Level Keimanan dan Ujian



Oleh: Mln. Bilal Ahmad Bonyan

Iman artinya percaya. Beriman berarti mempercayai sesuatu. Ada makna lain dari iman yang jarang difahami oleh manusia, yakni, iman merupakan suatu bentuk ujian. Mengapa iman merupakan ujian? Karena orang yang beriman diharuskan mempercayai sesuatu yang tidak terlihat oleh mata jasmaninya atau mempercayai sesuatu yang belum terjadi. Dalam bahasa Alqurannya, ‘yu’minuuna bil ghoib’ yakni percaya kepada yang ghoib. 

Barangsiapa yang percaya, mereka dinyatakan lulus pada tahap pertama. Dan, siapa yang mengingkari, mereka termasuk diantara orang-orang yang gagal dalam menghadapi ujian.

A. Level Keimanan 
Merupakan kekeliruan yang sangat besar apabila suatu kebenaran harus nampak dihadapan manusia secara nyata dan terbuka pada pandangan jasmani. Sebagaimana terlihatnya matahari pada waktu siang. Apabila ditanya apakah anda percaya dengan adanya matahari? Ya, saya percaya. Jika demikian, di manakah letaknya ‘bil-ghoib’ yang harus dipercayai?

Oleh karena itu, nilai orang-orang yang beriman pada ujiannya di tahap pertama tidaklah sama antara satu dengan yang lain. Ujian tahap pertama adalah menyatakan keimanan setelah bertemu atau melihat suatu kebenaran untuk pertama kalinya.

Hadhrat Imam Mahdi wal Masihil Mau’ud as. bersabda:

“Ada tiga macam orang beriman. Pertama, mereka yang beriman setelah melihat wajah. Kedua, mereka yang beriman setelah melihat tanda. Ketiga, golongan terendah, yang ketika kemenangan sudah tampil/terlihat disegala arah dan tidak tersisa lagi factor ‘iman bil-ghoib’, barulah saat itu mereka beriman.” (Malfuzat, Add. Nazir Ishaat, London, 1984, jld. VI, h.216-221, Buku Nasihat Imam Mahdi & Masih Mau’ud as mengenai Baiat, h. 151)

Siapakah orang-orang yang berada dalam level keimanan tertinggi pada ujian tahap pertama? mereka adalah orang-orang yang percaya kepada kebenaran ketika sang pembawa kebenaran itu masih seorang diri, dipandang rendah dan hina oleh pemuka di zamannya, ketika orang-orang yang berilmu bahkan yang dianggap paling bijaksana tidak mengimaninya, ditertawakan dan dianggap sesat karena membawa suatu yang bertolak belakang dengan kepercayaan masyarakat secara umum. 

Mereka yang tetap percaya walaupun dengan mengikutinya harus mengalami penyiksaan, penindasan, atau dikucilkan (diboikot) oleh para penentang kebenaran itu. Merekalah para sahabat  yang Allah ridha kepada keimanan dan kesabaran mereka menghadapi ujian, dan mereka ridho kepada Allah dengan taqdir yang harus mereka hadapi dijalan kebeneran ini.

Siapakah orang-orang yang berada dalam level keimanan kedua pada ujian tahap pertama? Mereka adalah orang-orang yang percaya setelah melihat bukti dari nubuatan atau kabar ghaib atau tanda dari Allah nyata di hadapannya. Mereka yang percaya setelah melihat pertolongan Allah Ta’ala senantiasa bersama nabi dan para pengikutnya.

Siapakah orang-orang yang berada dalam level keimanan golongan terendah pada ujian tahap pertama? Mereka adalah orang-orang yang percaya setelah kebenaran yang dibawa oleh seorang nabi nampak jelas laksana matahari pada waktu siang. Mereka yang percaya ketika jamaah yang dulunya dianggap minoritas, tertindas, telah menjadi mayoritas, dan berbondong-bondong orang masuk tanpa ada rasa takut akan ditindas atau dikucilkan oleh yang lain.

Dimanakah Posisi kita saat ini?          

B. Level Kedua dalam Ujian Tahap Pertama  

Bagi Islam secara umum, kebenarannya saat ini laksana matahari pada waktu siang. Bahkan, jika bertanya kepada saudara-saudara non muslim, apakah Rasulullah saw seorang yang benar? mereka akan yang menjawab: Ya, Muhammad saw seorang benar. Bahkan, Nabi Muhammad saw merupakan orang yang paling berpengaruh di dunia menurut penelitian saudara-saudara kita non muslim. Apabila ada orang yang menyatakan masuk Islam, maka ia tidak akan merasakan dipersekusi atau dikucilkan oleh masyarakatnya.  

Lalu bagaimana dengan kebenaran Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad sebagai Imam Mahdi wal Masihil Mau’ud as.? 

Kehidupan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad dan para sahabat ra telah berlalu, saat ini nubuatan atau kabar gaib yang telah beliau sampaikan mulai sempurna setahap demi setahap. Walaupun demikian lable ‘sesat’ masih menempel pada beliau as. dan jamaah ini menyatakan diri sebagai seorang muslim ahmadi masih terasa berat bagi sebagian orang. Bahkan, masih ada yang menutupi diri bahwa dirinya adalah seorang muslim ahmadi.

Kaum cerdik pandai dan para pemuka agama yang tersohor, sangat sedikit yang mengimani kebenaran jamaah ini. dan sebagiian masyarakat awam menjadikan itu sebagai alasan, bahwa jika Ahmadiyah ini benar, mengapa para pemuka tersebut tidak beriman kepada Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad?

Akan tetapi, orang-orang yang di dalam hatinya selalu rindu dengan kebenaran, orang-orang yang di dalam hatinya Allah Ta’ala lebih ditakuti dari pada siapapun, mereka akan berdoa dengan sungguh-sungguh memohon petunjuk Allah Ta’ala dan terus merenungkan setiap tanda dan bukti kebenaran yang sempurna yang disampaikan oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. yang terus sempurna dan nampak dihadapan mereka.

Bagi kita yang telah beriman, bagaimana caranya untuk meningkatkan keimanan dan kedekatan dengan Allah swt sebagaimana para sahabat di masa awal?

C. Taat Merupakan Ujian untuk Kenaikan Tingkat


وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا


Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan dikaruniai nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS. An-Nisa : 69)

Di dalam ayat ini, Allah Ta’ala memberitahukan kepada orang yang telah beriman bahwa apabila ingin meningkatan kedekatan kepada Allah Ta’ala sebagai orang sholeh, syahid, shiddiq atau bahkan derajat seorang seorang nabi. Maka harus melalui ujian ketaatan.

Mereka yang beriman dalam level tertinggi pada ujian tahap pertama, seibarat sebongkah emas yang baru digali dari dalam perut bumi. Untuk menjadi emas murni para sahabat ra harus melewati ujian dibakar dalam ketaatan. Mereka senantiasa taat kepada perintah Allah dan Rasul-Nya. Dan kita tidak meragukan ketaatan dan  kedekatan para sahabat dengan Allah Ta’ala dan rasul-Nya. Mereka siap mengorbankan jiwa raga dan harta demi Allah Ta’ala dan Rasul-Nya.

Kita yang beriman dalam level kedua pada ujian tahap pertama, seibarat kayu. Bukan kayu biasa, tetapi kayu Gaharu. Kayu ini merupakan kayu paling mahal di dunia. Perusahan Parfum dunia atau orang-orang kaya di Arab biasa mempergunakan kayu ini untuk Parfum. Untuk menjadi sebuah parfum yang berkualitas dan memiliki harga sangat mahal. 

Bagaimana cara orang-orang kaya di Arab menjadikan kayu ini sebagai Parfum? Yaitu dengan cara dibakar, lalu asapnya mereka kipas-kipaskan kewajah dan pakaian. Demikian pula, kita sebagai Ahmadi, semakin harum dalam ketaatan maka Allah swt dan Rasul-Nya akan semakin cinta kepada kita. Untuk itu, mari kita bakar hawa nafsu dan kelemahan-kelemahan kita dengan ketaatan kepada perintah Allah swt dan Rasul-Nya. 

Sebagaimana para sahabat telah mengorbankan jiwa raga dan harta untuk kemajuan Islam di zaman awal. Maka kita pun harus siap mengorbankan jiwa raga dan harta untuk kemajuan rohani kita dan Jemaat ini.

Dan, jangan sampai kita hanya seperti kayu biasa, yang ketika dibakar manfaatnya hanya menerangi sekitar dan memberi kehangatan sesaat setelah itu menjadi debu. 

Semoga kita menjadi orang-orang taat kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya.. Aamiin.  

Post a Comment

0 Comments