LAPAR, DIET, DAN PUASA



Oleh: Mln. Yusuf Awwab (Kudus, Jawa Tengah)

وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ وَلَا تُسْرِفُوٓا۟ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلْمُسْرِفِينَ

Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (7:31)

Dewasa ini mengurangi makan dan minum sudah menjadi gaya hidup. Berapa banyak orang yang rela menahan diri untuk tidak mengkonsumsi jenis makananan dan minumuman tertentu. Ada yang tidak menyentuh makanan berlemak, atau berkarbohidrat.

Ada juga yang mengharamkan semua jenis makanan kecuali sayur dan buah. Pola diet bagi masyarakat modern sudah membudaya. Dan, budaya ini berkembang begitu cepat yang kemudian membentuk semacam tatanan baru dalam masyarakat dunia.

Apakah diet ini salah, tidak! Hanya jika kita kaitkan dengan ayat di atas maka diet yang dianjurkan Allah Ta’ala bukanlah membatasi semua jenis makanan atau mengharamkan makanan yang berlemak dan berkarbohidrat karena semua jenis makanan tersebut diciptakan Allah Ta’ala untuk dimanfaatkan.

Hal yang harus diperbaiki adalah polanya. Ayat di atas berbunyi “..وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ وَلَا تُسْرِفُوٓا..” maksudnya bahwa makanlah semua jenis makanan baik yang berlemak maupun yang berkarbohidrat begitupun minumlah semua jenis minuman namun jangan sampai berlebihan karena akan berdampak bagi kesehatan.

Allah tidak membatasi manusia untuk mengkonsumsi berbagai jenis makanan namun ada beberapa makanan yang memang tidak boleh dikonsumi karena berakibat buruk bagi dirinya. Contohnya adalah babi, mengapa babi ini haram. Babi adalah salah satu binatang pengerat yang senang mengkonsumsi kotoran sendiri. Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as menyatakan, “binatang ini paling hebat dalam makan kotoran”.

Babi merupakan inang dari banyak macam parasit dan penyakit berbahaya, ada empat cacing pita yang sangat berbahaya dalam tubuhnya. Menurut Prof. A.V. Nalbandov (Penulis buku : Adap-tif Physiology on Mammals and Birds) menyebutkan bahwa kantung urine (vesica urinaria) babi sering bocor, sehingga urine babi merembes ke dalam daging. Akibatnya, daging babi tercemar kotoran yang mestinya dibuang bersama urine.

Hal ini menyebabkan kekenyalan pada tubuh dan lemak babi, namun meski terlihat empuk dan kenyal sebenarnya daging babi sulit dicernah usus manusia. Hadhrat  Mirza Ghulam Ahmad as menyatakan, “Tuhan sejak awal telah mengisyaratkan keharaman itu di dalam namanya sendiri. Sebab kata Khinzir (babi) dalam bahasa Arab adalah perpaduan dari kata-kata khinz dan ar, yang artinya saya lihat ia sangat rusak dan buruk… pendeknya nama binatang yang diberikan Tuhan sejak awal tersebut memang buruk."

Kembali lagi bahwa Allah tidak membatasi semua jenis makanan selama makanan tersebut halal. Hanya saja Allah menekankan agar لَا تُسْرِفُوٓا janganlah berlebih-lebihan. Sebab, tidak semua makanan halal itu thoyyib (bersih).

Ketika makanan tersebut diperoleh dengan cara tidak benar maka makanan tersebut tidak thoyyib; atau ketika disebabkan penyakit tertentu, seseorang tidak boleh memakan daging kambing, maka meski diperoleh dengan cara benar, namun demi kesehatan, daging kambing tersebut pun tidak thoyyib baginya. Oleh karenanya Allah berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ كُلُوا۟ مِمَّا فِى ٱلْأَرْضِ حَلَٰلًا طَيِّبًا

Hai sekalian manusia, makanlah yang halal dam thoyyib (bersih) dari apa yang terdapat di bumi. (2:168)

Hadhrat  Mirza Ghulam Ahmad as menjelaskan:

“Menurut hukum alam daging binatang yang kotor dan buruk akan berpengaruh buruk bagi tubuh dan ruh. Sebab, telah kami buktikan bahwa makanan pun sangat berpengaruh pada ruh manusia,”

Makanan yang buruk akan menarik manusia kepada sifat buruk tersebut. Beliau juga lebih jauh menjelaskan bahwa itulah sebabnya di dalam syariat Islam memakan bangkai juga dilarang, karena bangkai pun menarik pemakannya ke dalam sifat bangkai, dan menimbulkan mudarat pula kepada kesehatan jasmani.

Pendek kata, Allah ingin menarik manusia kepada maqam/derajat kerohanian. Sebuah maqam yang hanya bisa diraih jika manusia mampu mengendalikan hawa nafsunya. Salah satu nafsu yang harus dikendalikan adalah hasrat makan dan minum yang berlebihan.

Ingat! Di sini adalah mengendalikan semua jenis makanan dan minuman, bukan melarang sebuah makanan dan minuman.

Cara terbaik dalam melaksanakan hal tersebut adalah puasa. Puasa bukan hanya sebuah pola diet yang baik namun sebagai sarana untuk memperbaiki diri dan rohani. Ada dua keuntungan dan kelezatan yang bisa diraih seseorang dalam berpuasa.

Pertama, secara duniawi, banyak sekali pakar diet dunia yang mengakui bahwa diet terbaik adalah puasa. Oleh karenanya, mereka sering menganjurkan berpuasa bagi yang ingin diet. Kedua, secara ruhani (dengan niat ibadah kepada Allah Taala), Hadhrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, Khalifatul Masih II, menjelaskan, “Laparnya orang berpuasa merupakan tanda dan lambang bahwa dia siap untuk meninggalkan segala haknya demi Tuhan. Makan minum adalah hak seseorang. Hubungan suami istri adalah haknya juga. Oleh karena itu, barangsiapa meninggalkan hal-hal tersebut, maka ia memberitahukan bahwa saya siap untuk meninggalkan hak saya demi Allah Taala.”

Ada banyak jenis puasa di luar puasa Ramadhan, namun yang paling ideal adalah puasa senin-kamis atau puasa nabi daud. Dan, jangan lupa ketika berbuka puasa ingat selalu firman Allah لَا تُسْرِفُوٓا jangan berlebih-lebihan. 

Post a Comment

2 Comments