ZHAN VS HAQ: Perspektif Alquran, Hadis dan Hadhrat Masih Mau’ud as



Oleh: Mln. Khaeruddin Atmaja

Abstraksi 

Alquran sebagai landasan dan rujukan bahkan tuntunan yang hidup senantiasa sesuai dengan perubahan zaman. Hal itu dibuktikan dengan adanya setiap muslih rabbani yang diutus oleh Sang Empunya Ucapan/Firman yakni wahyu Alquran. Dengan kata lain, yang lebih paham segala isi dari Al-Fatihah hingga An-Naas adalah hanya DIA yang Maha Agung dan Bijaksana.

Dengan segala keagungannya kebijaksanaannya disertai Sifat Rahman dan Rahim-Nya, Allah Taala menunjukan dan menampakan kepada setiap hambanya untuk mengatakan bahwa “ AKU INI ADA”. 

Dengan eksistensi Allah Taala itu maka setiap utusan yang diturunkan oleh Allah Yang Maha Segalanya ini, diberi amanah yakni sebagai petunjuk dan suri teladan bagi yang dibimbingnya, yakni agar bisa merasakan eksistensi dari Allah Ta’ala. Salah satu buktinya adalah pengabulan doa. Berdoalah kepadaku, Pasti aku Kabulkan (Albaqarah :186). 

Dengan kepemilikan-Nya dari alam semesta ini, Sang Khaliqul Kul, memberi amanah, wejangan, arahan, petunjuk dan rambu-rambu yang harus dipatuhi dan harus dijalankan oleh Makhluk-Nya. Sebagai bentuk amalan bagi setiap Makhluk-Nya kepada Sang Khaliq. Contohnya adalah tentang menyikapi Zhan dan Haq.

Zhan
Perspektif Alquran

Allah Taala Berfirman :

   اِنَّ الظَّنَّ لَا یُغۡنِیۡ مِنَ الۡحَقِّ شَیۡئًا ؕ اِنَّ اللّٰہَ  عَلِیۡمٌۢ  بِمَا یَفۡعَلُوۡنَ 

Sesungguhnya dugaan (Zhan) itu tidak berguna terhadap kebenaran (Haq) sedikit pun. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (Yunus: 36)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ  

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa. (Al-Hujurat:12)

وَ اِنۡ تُطِعۡ  اَکۡثَرَ مَنۡ  فِی الۡاَرۡضِ یُضِلُّوۡکَ عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ ؕ اِنۡ یَّتَّبِعُوۡنَ اِلَّا الظَّنَّ  وَ اِنۡ  ہُمۡ  اِلَّا یَخۡرُصُوۡنَ 

Dan jika engkau mengikuti kebanyakan orang di bumi, mereka akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Yang mereka ikuti tidak lain hanyalah prasangka, dan mereka tidak lain hanya berbohong. (Al-An'am:116)

Perspektif Hadis 

Nabi Muhammad Saw bersabda:

إِيَّا كُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ

Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. 

 وَلاَ تَحَسَّسُوا 

Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain.

وَلاَ تَجَسَّسُوا 

Jangan saling memata-matai

وَلاَ تَحَاسَدُوا 

Jangan saling mendengki

وَلاَتَدَابَرُوا 

Jangan saling membelakangi

وَلاَتَبَاغَضُوا

Jangan saling membenci

وَكُوْنُواعِبَادَاللَّهِ إحْوَانًا

Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara 
(Al-Bukhari hadits no. 6064 dan Muslim hadits no. 2563)

 أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي ، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ، ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي ، وَإِنْ ذَكَرنِي فِي مَلَأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ )

Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu. (HR. Bukhari, no. 6970 dan Muslim, no. 2675)

إياكم والظنَّ، فإنَّ الظنَّ أكذب الحديث

Jauhilah prasangka, karena prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta. (HR. Bukhari no.5143, Muslim no. 2563).

Persperktif Hadhrat Masih Mauud as.

Mengingat ayat-ayat dan sabda Nabi Muhammad Saw tersebut, ada seorang Pembaharu di abad ini yang mengaku dan mengikrarkan diri sebagai Imam Mahdi, yakni Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad As.
Bagi para Ahmadi (baca: orang-orang Ahmadiyah), beliau ini adalah tokoh sentral bagi kerohaniannya setelah Nabi Muhammad saw. Bagi para Ahmadi Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. Adalah seseorang yang diutus dan mendapat perintah dari Tuhan Yang Maha Kuasa untuk menjadi mazhar kebenaran Islam di Abad ini.

Dan, mengapa para Ahmadi ini gigih mengikuti petuah dari Pendiri Ahmadiyah ini? Ada satu jawaban yang menarik, yakni karena Mirza Ghulam Ahmad mendapat perintah untuk mendakwakan diri sebagai yang diutus oleh Allah Taala sebagai Imam Mahdi dan Isa as yang DIJANJIKAN, pendakwaan beliau ini ditopang oleh Allah Taala sendiri.

Dengan bukti bahwa beliau adalah pahlawan Islam di Hindustan dan diakui oleh pihak lawan maupun kawan. Dengan buku beliau yang berjudul Barahin Ahmadiyah. Selain itu, peri kehidupan beliaupun menjadi saksi bagi orang-orang yang mengenalnya, baik sebagai kawan maupun lawannya dalam perjuangan memenangkan Islam di atas segala agama-agama lainnya.

Sebab, di masa beliau, Islam tak lebih dari sekedar bahan ejekan oleh pemuka agama lainnya maka dengan kemunculan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as ini, mampu menjawab dan membela Islam dan Keluhuran Nabi MuhammadSAw dari segala tuduhan yang tak bermartabat dari lawan-lawan Islam. 

Petuah dan Nasihat dari Pendiri Ahmadiyah tentang Zhan dan Haq patut dijadikan rujukan sebagaimana dalam beberapa sabdanya dalam Malfuzhat :  

Zhan adalah Penyakit dan Petaka Buruk dan suatu Neraka

Prasangka buruk adalah suatu penyakit dan suatu petaka buruk yang membutakan manusia lalu menjatuhkannya ke sebuah sumur gelap kebinasaan. Prasangka buruk juga yang telah  membuat seorang manusia tak bernyawa disembah-sembah.

Prasangka buruk jugalah yang telah  membuat manusia beranggapan bahwa Allah Ta‟ala sudah tidak memiliki sifat-sifat Pencipta, Penyayang, Pemberi rezeki dan sebagainya, sehingga – na'udzubillaah – mereka menganggap Allah Ta'ala itu sebagai sebuah barang yang tidak berfungsi dan tidak berguna lagi. 

Ringkasnya, akibat prasangka buruk itu bukannya satu bagian besar neraka melainkan, tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa seluruh bagian neraka akan bergolak menyala karenanya. Orang-orang yang berprasangka buruk terhadap para rasul Allah, mereka memandang hina anugerah-anugerah Allah Ta'ala serta karunia-Nya. (Malfuzat, jld. I, hlm. 100-101, terj.Mukhlis Ilyas).

Zhan membinasakan Iman dan Menghancurkan Manusia berakhir Neraka

Aku katakan, sebenarnya, prasangka buruk adalah petaka sangat buruk yang membinasakan iman manusia, dan yang melemparkan manusia jauh dari kejujuran serta kebenaran, dan yang  mengubah kawan-kawan menjadi musuh. Untuk mencapai kesempurnaan para shiddiq, mutlak  agar manusia benar-benar menghindarkan diri dari prangsangka buruk.

Dan, jika mengenai  seseorang timbul prasangka buruk, maka banyak-banyaklah beristighfar, dan banyaklah berdoa  kepada Allah Ta‟ala, supaya kalian terhindar dari dosa itu serta dari dampak buruknya, yaitu  [dampak buruk] yang mengikuti prangsangka buruk tersebut dari belakang. Jangan pernah  menganggapnya sebagai hal biasa, Ini adalah penyakit sangat berbahaya yang darinya manusia  sangat cepat binasa.

Jadi, prangsangka buruk menghancurkan manusia, sampai-sampai ada tertulis, ketika  orang-orang neraka akan dimasukkan ke dalam api neraka, Allah Ta‟ala akan berfirman kepada  mereka bahwa mereka telah berprasangka buruk terhadap Allah Ta‟ala.

Sebagian ada yang beranggapan bahwa Allah Ta‟ala akan mengampuni orang-orang yang berbuat kesalahan, sedangkan orang-orang yang berbuat baik akan diberi azab. Pemikiran seperti itu juga merupakan prasangka buruk terhadap Allah Ta‟ala, sebabnya benar-benar bertentangan dengan sifat Adil-Nya, seakan-akan kebaikan serta akibat-akibatnya yang telah Dia tetapkan  dalam Al-Quran Syarif sungguh dibuat sia-sia dan dianggap tidak bermakna.

Jadi, ingatlah baik-baik, dampak akhir prasangka buruk adalah neraka. Jangan menganggapnya sebagai penyakit biasa. Dari prasangka buruk itu timbul keputus-asaan, dari  keputus-asaan timbul kejahatan-kejahatan, dan dari kejahatan-kejahatan itu yang diperoleh  adalah neraka.

Prasangka buruk adalah sesuatu yang memotong akar kebenaran, Oleh karena  itu kalian harus menghindarkan diri darinya, dan banyaklah berdoa untuk meraih kemampuan- kemampuan sebagai orang shiddiq. (Malfuzat, jld. I, hlm. 371-372, terj.Mukhlid Ilyas).

Zhan adalah Pemotong akar Haq, Jadilah Siddiq

Untuk mencapai kesempurnaan para shiddiq adalah mutlak agar manusia benar-benar  menghindarkan diri dari prasangka buruk. Dan, jika mengenai seseorang timbul prasangka buruk maka hendaknya istighfar banyak-banyak.

Dan, banyaklah berdoa kepada Allah Ta'ala, supaya  kalian terhindar dari dosa itu serta dari dampak buruknya, yaitu [dampak buruk] yang mengikuti prasangka buruk tersebut dari belakang. Jangan pernah menganggapnya sebagai hal biasa. Ini adalah penyakit sangat berbahaya yang darinya manusia sangat cepat binasa.

Prasangka buruk adalah sesuatu yang memotong akar kebenaran. Oleh karena itu, kalian  harus menghindarkan diri darinya, dan banyaknya berdoa untuk meraih kemampuan- kemampuan sebagai orang shiddiq (benar/jujur)” (Malfuzat, jld, I, hlm. 373-374,terj.Mukhlis Ilyas).

Dengan beberapa sabda tersebut, beliau as juda memberikan resep khusus bagi setiap hambanya, yakni doa. Beliau as bersabda:
Jika tidak ada doa maka manusia tidak dapat mencapai tahap haqqul yaqin dalam mengenali Allah.  Melalui doalah ilham diperoleh. Melalui doa kita berkata-kata dengan Allah Ta‟ala. Tatkala  manusia manusia terus-menerus memanjatkan doa dengan  ikhlas, dengan Tauhid, dengan  kecintaan, kesungguhan, dan kesucian, lalu mencapai kondisi fana maka barulah Tuhan Yang  Hidup itu zahir baginya, yaitu Tuhan yang terselubung bagi orang-orang lain” (Malfuzat,jld. I, hlm. 291 terj.Mukhlis Ilyas)

Al-Haq

Bertuturkata, berucap dan bergaul itu jangan didasari Zhan/ Sangkaan apalagi ghibah, namun tanyakan jika belum jelas dan cek ricek. Walaupun akibatnya bisa serasa "pahit". Karena Nabi SAW bersabda : 

قُلِ الْحَقَّ وَإِنْ كَانَ مُرًّا

Katakan  yang Haq, sekalipun itu pahit
(Imam Baihaqi dalam “Syu’abul Iman” (no. 4737) dari jalan Abdul Malik Ibnu Juraij dari ‘Athoo’ dari ‘Ubaid bin Umair Al-Laitsi dari Abu dzar Rodhiyallahu anhu)

Dalam proses cek ricek ini istilah agama disebut dengan tabayyun. Ada ungkapan sangat menarik dari  Imam Asy-Syafi’i rahimahullah menjelaskan hal ini dalam sya’ir beliau:

تعمدني بنصحك في انفرادي** وجنبْني النصيحة في الجماعهْ

فإن النصح بين الناس نوع** من التوبيخ لا أرضى استماعهْ

وإن خالفتني وعصيت قولي** فلا تجزعْ إذا لم تُعْطَ طاعهْ
Yakni: 

Beri aku nasihat ketika aku sendiri, jauhilah menasihatiku di tengah-tengah keramaian.

Karena sesungguhnya nasihat di tengah-tengah manusia itu termasuk sesuatu pelecehan yang aku tidak suka mendengarkannya

Jika engkau menyelisihi (tidak setuju denganku) dan menolak ucapanku maka janganlah engkau marah jika kata-katamu tidak aku turuti (Diwan Asy Syafi’i, hal. 56 oleh Muhammad Ibrahim Salim) ini sesuai dengan  hadits,

ﺍﻟﺪِّﻳﻦُ ﺍﻟﻨَّﺼِﻴﺤَﺔُ

Agama adalah nasihat (HR. Muslim).

Di mana Ibnul Atsir menjelaskan: 

ﻧَﺼﻴﺤﺔ ﻋﺎﻣّﺔ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ : ﺇﺭﺷﺎﺩُﻫﻢ ﺇﻟﻰ ﻣﺼﺎﻟِﺤِﻬﻢ

Nasihat bagi kaum muslimin yaitu memberikan petunjuk untuk kemashalatan mereka (An-Nihayah 5/142)

Juga sebuah hadis lainnya yang senada : 

الْمُؤْمِنُ يَطْلُبُ مَعَاذِيرَ إِخْوَانِهِ ، وَالْمُنَافِقُ يَطْلُبُ عَثَرَاتِ إِخْوَانِهِ

Seorang mu’min itu mencari udzur (alasan-alasan baik) terhadap saudaranya. Sedangkan seorang munafik itu mencari-cari kesalahan saudaranya. (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman no.10437).

Waspada 

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إِنَّ الشَّيْطَانَ قد أَيِسَ أَنْ يَعْبُدَهُ الْمُصَلُّونَ في جَزِيرَةِ الْعَرَبِ، وَلَكِنْ في التَّحْرِيشِ بَيْنَهُمْ

Sesungguhnya setan telah putus asa membuat orang-orang yang shalat menyembahnya di Jazirah Arab. Namun setan masih bisa melakukan tahrisy di antara mereka. (HR. Muslim no. 2812).

Ibnu Atsir rahimahullah mengatakan:

التحريش : الإغراء بين الناس بعضهم ببعض

Tahrisy adalah memancing pertengkaran antara orang-orang satu sama lain. (Jami’ Al Ushul, 2/754)

Ibnu Katsir mengatakan:

النميمة على قسمين: تارة تكون على وجه التحريش بين الناس وتفريق قلوب المؤمنين فهذا حرام متفق عليه

Namimah ada dua macam: terkadang berupa tahrisy (provokasi) antara orang-orang dan mencerai-beraikan hati kaum Mu’minin. Maka ini hukumnya haram secara sepakat ulama. (Tafsir Ibnu Katsir, 1/371, Asy Syamilah)

Penutup

 وَلَا تَلۡبِسُواْ ٱلۡحَقَّ بِٱلۡبَـٰطِلِ وَتَكۡتُمُواْ ٱلۡحَقَّ وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ

Janganlah kalian campur-adukkan antara kebenaran dan kebatilan, dan kalian sembunyikan yang benar padahal kamu mengetahuinya. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 43).

وَ قُلۡ جَآءَ الۡحَقُّ وَ زَہَقَ الۡبَاطِلُ ؕ اِنَّ الۡبَاطِلَ  کَانَ  زَہُوۡقًا 

Dan katakanlah, kebenaran telah datang dan kebatilan telah lenyap. (Q.S. Al-Isra: 81)

Post a Comment

0 Comments