NASIHAT AGAMA DALAM METODE JITU MERAIH TUJUAN HIDUP MANUSIA





Oleh: Mln. Mubarak Achmad

Setiap manusia selalu mendambakan kehidupan yang bahagia, tentram dan aman serta dapat menjalankan kehidupannya penuh dengan najat. Guna mendapatkan itu semua, maka manusia memerlukan agama guna pencapaiannya. 

Tanpa agama, manusia akan jatuh pada lobang yang dalam. Artinya adalah agama merupakan sesuatu yang penting bagi manusia, lalu apa sich agama itu? banyak uraian tentang agama disampaikan dari berbagai keyakinan, di antara yang dikemukakan adalah sebagai berikut: 

1. Menurut kamus besar bahasa Indonesia -> Agama adalah system yang mengatur tata keimanan dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkuannya. Kata “Agama” berasal dari bahasa sangsekerta agama yang berarti Tradisi. {Menurut kamus sanskerta-Inggris Monier-Williams, Cetakan pertama/ Wikipedia.org}

2. Arti lain yang diberikan orang adalah -> `Religion : Belief in the exsistence of a supernatural-rulling power, the creato and controller of the univers, who has given to man a spiritual nature which continues to exist after the death of  the body`. 

Agama ialah mempercayai adanya kekuatan kudrat yang maha mengatasi, menguasai, menciptakan dan mengawasi alam semesta dan yang telah menganugrahkan kepada manusia satu watak rohani, supaya manusia dapat hidup terus menerus setelah mati tubuhnya. {The advanced learner`s dictionary of current English}.

3. Katolik Mencatat -> `Godsdienst betekent : Verband tussen God en de menseen verband van mensen-afhankeliykheid` yakni : Agama artinya : Perhubungan antara Tuhan dengan manusia yaitu perhubungan yang mengutarakan bergantungnya manusia dengan Tuhannya. {De Gouden Keten Der Waarheid, 10 de druk, biz, 7, door:F.Hendrichs, S.J.}

4. Protestan berkata -> `Gooddienst is het kennen, life hebben en eren van God, yakni : Agama artinya mengenal, mencintai dan memuja Tuhan`. {Toelichting van het KORTE BERGRIP de CHIRSTELIYKE Religie, biz. 5 door : J.H.Landwehr}.

5. Menurut Islam, Agama itu adalah "Dien" atau "Millah" -> Agama di dalam istilah berarti : `Segala peraturan yang ditetapkan oleh Allah Ta`ala dengan perantaraan Nabi-nabi-Nya untuk keperluan hamba-hamba-Nya, supaya dengan mengikuti peraturan-peraturan itu. Mereka dapat mendekatkan diri pada sisi Allah Ta`ala. (Mufradat Al-Raaghib, di bawah kalimat `Al-Millah`).


Pada intinya Agama merupakan suatu intitusi yang mengatur kehidupan jasmani dan rohani manusia dalam peribadahan kepada Allah Ta’ala. Lebih luas lagi agama bisa diartikan jalan hidup seluruh lahir dan bathin manusia sesuai agama yang dianut. 

Namun, bagi kita yang terpenting adalah bukan sebatas defenisi arti agama, yang perlu kita amalkan adalah perhatian dan didikan agama. Bicara perihal yang berhubungan dengan agama Hadhrat Khalifatul Masih IV rha bersabda: 

"Suatu hal yang penting adalah untuk segera memberikan perhatian dalam pendidikkan agama bagi orang-orang Ahmadi masa kini yang hidup diberbagai bagian dunia ini. Jikalau kehidupan agamawi mereka baik, maka keturunan mereka pun akan menjadi baik" {Khutbah Hudhur, 7 Nopember 1986 di Mesjid Fadl London/Surat Edaran Khusus, No. 48/IX. 28 Nubuwwah 1365 Hs-28 Nopember 1986}.

Seseorang yang tidak mempunyai agama maka kehidupannya akan dipenuhi keraguan, keburukan dan sifat-sifat jahat lainnya. Seseorang yang beragama maka dia akan senantiasa bersyukur, memohon ampunan Ilahi dan berdo’a. 

Agama juga mengajarkan dan membimbing manusia setiap saat, agama menjelaskan tujuan hidup manusia dari pada kehidupan kita sebagai manusia adalah untuk menyembah, memahami dan mengenal wujud Allah Ta’ala serta mengabdi kepada-Nya. 

Sebagaimana yang difirmankan Allah Ta’ala:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Artinya, ; "Tidaklah Aku menciptakan Jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku". {Adz-Dzariyat, 51 : 56}

Tetapi, karena kurangnya pengetahuan manusia akan garis tujuan kehidupan yang telah ditentukan oleh Allah Ta’ala, maka banyak manusia menjadikan berbagai hal berupa niat dan hasrat keduniawian sebagai tujuan hidup mereka.

Dari ayat ini yang telah menggambarkan tujuan hidup tersebut, jelas bahwa tidak mungkin bagi manusia untuk menetapkan sendiri apa yang akan menjadi tujuan hidupnya karena manusia muncul di dunia ini bukan atas kuasanya sendiri, begitu juga meninggalkannya di luar kehendaknya. 

Manusia adalah makhluk yang diciptakan, dimana Sang Khalik, Wujud yang telah menciptakan diri manusia dan memberkatinya dengan fitrat yang lebih baik dari mahluk hidup lainnya, telah menentukan apa yang sepatutnya menjadi tujuan hidupnya.

Apakah seseorang memahami tujuan tersebut atau tidak, tidak dragukan lagi bahwa yang jelas tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah dan memahami serta mengenal Allah Ta’ala bahkan bahkan melarutkan dirinya di dalam Wujud Sang khalik, Yakni Fanafillah.

Tujuan hakiki dari semua anggota tubuh eksternal dan internal serta segala fitrat yang telah dikaruniakan kepada manusia adalah pemahaman, ibadah dan kasih kepada Allah Ta’ala. 
Itulah sebabnya walaupun manusia memiliki puluhan jabatan di dunia, manusia tetap saja belum menemukan jati-dirinya yang hakiki, kecuali telah mendapatkan Wujud Tuhan-nya. 

Walaupun, telah menghimpun kekayaan besar, menduduki jabatan yang tinggi, menjadi saudagar akbar, memiliki kekuasaan memerintah atau pun menjadi seorang filosof terkenal, pada akhirnya tetap saja akan merasa frustrasi ketika meninggalkan dunia, semua ini hanyalah semu, tidaklah menjadi jalan najat, karena semua ini harus dilepaskan tatkala ajal sudah menjemput. 

Atau masalah ini bisa juga ditinjau dari sudut lain. Tujuan daripada penciptaan ditentukan oleh pencapaian tertinggi yang di atasnya tidak mungkin lagi dapat digapai oleh kemampuan diri. Sebagai contoh, kemampuan utama seekor sapi jantan adalah membajak tanah atau menarik sebagai alat transport, karena itu hal inilah yang menjadi tujuan hidupnya dan sapi itu tidak bisa lebih tinggi dari kondisinya tersebut. 

Tetapi, jika kita perhatikan kemampuan tertinggi dari fitrat dan kekuasaan manusia, kita akan melihat bahwa manusia dibekali dengan fitrat mencari Tuhan sedemikian rupa hingga ia mengharapkan bahwa ia menjadi demikian mengabdi pada kasih Ilahi sehingga dirinya sepenuhnya menjadi milik-Nya.

Kebutuhan naluri alamiahnya seperti makan, minum dan istirahat, sama saja dengan mahluk hidup lainnya. Bahkan, dalam banyak bidang ada hewan yang lebih terampil dibanding diri manusia. Seperti lebah mampu mengolah madu dari berbagai macam bunga yang belum mungkin ditandingi manusia. 

Dengan demikian jelas bahwa kapasitas manusia yang tertinggi adalah bertemu dengan Allah Ta’ala sehingga yang menjadi tujuan hakiki dalam hidup manusia adalah membuka jendela kalbu/hatinya kepada Wujud Tuhan. Oleh karena itu perlu memperhatikan tujuan hidup sebagai manusia,

Berkenaan Mencapai tujuan hidup, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as dalam bukunya ISLAMI USHUL KI FILASAFI/FILSAFAT AJARAN ISLAM pada halaman 168-177 menguraikannya dengan indah. Berikut adalah ringkasannya delapan yang harus dijalani yaitu:

1) Mengenal Allah secara benar dan mengimani Tuhan  yang hakiki. Sebab jika langkah pertama saja sudah salah dan seseorang, misalnya menjadikan burung atau hewan atau unsur-unsur zat atau manusia  sebagai tuhan maka bagaimana mungkin dapat diharapkan bahwa pada langkah-langkah berikutnya dia akan menempuh jalan yang lurus

Tuhan  yang hakiki memberikan pertolongan  kepada orang-orang yang mencari-Nya. Akan tetapi bagaimana mungkin benda mati dapat memberikan pertolongan kepada sesuatu yang mati? Dalam hal ini Allah Ta’ala  memberikan tamsil (perumpamaan) yang indah, yaitu:  لَهُ دَعْوَةُ الْحَقِّ وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ لَا يَسْتَجِيبُونَ لَهُمْ بِشَيْءٍ إِلَّا كَبَاسِطِ كَفَّيْهِ إِلَى الْمَاءِ لِيَبْلُغَ فَاهُ وَمَا هُوَ بِبَالِغِهِ وَمَا دُعَاءُ الْكَافِرِينَ إِلَّا فِي ضَلَالٍ  

Yakni, Dia-lah Tuhan Yang Hakiki yang pantas dimintai doa, yang berkuasa atas tiap sesuatu. Dan orang-orang yang berseru kepada wujud-wujud selain Dia sedikit pun tidak dapat menjawab mereka. Keadaan mereka seperti orang yang sambil membuka telapak tangannya ke air lalu berkata, "Hai air datanglah ke mulutku!" 

Apakah air itu akan datang ke mulutnya? Sekali-kali tidak! Jadi barangsiapa yang tidak mengenal Tuhan Yang Hakiki maka segala doa mereka menjadi sia-sia (QS.  Ar-Ra'd : 15).

2) Mendapatkan gambaran jelas tentang kejuitaan (حُسْنٌ) serta keindahan yang lengkap di dalam Wujud Allah Ta'ala. Sebab kejuitaan adalah sesuatu yang secara alami menawan hati dan dengan menyaksikannya akan timbul kecintaan secara alami. Ada pun kejuitaan Allah Ta'ala itu terletak pada ke-Esa-an-Nya, Kebesaran-Nya, Kemuliaan-Nya, dan Sifat-sifat-Nya. 

Sebagaimana  Quran Syarif berkata:  قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ()اللَّهُ الصَّمَدُ()لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ()وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ Yakni, Tuhan adalah Esa dalam Dzat-Nya, sifat-sifat-Nya dan kegagahan-Nya. Tak ada yang bersekutu dengan Dia. Segala sesuatu bergantung pada Dia.  Tiap dzarrah menerima anugerah hidup  dari Dia. Dia Sumber karunia bagi segala sesuatu dan Dia tidak menerima karunia dari sesuatu apa pun. Dia bukan anak seseorang dan bukan bapak seseorang. Bagaimana mungkin, sebab tidak ada sesuatu yang setara  dengan Dia (QS.  Al-Ikhlas : 2-5).

3) mengenal ihsaan (اِحْسَانٌ) Tuhan (kebajikan Tuhan), karena pendorong rasa cinta itu hanya terdiri dari 2 hal, yaitu: kejuitaan (حُسْنٌ)  dan ihsaan (اِحْسَانٌ). ringkasan  sifat-sifat ihsaan Allah Ta'ala terdapat dalam surah Al-Fatihah. Lalu dalam ayat lain :  وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا Yakni, Dan sekiranya kamu mencoba menghitung nikmat-nikmat Allah kamu Tidak dapat menjumlahnya (QS. Ibrahim : 35)

4) Doa,   ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ  Berdo’alah kpd-Ku, Aku akan kabulkan. (QS. Al-Mu’min : 61) Dan, berkali-kali Dia menarik minat untuk berdoa supaya manusia bukan karena kekuatannya sendiri meraih sesuatu melainkan dengan kekuatan Tuhan menemukan Tuhan.

5) Mujahadah, Yakni, carilah Dia  dengan cara membelanjakan harta di jalan-Nya, dengan cara menyalurkan kemampuan-kemampuan di jalan Allah Ta'ala, dengan cara mengorbankan jiwa pada jalan Allah Ta'ala, dan dengan cara mengerahkan akal pikiran di jalan Allah Ta'ala, sebagaimana Dia berfirman: وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ Orang-orang yang berusaha dengan segala cara pada jalan Kami, Kami selalu menunjukkan jalan Kami kepada mereka (QS. Al-Ankabuut : 70).

6) Istiqamah, Yakni di jalan ini tidak bosan, tidak putus-asa, tidak lelah, dan tidak gentar menghadapi cobaan, sebagaimana Allah Ta'ala berfirman:تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ()نَحْنُ, إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ  Yakni, orang-orang yang berkata, "Tuhan kami Allah dan kami telah menjauhkan diri dari tuhan-tuhan palsu" 

Kemudian, mereka istiqamah – yakni tetap teguh dalam menghadapi berbagai macam cobaan dan musibah – maka malaikat-malaikat turun kepada mereka sambil berkata, "Janganlah kamu takut dan jangan pula bersedih hati, dan bergembiralah serta bersukarialah, sebab kamu telah menjadi pewaris kebahagiaan  yang dijanjikan kepada kamu. Kami adalah sahabat kamu di dalam kehidupan dunia ini dan di akhirat (QS. Ha MimAs Sajdah : 31-32)

Istiqamah yang sempurna ialah: ketika segala musibah mengepung dari segala penjuru dan di jalan Allah Ta'ala nyawa, kehormatan, dan harga diri dihadapkan kepada bahaya, sementara tidak  terdapat sesuatu yang menghibur – sampai-sampai Tuhan pun dengan tujuan hendak menguji  menutup pintu kasyaf atau mimpi atau ilham yang membesarkan hati – lalu membiarkan dalam keadaan-keadaan takut yang mengerikan. 

Pada saat itu tidak memperlihatkan sikap penakut dan tidak mundur ke belakang bagai para pengecut, serta tidak memperlihatkan perubahan apa pun pada sifat kesetiaan, dan mencemari ketulusan dan ketabahan, rela terhadap kenistaan, rela terhadap maut (kematian), dan untuk mengokohkan langkah-langkah tidak menunggu-nunggu seorang kawan agar dia memberikan pertolongan, tidak menuntut turunnya kabar suka dari Tuhan sebab masa yang genting. 

Dan, walaupun tidak berdaya dan lemah serta tidak memperoleh sesuatu yang menghibur sekali pun,  tetap saja berdiri tegak  dan merebahkan leher ke depan seraya mengatakan, "Apa yang akan terjadi biarlah terjadi”, dan tidak mengecam keputusan takdir serta sama sekali tidak memperlihatkan kegelisahan dan keluh-kesah sampai selesainya saat cobaan itu.

Inilah yang yang menyebabkan sampai sekarang masih menimbulkan aroma wangi dari tanah (kubur) para rasul, para nabi, para shiddiq dan para syahid

7) Bergaul dengan orang-orang yang benar. Jadi hendaknya diketahui bahwa salah satu  sebab perlunya  para nabi Allah  ialah manusia secara alami memerlukan  tauladan yang sempurna. Dan tauladan yang sempurna meningkatkan gairah serta membangkitkan semangat, sedangkan   orang yang tidak mengikuti tauladan akan menjadi malas dan sesat. Ke arah inilah Allah Ta'ala mengisyaratkan di dalam ayat berikut:, وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ  Yakni, bergaulah kamu dengan orang-orang benar  (QS. At-Taubah : 119) 

8) kasyaf suci, ilham suci, dan mimpi-mimpi suci dari Allah Ta'ala. Dikarenakan  menempuh jalan menuju kepada Allah Ta'ala merupakan suatu jalan yang sangat  pelik dan dipenuhi oleh bermacam-macam musibah serta penderitaan, dan mungkin saja mereka tersesat di jalan yang tidak nampak itu, atau dicekam rasa putus asa sehingga enggan meneruskan langkahnya ke depan, oleh karena itu rahmat Ilahi menghendaki  agar di dalam perjalanan tersebut Dia terus menerus menghiburnya dan membesarkan hatinya serta terus menerus mengukuhkan semangat dan meningkatkan gairahnya.

Jadi, demikianlah sunnah Allah Ta'ala yang berlaku terhadap orang-orang yang menempuh jalan-Nya. Yaitu,  dari waktu ke waktu  Dia menghibur mereka dengan kalam dan ilham-Nya, dan Dia menzahirkan kepada mereka bahwa, "Aku ada bersama kamu." Barulah mereka memperoleh kekuatan, kemudian dengan sangat cepat menempuh jalan  tersebut. Berkenaan dengan itu Dia berfirman: لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ Yakni, bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan dunia dan akhirat (QS. Yunus : 65).


Inilah delapan NASIHAT AGAMA DALAM METODE JITU MERAIH TUJUAN HIDUP MANUSIA, raihlah semua khazanah ma’rifat ini dengan sekuat potensi yang ada dalam diri kita. Agama yang benar adalah agama yang melestarikan potensi Manusia agar menjadikan jalan kita kepada kedekatan dan hubungan sejati dengan Ilahi.     

Post a Comment

0 Comments