*RAHASIA KENABIAN DALAM SHOLAWAT*




Oleh: Mln. Syamsul Ulum


Allah SWT Berfirman:

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰٓئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ ؕ يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya."
[QS. Al-Ahzab: Ayat 56]

Dari sahabat Abdullah ibn Masud, bahwa Nabi Muhammad saw bersabda:

 أَوْلَى النَّاسِ بِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَيَّ صَلَاةً 

“Pada hari pembalasan, orang yang paling dekat denganku adalah mereka yang paling banyak membaca shalawat untukku.” [ Abu Bakr Muhammad ibn Ali ibn Tsabit Al-Khatib al-Baghdadi dalam Kitabnya Al-Fashl Lil Washl Al-Mudraj ]

Penjelasan:

Kita sama-sama mengetahui bahwa Nabi Muhammad SAW itu adalah seorang nabi yang paling mulia (Khaatamun Nabiyyin) yang kemuliaannya melebihi semua Nabi yang pernah diutus didunia ini. Itulah Maqom Khaatamun Nabiyyin Rasūlullah SAW. 

Dalam sholawat mengandung makna bahwa tidak ada suatu rahmat pun yang telah diberikan kepada Nabi Ibrahim a.s, akan tetapi tidak diberikan kepada Nabi Muhammad SAW terkecuali satu yaitu Ibrahim mempunyai keturunan anak laki-laki akan tetapi Nabi Muhammad SAW tidak mempunyai keturunan anak laki-laki, karena semua anak lelaki beliau wafat di kala masih kecil.

Hal ini tidak akan merendahkan derajat Nabi Muhammad SAW karena keturunan jasmani itu tidak lah yang paling utama akan tetapi  yang paling utama ialah keturunan ruhani. Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi Nuh a.s:

قَالَ يَانُوحُ إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ إِنَّهعَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ

Artinya: “Wahai Nuh, anak engkau (Yam) itu bukan dari ahli (keturunan) engkau, karena amalannya tidak baik”. (Qs. Hud, 11:49).

Para Ulama kita menyatakan bahwa setiap Rasul itu adalah Bapak umatnya, telah disebutkan:

إِنَّ كُلَّ رَسُولٍ هُوَ أَبُو أُمَّتِهِ

Artinya: “Tiap-tiap Rasul itu adalah Bapa bagi umatnya”. (Al-Khazin, Jilid V, hal. 219).

Maka, sebagaimana kemuliaan bapa bergantung kepada kemuliaan anak-anaknya, begitu juga kemuliaan para Nabi bergantung kepada masing-masing umatnya, bukan?

Nabi Muhammad sebagai utusan Allah adalah sebaik-baiknya manusia yang dikirimkan oleh Allah Swt  kepada seluruh umat manusia untuk membentuk umat demi terciptanya kemaslahatan di dunia dan akhirat.

Oleh karena itu, Nabi Muhammad digelari Nabi dan rasul yang termulia dan terbaik, hingga umatnya pun mendapat gelar sebagai umat terbaik.

Gelar umat terbaik yang disematkan kepada umat Islam sudah ditegaskan oleh Allah dalam surat al baqarah ayat 143 dengan sebutan أمّةً وسطاً  (ummatan wasatha), juga surat ali Imran ayat 110 dengan sebutan   خيرَ أمّة (khaira ummah) atau umat yang terbaik yang diberi nikmat sempurna berupa Islam. 

Allah SWT berfirman:

كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّا سِ تَأْمُرُوْنَ بِا لْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِا للّٰهِۗوَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَا نَ خَيْرًا لَّهُمْۗمِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَ كْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ

"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 110)

Disebutkan dalam hadits bahwa “sesungguhnya kalian (umat Islam) adalah umat ke-70 yang menyempurnakan umat sebelumnya, dan kalian adalah umat yang terbaik dan paling mulya di sisi Allah” (HR. Ahmad).

Dari Bahaz bin Hakim dari ayahnya dari kakeknya ia berkata bahwa Rasulullah SAW Bersabda:

نكمل يوم القيامة سبعين أمة نحن آخرها و خيرها

" Kita menyempurnakan 70 umat pada hari kiamat. Kita adalah umat yang terakhir dan umat yang terbaik". (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Dari Abu Musa al-Asy'ari Ra, Rasūlullah SAW Bersabda:

أمتي هذه أمة مرحومة ليس عليها عذاب في الآخرة عذابها في الدنيا الفتن، والزلازل والقتل (رواه أبو داود و الحاكم)

"Umatku ini (Islam) adalah umat yg disayangi, ia tidak disiksa pada hari kiamat. Siksaannya ada di dunia ini berupa Fitnah, Gempa dan pembunuhan." (HR. Abu Daud dan al Hakim)

Dalam tafsir al-Bahr al-Majid Ibnu Ajibah dalam menafsiri kalimat : "ummatan wasatha" dengan menyebutkan bahwa Allah menjadikan kita umat muslim sebagai “Umat yang paling utama, umat pilihan yang penuh keseimbangan yang mensucikan dirinya dengan ilmu dan amal yang diperuntukkan untuk kemaslahatan orang lain”.

Hadhrat Imam Ar-Razi berkata:

مِنْ أَعْظَمِ أَنْوَاعِ السُّرُورِ عَلِمَ الْمَرْءُ بِأَنَّهيَكُونُ مِنِ ابْنِهِ اْلأَنْبِيَاءُ وَالْمُلُوكُ

Artinya: “Bentuk kesenangan yang paling besar bagi seseorang ialah karena ia mengetahui bahwa di antara anak keturunannya ada yang akan menjadi *Nabi-nabi dan Raja-raja”.* (Tafsir Kabir, Juz IV, hal. 83).

Jadi, Nabi Muhammad SAW mengajar umatnya supaya membaca “Shalawat” agar berkah shalawat itu umatnya mendapatkan rahmat dan nikmat juga, seperti umat Nabi Ibrahim a.s yang terpandang mulia oleh orang-orang musyrik, orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristiani, semuanya.

Doa ini bukan sembarang doa, bahkan doa ini diajarkan oleh Rasulullah SAW menurut wahyu dari Allah ta’ala, maka sudah tentu doa itu dikabulkan oleh Allah ta’ala. Telah disebutkan:

وَمَا عَلَّمَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ الصَّلَوةَ عَلَيْهِ عَلَى هَذِهِ الصُّورَةِ الا يُوحَى مِنَ اللهِ وَبِمَا أَرَاهُ اللهُ وَإِنَّ الدَّعْوَةَ
 فِى ذَالِكَ مُجَابَةٌ فَقَطَعْنَا إِنَّ فِى هَذِهِ اْلأُمَّةِ
مَنْ لَحِقَتْ دَرَجَتُهدَرَجَةَ اْلأَنْبِيَاءِ فِى النُّبُوَّةِ عِنْدَ اللهِ لاَ فِى التَّشْرِيعِ

Artinya: “Shalawat ini tidak diajarkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam melainkan menurut wahyu dari Allah ta’ala dan doa yang berhubungan dengan itu dikabulkan pula, maka kami yakin bahwa di umat ini ada orang yang pangkatnya di sisi Allah ta’ala sama dengan pangkat Nabi-nabi dalam hal kenabian, bukan dalam hal syari’at”. (Al-Futuhatul-Makkiyah, jilid I, hal. 545).

Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada umatnya agar senantiasa membaca sholawat, yakni:

اللهمّ صلي علي محمّد وعلي آل محمّد كما صليت علي إبراهيم وعلي ال إبراهيم إنّك حميد مجيد وبارك علي محّمد
 وعلي آل محمّد كما باركت علي إبراهيم وعلي آل إبراهيم إنّك حميد مجيد

Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah Rahmat kepada Muhammad dan kelurga Muhammad sebagaimana Engkau memlimpahkan Rahmat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim sesungguhnya Engkaulah Maha Terpuji lagi Maha Mulia. 

Dan juga berilah Barokah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau memberikan Barokah kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim sesungguhnya Engkaulah Maha Terpuji lagi Maha Mulia.

*Diutusnya Nabi dan Rasul Merupakan Rahmat dari Allah SWT*

Allah SWT berfirman:

اَمْرًا مِّنْ عِنْدِنَا ۗ اِنَّا كُنَّا مُرْسِلِيْنَ ۚ 
رَحْمَةً مِّنْ رَّبِّكَ ۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ ۙ 

Artinya: “Sesungguhnya kami adalah yang mengutus rasul-rasul, Sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya Dialah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”(Qs. Ad-Dukhan:5-6)

*Mengapa Dalam Sholawat Nabi Ibrahim a.s dan keturunannya Yang Disebut?*

Dalam sholawat kita umat Islam disuruh untuk berdoa supaya Nabi Muhammad dan keturunannya mendapat Rahmat dan Barokah sebagaimana Allah SWT melimpahkan Rahmat dan Berkah kepada Nabi Ibrahim dan keturunannya.

Lalu Rahmat dan Berkah macam apa yang telah diberikan Allah SWT kepada Nabi Ibrahim a.s dan ketrurunannya?

Sebagaimana kita ketahui bahwa Nabi Ibrahim a.s dikenal sebagai Abul Anbiya yaitu bapaknya para nabi. Karena banyak sekali keturunan Nabi Ibrahim a.s yang diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Allah SWT menceritakan dalam Al-Qur’an tentang kelebihan Nabi Ibrahim a.s dibandingkan dengan nabi-nabi yang lain. Allah SWT berfirman:

Allah SWT berfirman:

اُولٰٓئِكَ الَّذِيْنَ اٰتَيْنٰهُمُ الْـكِتٰبَ وَا لْحُكْمَ وَا لنُّبُوَّةَ ۗ فَاِ نْ يَّكْفُرْ بِهَا هٰۤؤُلَآ ءِ فَقَدْ وَكَّلْنَا بِهَا قَوْمًا لَّيْسُوْا بِهَا بِكٰفِرِيْنَ

اُولٰٓئِكَ الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُ فَبِهُدٰٮهُمُ اقْتَدِهْ ۗ قُلْ لَّاۤ اَسْـئَلُكُمْ عَلَيْهِ اَجْرًا ۗ اِنْ هُوَ اِلَّا ذِكْرٰى لِلْعٰلَمِيْنَ

"Mereka itulah orang-orang yang telah Kami berikan Kitab, Hikmah, dan kenabian. Jika orang-orang (Quraisy) itu mengingkarinya, maka Kami akan menyerahkannya kepada kaum yang tidak mengingkarinya."

"Mereka itulah (para nabi) yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah (Muhammad), Aku tidak meminta imbalan kepadamu dalam menyampaikan (Al-Qur'an). Al-Qur'an itu tidak lain hanyalah peringatan untuk (segala umat) seluruh alam."
(QS. Al-An'am 6: Ayat 89-90)

Rahmat dan Barokah yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Ibrahim a.s sebagai balasannya adalah dianugerahkannya anak keturunan yang baik dan sholeh dan juga Kenabian yang terus-menerus serta dijadikannya raja-raja. Karena kenabian merupakan derajat ruhani yang paling tinggi. 

Oleh karena itu di dalam doa sholawat yang diperintahkan umat Islam untuk selalu membacanya, maksudnya adalah supaya dari anak keturunan (jasmani ataupun ruhani) Nabi Muhammad SAW ada juga yang mendapatkan Rahmat dan Barokah Kenabian serta Kerajaan.

Sebagaimana Rahmat dan Barokah Kenabian serta Kerajaan yang pernah diberikan kepada anak keturunan Nabi Ibrahim a.s. sehingga Islam menjadi satu agama yang besar dan kuat serta mengungguli agama-agama lain. Itulah maksud dan tujuan diperintahkannya umat Islam untuk selalu membaca doa sholawat. Allah SWT berfirman:

Allah SWT berfirman:

وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا نُوْحًا وَّ اِبْرٰهِيْمَ وَجَعَلْنَا فِيْ ذُرِّيَّتِهِمَا النُّبُوَّةَ وَا لْـكِتٰبَ فَمِنْهُمْ مُّهْتَدٍ ۚ وَكَثِيْرٌ مِّنْهُمْ فٰسِقُوْنَ

"Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim dan Kami berikan kenabian dan Kitab (wahyu) kepada keturunan keduanya, di antara mereka ada yang menerima petunjuk dan banyak di antara mereka yang fasik."
(QS. Al-Hadid 57: Ayat 26)

*Makna "Aali (ال) Ibrahim"*.

Arti “Aali Ibrahim ” (ال ابراهيم) maksudnya adalah "Para Nabi". Apa sebab rahmat yang diminta dengan shalawat ini diartikan pula dengan Kenabian? Karena rahmat yang besar yang diberikan oleh Allah ta’ala kepada Ibrahim ‘alaihis salam dan anak cucunya ialah *Kenabian*. Sebagaimana Firman-Nya:

Allah SWT berfirman:

وَوَهَبْنَا لَهٗۤ اِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَجَعَلْنَا فِيْ ذُرِّيَّتِهِ النُّبُوَّةَ وَا لْكِتٰبَ وَاٰ تَيْنٰهُ اَجْرَهٗ فِى الدُّنْيَا ۚ وَاِ نَّهٗ فِى الْاٰخِرَةِ لَمِنَ الصّٰلِحِيْنَ

"Dan Kami anugerahkan kepada Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub, dan Kami jadikan kenabian dan Kitab kepada keturunannya, dan Kami berikan kepadanya balasannya di dunia; dan sesungguhnya dia di akhirat, termasuk orang yang saleh."
(QS. Al-'Ankabut 29: Ayat 27)

Itulah sebabnya di antara alim Ulama Islam ada yang menafsirkan “Aali Ibrahim” itu dengan makna “Nabi-nabi”, sebagaimana telah disebutkan:

مَنْ هُمْ آلَ إِبْرَاهِيمَ فِى الصَّلَوةِ الْمَلْثُورَةِ؟ هُمْ هُنَا اْلأَنْبِيَاءُ

Artinya: “Siapakah “Ali Ibrahim” yang disebutkan dalam shalawat..? Mereka itu adalah Nabi-nabi”. (Kitab Mala Budda Minhu, hal.74).

*Kata “Aali” (ٱل) dalam Sholawat juga berarti Pengikut (kaum)*.

Menurut Mufassirin kata “Aali” dalam doa Sholawat berarti Keturunan dan Pengikut (kaumnya). Allah SWT berfirman:

اَلنَّارُ يُعْرَضُوْنَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَّعَشِيًّا ۚ وَيَوْمَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ ۙ اَدْخِلُوْۤا اٰلَ فِرْعَوْنَ اَشَدَّ الْعَذَابِ

"Kepada mereka diperlihatkan neraka, pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Lalu kepada malaikat diperintahkan), "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya (Aali Fir'aun) ke dalam azab yang sangat keras!"
[QS. Ghafir/40: Ayat 46]

Syeikh Muhyiddin Ibnu Arabi menjelaskan tentang kata "Ali Ibrahim" dalam sholawat sebagai berikut:

"Telah diketahui bahwasanya yg disebut "ahli Ibrahim" adalah nabi-nabi dan rasul-rasul, dan mereka adalah para nabi dan rasul yg datang setelah Ibrahim seperti Ishaq, Yaqub, Yusuf dan para rasul (yg berasal dari) keturunan mereka (yang sebagiannya) membawa syariat.

Ini menunjukkan fakta bahwa dalam pandangan Tuhan, mereka memiliki (pangkat) kenabian. Rasulullah SAW menyatakan bahwa para pengikut dari kalangan umat beliau SAW, dapat mencapai derajat kenabian meskipun mereka itu bukan pembawa syariat.

Tetapi beliau SAW menetapkan/menyediakan utk mereka (para nabi) itu syariat yang berasal dari syariat beliau saw sendiri (Yakni syariat Islam. pen.)

Oleh karena itu, beliau berkata (berdoa): "Ya Allah, angkatlah maqam/kedudukan Muhammad dan keturunannya dgn mengaruniakan rahmat kepada mereka sebagaimana Engkau mengaruniakan kenabian kepada Ibrahim dan keturunannya, yg dengannya Engkau telah mengangkat derajat Ibrahim.

Konsekwemsinya (ya, Allah...) (seharusnya) mereka adalah para nabi yg membawa syariat juga, tetapi Engkau telah menetapkan bahwa *tidak ada syariat sesudahku*. Oleh karena itu, (wahai Allah....) karuniakanlah rahmat kepadaku dan kepada keturunanku, yaitu dgn memberi mereka derajat kenabian dari sisi Engkau, meskipun *mereka tidak membawa syariat.*

Ketinggian maqam Muhammad dibuktikan dgn fakta bahwa melalui doa yang beliau panjatkan utk beliau sendiri, beliau telah mengangkat/meninggikan keturunan (rohani) beliau ke level derajat nabi-nabi, dan beliau SAW dianugerahi keunggulan atas Hazrat Ibrahim as melalui fakta bahwa syariat yg dibawa beliau (yaitu syariat Islam) tidak akan dimaksukhkan (dihapus)". ( Futuhat al-Makiyyah_, vol. 1 bab 73, hal. 177-178)

Begitu pula dalam Bible ada tertulis tentang Rahmat dan Barokah yang diterima oleh Nabi Ibrahim a.s dan Keturunannya. Janji Allah ini sesuai dengan firman Allah dalam perjanjian lama. TUHAN berkata kepada Abram:

"Tinggalkanlah negerimu, kaum keluargamu dan rumah ayahmu, lalu pergilah ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu. Aku akan memberikan kepadamu keturunan yang banyak dan mereka akan menjadi bangsa yang besar.

Aku akan memberkati engkau dan membuat namamu masyhur, sehingga engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau. Dan karena engkau Aku akan memberkati semua bangsa di bumi." (Kejadian 12 ayat 1-3)

Sebuah ayat yang sangat menarik. Sebelum Abraham punya anak, Tuhan berjanji bahwa Dia akan memberkati Abraham (Ibrahim A.S.), memberkati orang-orang yang memberkati Abraham, dan seluruh keluarga di bumi akan diberkati melalui Abraham.

Pertama-tama, lihatlah kehormatan besar yang telah Tuhan berikan kepada kekasih-Nya, Abraham. Sebagaiman Alqur’an juga menyatakan bahwa Abraham adalah Khalif Allah, seperti kekasih Allah S.W.T.

Bahkan, disebutkan bahwa dialah satu-satunya orang yang benar-benar beriman kepada Tuhan selama dia hidup, meskipun dia sendirian dan tak ada orang lain kecuali istrinya Sarah, saudara sepupunya Luth dan Hagar, dan anaknya.

Ketika Tuhan berfirman tentang “kebesaran”, kebesaran tidak berarti hanya dalam jumlah penduduk suatu bangsa. Kebesaran dan keagungan dalam kriteria Tuhan berarti sebuah bangsa yang mematuhi Tuhan dan mengikuti ajaran-Nya. Inilah yang membuat seseorang menjadi mulia di mata Tuhan.

Inilah mengapa Abraham (Ibrahim) begitu terhormat, karena dia begitu patuh kepada Sang Pencipta. Dan inilah mengapa Tuhan memberi kehormatan dan membuatnya mashyur hingga hari ini.

Jadi ketika Tuhan berfirman kepada Abraham “Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar” itu berarti dia akan membuat bangsa itu besar karena kepatuhan dan ketaatan mereka terhadap Tuhan.

Hal ini menarik karena Tuhan berfirman “engkau akan menjadi berkat” dan “Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau.” Jadi aku ingin bertanya kepada para pembaca yang beragama Kristen.

Siapakah orang-orang yang memberkati Abraham? Salah satu yang muslim ucapkan dalam shalatnya adalah “Allahumma shalli ala Muhammad wa ala ali Muhammad. Kama shalaita ala Ibrahim wa ala ali Ibrahim. Innaka hamidun majid.”

Artinya “Ya Allah, berikanlah kesejahteraan kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan kesejahteraan kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.”

Jadi, lima kali dalam sehari ketika shalat, kami sebagai umat muslim mengirimkan salam kepada Abraham dan keluarga Abraham. Dan Tuhan berfirman bahwa Dia akan memberkati mereka yang memberkati Abraham dalam Kitab Kejadian ayat 12:2-3.

Dan, kurasa tidak ada umat yang memuji Abraham (Ibrahim A.S.) sebanyak yang muslim lakukan, bahkan ketika kami mendengar dan mengucapkan nama Abraham, setelahnya kami ucapkan Alaihissalam yang berarti “Semoga salam sejahtera senantiasa dilimpahkan Allah kepadanya.”

Dan hal ini sangat penting, untuk memahami kejadian ketika istri Abraham melahirkan dua orang anak. Abraham mempunyai dua anak, yang satu adalah Ishmael (Ismail A.S.) dan yang satunya lagi adalah Isaac (Ishaq A.S.).

Dan anak pertama Abraham adalah Ishmael (Ismail A.S.) yang berasal dari istrinya, yaitu Hagar (Siti Hajar). Jadi, Ishmael adalah anak pertama dari Abraham.

Dan dalam Kitab Kejadian 17:4 difirmankan

“…..Inilah perjanjian-Ku dengan engkau: Engkau akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa.”  (Bible: Kejadian 17:4)

Dan dalam Kitab Kejadian 21:13 Tuhan menjanjikan

“Begitu juga kepada anak budak perempuan (bondwoman) akan Kuberikan banyak anak cucu supaya mereka menjadi suatu bangsa. Sebab ia anakmu juga.” (Bible: Kejadian 21:13)

Mari kita baca lagi Kitab Kejadian 21:13 “Begitu juga kepada anak budak perempuan (bondwoman).” Budak perempuan itu adalah Hagar (Siti Hajar). Dia adalah seorang budak dari Sarah, dan Sarah memberikan Hagar kepada Abraham untuk dinikahinya. Dari pernikahan itu lahirlah Ishmael.

Dan, Tuhan berfirman dalam Kitab Kejadian 21:13 “Begitu juga kepada anak budak perempuan (bondwoman) akan Kuberikan banyak anak cucu supaya mereka menjadi suatu bangsa sebab ia anakmu juga.” Dan lagi dalam Kitab Kejadian 21:18

“Bangunlah, angkatlah anak itu, dan bimbinglah dia, sebab Aku akan membuat dia menjadi bangsa yang besar.”  (Bible: Kejadian 21:18)

Dan sudah dikenal bahwa orang Arab adalah saudara Ishmael (Ismail A.S.). Bahkan, Bible menyebut orang-orang Arab sebagai Ishmaelites. Para Ishmaelite adalah orang-orang Arab.

Jadi, orang Arab adalah sepupu dari Bani Israel. Dan menurut Alqur’an, Ishmael adalah Nabi Tuhan, Abraham bersama Ishmael-lah yang membangun Ka’bah bersama-sama sebagai tempat untuk menyembah Tuhan Yang Maha Esa.

Jadi, tampaknya Yesus meramalkan bahwa masa lalu dari Bani Israel, batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan, berarti nyatanya Ishmael akan menjadi landasan, seseorang yang menyatukan monoteisme (penyembahan terhadap Tuhan Yang Maha Esa). Karena orang-orang Yahudi menolak Yesus sebagai penyelamat mereka, dengan begitu 10 Perintah Allah berakhir dan diwariskan kepada saudara Ishmael.

Siapakah yang dimaksud oleh Allah keturunan Nabi Ibrahim yang selalu memberkati namanya? Itulah isyarat akan kedatangan Nabi Muhammad SAW karena hanya beliau dan umatnya yang selalu memberkatinya dengan membaca shalawat.   

NUBUAT NABI MUSA a.s   

Allah juga telah menginformasikan kepada Nabi Musa a.s. tentang kedatangan Nabi Muhammad SAW sesudahnya, Firman Allah :        

"Seorang Nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya.

Orang yang tidak mendengarkan segala firman-Ku yang akan diucapkan Nabi itu demi nama-Ku, dari padanya akan Kutuntut pertanggung jawaban". (Ulangan 18:18-19).  

Diantara anak keturunan Nabi Ibrahim a.s yang diangkat menjadi Nabi dan Rasul adalah: 1. Nabi Ishaq a.s, 2. Nabi Yaqub a.s, 3. Nabi Luth a.s, 4. Nabi Yusuf a.s, 5. Nabi Musa a.s, 6. Nabi Daud a.s, 7. Nabi Sulaeman a.s, 8.Nabi Ayyub a.s, 9. Nabi Harun a.s, 10. Nabi Zakariya a.s, 11. Nabi Yahya a.s, 12. Nabi Isa ibnu Maryam a.s, 13. Nabi Ilyas a.s, 14. Nabi Ismail a.s, 15. Nabi Ilyasa a.s, 16. Nabi Yunus a.s. 17. Nabi Muhammad SAW. (lihat Al-Qur’an surah Al-an’am ayat: 84-90) 

Hadhrat Mirza Masroor Ahmad aba ( Khalifatul Masih V ) bersabda:

Hadhrat Masih Mau’ud as (Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad) sangat menekankan untuk bershalawat. Seraya memberikan nasehat kepada para pengikutnya, beliau as bersabda bahwa:

"Teruslah menaruh perhatian untuk bershalawat dan mintakanlah keberkatan bagi Baginda Nabi saw dengan ketulusan dan penuh perhatian seperti seseorang sedang memintakan keberkatan bagi seseorang yang dicintainya. Carilah dengan penuh kerendah-hatian dan jangan ada kepura-puraan di dalamnya.

Lebih baik, berdoalah bagi Baginda Nabi saw dengan semangat kesetiaan dan kecintaan yang sejati. Carilah keberkatan-keberkatan yang telah melekat di dalam Shalawat tersebut dengan hati dan jiwa yang tulus atas Baginda Nabi saw.

Inilah tanda kecintaan seseorang bahwa dia tidak pernah merasa letih dan kecewa serta senantiasa bershalawat tanpa disertai dengan keinginan-keinginan pribadi dan hanya menyampaikannya demi keberkatan Ilahi atas Baginda Nabi saw." (Khutbah Jum'at, 16 Januari 2015) 

Beliau as bersabda:

“Shalawat merupakan wasilah (sarana) yang sangat luar biasa untuk meraih istiqamah (keteguhan hati, kesabaran). Bacalah shalawat sebanyak-banyaknya, bukan sebagai taqlid (karena ikut-ikan seperti sebuah ritual) atau karena adat kebiasaan belaka.

Namun, bershalawatlah dengan memperhatikan baik-baik akan husn (keindahan), ihsaan (kebaikan), ketinggian martabat dan derajat beliau, serta kejayaan beliau saw. Bershalawatlah untuk meninggikan lagi derajat beliau saw dan demi kesuksesan beliau saw. Walhasil, kalian akan memperoleh manis dan lezatnya buah pengabulan doa.” 

"Hadhrat Masih Mau’ud as juga bersabda bahwa meskipun Baginda Nabi saw tidak membutuhkan doa siapapun namun ada alasan yang tersembunyi di balik shalawat yang disampaikan atas beliau saw.

Seseorang yang memohon keberkatan bagi orang lain atas dasar kecintaan pribadinya juga akan menjadi penerima keberkatan tersebut. Kemurahan hati yang diberikan kepada orang yang dimintakan keberkatan juga akan diberikan kepada yang meminta keberkatan tersebut.

Dan, karena kemurahan Allah Ta’ala terhadap Baginda Nabi saw tidak terbatas, maka seseorang yang bershalawat atas beliau saw dengan dasar kecintaan pribadi juga senantiasa memperoleh keberkatan yang tak terbatas. Namun, sangat sedikit contoh semangat kerohanian dan kecintaan pribadi demikian itu yang dapat terlihat." (Khutbah Jum'at, 16 Januari 2015) 

Kesimpulan:

Jadi dengan shalawat ini, kita minta supaya rahmat yang diberikan kepada Ibrahim a.s dan anak cucunya itu diberikan pula kepada nabi Muhammad SAW dan juga kepada anak cucu ruhani beliau.

Kapankah rahmat itu diberikan dan kepada siapakah rahmat itu diberikan? Itu hanya terserah kepada Allah ta’ala *"dzalika fadhlullahi yu’tihi mai yasya’.* Berdasarkan keterangan ini menunjukan bahwa *tidak ada halangan adanya Nabi lagi, sesudah Sayyidina Muhammad SAW asalkan Nabi-nabi itu berasal dari umat beliau sendiri dan tidak membawa syari’at dan diutus hanya untuk memajukan agama Islam dan menghidupkan syari'at beliau SAW.*


والسلام على من اتبع الهدى

Post a Comment

2 Comments

  1. Jazakumullah penjelasnnya pak, semoga yg membaca mendapat karunia, aamiin

    ReplyDelete
  2. artikel yang pantas untuk dibaca & dipahami. jadi lebih paham perihal 'shalawat'.

    ReplyDelete