KAPANKAH KEMENANGAN ISLAM YANG KEDUA AKAN TERJADI?



Oleh: Mln. Nasiruddin Ahmadi

Kapankah kemenangan Jema'at ini akan terjadi? Ini adalah sebuah pertanyaan yang seringkali muncul di benak para Ahmadi.

Kita tidak sendirian, pertanyaan yang sama pernah diajukan oleh para sahabat Nabi Muhammad saw. dan ini terekam di dalam Al-Qur'an:

أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا۟ ٱلْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ ٱلَّذِينَ خَلَوْا۟ مِن قَبْلِكُم ۖ مَّسَّتْهُمُ ٱلْبَأْسَآءُ وَٱلضَّرَّآءُ وَزُلْزِلُوا۟ حَتَّىٰ يَقُولَ ٱلرَّسُولُ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ مَتَىٰ نَصْرُ ٱللَّهِ ۗ أَلَآ إِنَّ نَصْرَ ٱللَّهِ قَرِيبٌ

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan dengan bermacam-macam cobaan sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (Al-Baqarah: 214)

Di masa Kekhalifahan Hadhrat Al-Hafizh Mirza Nasir Ahmad r.a. ada seorang anggota ahmadi di Lahore bertanya kepada beliau r.a., “Kapankah kemenangan Islam melalui Jemaat ini?” Huzur r.a. menjawab, “Janganlah kalian tanyakan kapan kemenangan Islam. Yang terpenting sekarang adalah berkhidmatlah dengan sebaik-baiknya. Kemenangan Islam itu pasti adanya. Perjalanan kemenangan Islam itu laksana menaiki kereta api. Apabila waktunya sudah tiba, maka tanpa menunggu penumpang kereta itu akan berjalan. Mulanya perlahan-lahan, lalu cepat dan terkadang kita tidak tahu kita sudah berada di stasiun mana?"

Artinya kita tidak perlu merisaukan kapan kemenangan itu akan terjadi. Kemenangan Jema'at ini adalah sebuah keniscayaan karena ini merupakan janji Allah swt.

كَتَبَ اللَّهُ لَأَغْلِبَنَّ أَنَا وَرُسُلِي ۚ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ

Allah telah menetapkan: "Aku dan Rasul-rasul-Ku pasti menang". Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (Al-Mujadilah: 21)

Pertanyaan yang lebih urgent bagi diri kita adalah, peran pengkhidmatan apa yang bisa kita lakukan untuk bisa turut ambil bagian dalam kemenangan tersebut?

Terdapat sebuah syair dari Hadhrat Muslih Mau'ud r.a. dalam Kalaam-e-Mahmud yang menjelaskan kepada kita apa yang menjadi ruh sebuah pengkhidmatan. Beliau r.a. bersabda:

Pengkhidmatan terhadap Agama itu merupakan satu karunia Ilahi

Sekali-kali jangan menuntut sesuatu imbalan apapun sebagai balasannya 

Dalam syair lainnya beliau r.a. bersabda:

Nyawa yang dianugerahkan Allah ini begitu berharganya

Namun apabila seluruhnya pun diserahkan

Pada hakekatnya hak-hak Allah masih begitu jauh untuk dapat terlunasi

Pertanyaan selanjutnya adalah, seperti apakah corak kemenangan Islam yang hakiki itu? Berikut adalah definisi yang diberikan oleh Hadhrat Imam Mahdi a.s. mengenai hal ini, “Yang dimaksud dengan kemenangan ialah, sebagaimana cita-cita para Rasul dan para Nabi yaitu, keterangan dan dalil Tuhan sempurna di atas bumi, dan tidak ada seorangpun yang dapat melawannya.  Begitulah Allah membuktikan kebenaran mereka dengan tanda-tanda yang kuat…”, (Al-Wasiyat, H. 11-12, 2010). 

Jadi, Kemenangan yang hakiki bukanlah menguasai sebuah teritoal, melainkan kemenangan sejati adalah ketika di dunia ini Firman Allah swt. menjadi idola dan patokan utama dalam beramal.

Jika kita menela'ah Al-Qur'an, kita menemukan ada lima syarat yang menjadi modal untuk kemenangan tersebut: 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱصْبِرُوا۟ وَصَابِرُوا۟ وَرَابِطُوا۟ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah dan berusahalah meningkatkan diri dalam kesabaran dan berjaga-jagalah serta bertaqwalah kepada Allah supaya kamu memperoleh keberhasilan. (Ali Imran : 200)

Hadhrat Muslih Mau'ud r.a. bersabda dalam menjelaskan ayat ini, “Kelima syarat untuk kemenangan yang disebut dalam ayat ini ialah: 

1. Memperlihatkan kesabaran dan kegigihan.

2. Memperlihatkan kesabaran dan keteguhan hati lebih besar daripada musuh. (Yakni,  jangan menampakkan diri kita sebagai seorang pengecut. Harus lebih berani dan kuat hati walaupun mendapatkan intimidasi).

3. Melazimkan diri dengan senantiasa tekun dan rajin. (Yakni sikap pantang menyerah, seperti yang ditunjukkan oleh saudara-saudara kita para Ahmadi di Lombok, belasan tahun mereka menjadi pengungsi, namun kenyataan ini tidak menyurutkan ghairat mereka dalam mengkhidmati agama dan masyarakat, melalui kegiatan donor darah, donor mata, pengobatan gratis, bantuan sosial dan sebagainya).

4. Melakukan ribath, yakni senantiasa berjaga-jaga dengan waspada diperbatasan untuk tujuan pertahanan dan serangan. Ribath berarti pula hati manusia. Jadi orang-orang mukmin diperintahkan untuk selalu berada dalam keadaan siap siaga dan berjaga-jaga untuk memerangi musuh-musuh di dalam dan di luar.

5. Menempuh kehidupan yang shaleh.

Jadi, kemenangan Islam yang kedua di masa Hadhrat Masih Mau'ud a.s. ini mensyaratkan ketekunan, kerja keras, pengorbanan-pengorbanan dan keteguhan serta kesabaran dalam menghadapi ujian-ujian. 

Seorang petani tidak akan memperoleh panen sebelum ia bekerja keras di ladangnya. Seorang pelajar tidak akan naik kelas dan memperoleh nilai yang terbaik sebelum ia bersungguh-sungguh dalam mempersiapkan dirinya untuk menghadapi ujian. Demikian pula untuk memperoleh kemenangan Islam ini, kita harus mengalami ujian demi ujian dan melakukan pengkhidmatan-pengkhidmatan agama sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah swt. karena telah diberikan karunia menjadi Ahmadi.

Ketika berkhidmat kepada Jemaat, niat kita haruslah benar-benar semata-mata untuk mencari Ridha Allah swt. Janganlah memiliki motif atau tujuan yang lain, karena nantinya akan mudah tergelincir.

Kita harus yakin bahwa kemenangan Islam yang kedua ini pasti akan datang karena ini sudah menjadi janji Allah Ta’aala.  Saatnya kita bertanya pada diri kita, peran apa yang kita bisa berikan untuk meraih kemenangan ini?

Post a Comment

0 Comments