yang menakjubkan adalah kesamaan sosok yang ditunggu-tunggu di akhir zaman oleh tiga agama besar : Yahudi, Kristen dan Islam. Ketiganya menunggu sosok yang sama yakni Isa atau Yesus. Mereka percaya Isa Almasih akan datang untuk kedua kali dan menjadi juru selamat mereka. Meskipun persepsinya berbeda satu sama lain, minimal satu sosok yang sama yang ditunggu itu, menjadi simpul pemersatu bagi ketiga penganut agama.

Lebih menarik lagi adalah keyakinan umat Islam yang tak hanya menunggu kedatangan Isa di akhir zaman, melainkan juga menanti-nanti kedatangan Imam Mahdi yang akan menghancurkan dajjal dan membagi-bagi harta kekayaan. Mencermati paham yang tampak terjadi dualisme, di satu saat mereka menunggu Isa almasih, dan di saat yang sama juga ada wujud lain yang dinantikan kedatangannya, yakni Imam Mahdi.

Boleh jadi dua keyakinan ini menjadi penyebab samarnya penantian kita, yang secara tak sadar menghadirkan keraguan, benarkah selain Isa almasih, akan muncul juga Imam Mahdi? Seakan-akan kita menyepelekan kehendak Tuhan yang Maha Mengetahui. Karena jika sedikit saja kita menaruh keyakinan, jika Tuhan berkehendak, tak ada yang mustahil seandainya Isa yang dijanjikan itu hadir dalam wujud yang sama dengan Imam Mahdi.

Kalau Tuhan sudah memberi ketetapan demikian, kenapa tidak? Di zaman baheula juga sering kita jumpai wujud-wujud suci hadir dengan panggilan yang lebih dari satu, meskipun tak jarang pula hadir utusan-Nya lebih dari seorang di waktu bersamaan.

Potongan artikel di atas lengkapnya bisa dilihat di : Pustaka Masroor, yang menjelaskan keberadaan hadits rasulullah SAW tentang almaih dan Imam Mahdi.

Menurut hadits tersebut, ada dua kelompok dari umat Rasulullah yang dijaga Allah dari siksa api neraka, yakni kelompok yang menyebarkan Islam ke daratan India dan yang bersama Isa ibnu Maryam di akhir zaman. Tentu saja hadits ini akan membangkitkan pro kontra, namun sejauh kita masih bisa berpikir secara dingin, rasanya patut untuk kita selami sembari memohon petunjuk-Nya.

Post a Comment

0 Comments