Nabi Isa a.s. Sudah Wafat Berdasarkan Ayat-ayat Kitab Suci Al-Qur'anul Karim



 بسم الله الر حمن الر حيم   

نحمده و نصلى على رسوله الكريم   و علىعبده المسيح الموعود    


Oleh: Mln. Mubarak Ahmad 

Berkenaan dengan nabi Isa as sudah wafat masih menjadi perbincangan hangat di tengah umat manusia. Orang-orang Kristen berakidah bahwa Nabi Isa as pergi ke atas langit dalam keadaan hidup dengan tubuh jasadnya. Dan, kebanyakaan orang-orang Islam pun masih mempercayai bahwa Nabi Isa as pergi ke langit dalam keadaan hidup dengan tubuh jasadnya. 

Kedua agama besar ini sudah sejak lama beranggapan Nabi Isa as hingga sampai sekarang masih hidup di langit dan suatu saat nanti di akhir zaman, dia akan turun ke dunia ini. 

Perbedaan dalam keyakinan antara keduanya adalah orang-orang kristen berpendapat  Nabi Isa as mengorbankan diri dan nyawanya di tiang salib untuk menebus dosa-dosa umat manusia dan kemudian dia hidup kembali lalu naik dengan tubuh kasarnya, duduk di sebelah kanan bapaknya. 

Orang-orang Islam sebagian berpendapat Nabi Isa tidak mati di tiang salib, melainkan ketika orang-orang Yahudi hendak menyalibnya, malaikat membawanya ke langit dengan tubuh kasarnya. Dan, hingga sekarang hidup di langit kedua bersama Nabi Yahya as. 
Allah Ta’ala Berfirman dalam Surah Ali-Imran, 3 : 55

اِذْ قَلَ اللهُ يَا عِيْسَى اِنِّى مُتَوَفِّيْكَ وَرَافِعُكَ اِلَّىَ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَجَاعِلُ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْكَ فَوْقَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا اَلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ ثُمَّ اِلَّى مَرْجِعُكُمْ فَاَحْكُمُ بُيْنَكُمْ فِيْمَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَ

“Ingatlah ketika Allah berfirman, ‘Hai Isa, sesungguhnya Aku akan mematikan engkau secara wajar dan akan meninggikan derajat engkau di sisi-Ku dan akan membersihkan engkau dari tuduhan orang-orang kafir dan akan menjadikan orang-orang yang mengikut engkau di atas orang-orang kafir hingga hari kiamat, kemudian kepada-Kulah engkau kembali, lalu Aku akan menghakimi di antaramu tentang apa yang kamu perselisihkan’”.

Jika, Nabi Isa as itu benar-benar telah diangkat ke langit dengan jasad setelah kewafatan  beliau, maka seharusnya ayat yang tertulis di dalam  Quran Syarif itu adalah: 

يا عيسى إنّي متوفيك ثم محييك ثم رافعك مع جسدك الى السمآء

Yakni : “Wahai Isa Aku akan mewafatkan engkau, kemudian akan menghidupkan engkau  kemudian akan menangkat engkau dengan tubuh kasar engkau ke langit”.  

Namun, selain kata “raafiuka” yang didahului oleh kata “mutawaffika” di dalam Surah Al-Imran itu, di seluruh Quran Syarif tidak ada ditemukan kata “raafi’uka” lainnya didahului oleh kata ثم محييك   (kemudian menghidupkan engkau), seandainya ada maka cobalah perlihatkan.

Pendiri Jamaat Ahmadiyah menyampaikan, ‘Aku menyatakan: Sesudah adanya pembuktian bahwa pada hakikatnya Nabi Isa a.s. itu telah wafat, maka harus diakui dengan seyakin-yakinnya bahwa di mana saja ayat “raafiuka” ataupun “rafa’ahullaahu”, itu adalah berarti pengangkatan ruh beliau, yakni suatu hal yang lazim dialami oleh setiap orang mukmin. 

Mempercayai suatu hal yang tidak lazim dengan mengenyampingkan hal-hal yang sudah lazim adalah suatu kebodohan! Kami telah menerangkan dengan panjang lebar bahwa ruh seluruh nabi pun diangkat kepada Allah Ta’ala’. (IZALAH AUHAM Jilid 1, Hal 267)

Jika, masih meyakini nabi Isa as hidup dilangit, lalu pertanyaannya adalah apakah yang dijanjikan akan turun itu berupa wujud beliau sendiri ? 

Bukankan missi beliau a.s. itu hanya diutus untuk Bani Israil saja. “Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil.......”(QS. Ali Imran 3 : 49)

“Dan (ingatlah) ketika Isa Ibnu Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah Rasul Allah kepadamu......”(QS. Ash-Shaf, 61 : 6)

Tafsir suatu hadits tidak boleh bertentangan dengan Ayat Al-Qur’an. Hal ini membawa pada kesimpulan bahwa yang akan turun itu bukan wujud Nabi Isa ibnu Maryam yang pernah hidup di Palestina lebih dari 2000 tahun lampau.

Kepercayaaan tentang masih hidupnya Nabi Isa as di atas langit merupakan salah satu bahaya besar bagi umat Islam. Karena, umat Islam yang mempercayai bahwa Nabi Isa as masih hidup di atas langit, maka secara tidak langsung telah mendukung dan membantu hidupnya akidah agama Kristen serta cenderung memuliakan Nabi Isa as dari pada Nabi Muhammad saw.

Hadhrat Masih Mau`ud as, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as bersabda : ‘… Kini hanya Islam-lah yang merupakan agama yang sempurna dan agama yang hidup. Dan kini sudah tiba waktunya di mana keagungan dan kebesaran Islam akan zahir. Dan, dengan membawa maksud/tujuan inilah saya datang. 

Orang-orang Islam hendaknya menghargai nur-nur dan berkat-berkat yang tengah turun dari langit pada saat ini dan mensyukuri Allah Ta`ala bahwa tepat pada waktunya Dia telah membantu mereka dan sesuai dengan janji-Nya Allah Ta`ala telah menolong mereka pada saat musibah/bencana ini. 

Tetapi, jika mereka tidak menghargai nikmat Allah Ta`ala ini, maka Dia sedikit pun tidak akan memperdulikan mereka. Dia tetap menyelesaikan pekerjaan-Nya. Namun, penyesalan akan ada pada mereka. 

Saya dengan sangat yakin dan bashirat mengatakan bahwa Allah Ta`ala telah beriradah untuk menghapuskan agama-agama lain dan memberikan kemenangan serta kekuatan kepada Islam. 

Kini, tiada tangan dan kekuatan yang dapat melawan iradah Allah Ta`ala ini. Dia adalah ‘Fa`aalun lima yuriid’ Dia melakukan apa saja yang Dia kehendaki”. (Alburuj : 16) . Wahai orang-orang Islam! Ingatlah bahwa Allah Ta`ala telah memberikan kabar ini kepada kalian melalui saya. 

Dan, saya telah menyampaikan amanat saya ini. Kini (mau) mendengar atau tidak mendengar, terletak pada ikhiar kalian. Memang benar bahwa Nabi Isa as telah wafat. Dan saya bersumpah demi Allah Ta`ala bahwa orang yang dijanjikan akan datang itu sayalah orangnya. 

Dan, ini adalah suatu hal yang benar bahwa kehidupan Islam terletak pada kematian Isa as. Jika memperhatikan masalah ini, maka kalian akan mengetahui bahwa inilah masalah yang akan menamatkan  Kristen. Di atasnyalah bangunan agama itu telah didirikan. Rubuhkanlah ia !’ (Malfuzaat, Vol 8, Hal 256-257)

Oleh karenanya, perkara ini perlu kita pelajari dengan sebaik-baiknya dan tentunya kita teliti dengan bersandar kepada Al-Qur`an Karim dan hadis-hadis Rasulullah saw. Banyak dari Al-Qur`an Karim maupun hadis-hadis Rasulullah saw yang menyatakan bahwa Nabi Isa as wafat secara biasa sebagaimana manusia wafat, dalil-dalil tersebut diantaranya adalah:
   
I. Allah Ta`ala berfirman dalam Kitab Suci Al-Qur`an Karim:

وَمَا مُحَمَّدٌ اِلاَّ رَسُوْلٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ اَفَائِنْ مَّاتَ اَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلى اَعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَّنْقَلِبْ عَلى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَّضُرَّ اللهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِى اللهُ الشَّاكِرِيْنَ

“Dan Muhammad tidak lain melainkan seorang rasul. Sesungguhnya telah berlalu rasul-rasul sebelumnya. Jadi, jika ia mati atau terbunuh, akan berpalingkah kamu atas tumitmu? Dan barangsiapa berpaling atas tumitnya. Maka ia tak akan memudaratkan Allah sedikit jua pun. Dan Allah pasti akan memberi ganjaran kepada orang-orang yang bersyukur” (QS. Ali-Imran, 3 : 145)

Maksud dari penjelasan ayat ini adalah, ;

  1. Kata  اَفَائِنْ مَّاتَ اَوْ قُتِلَ  artinya jika ia mati atau terbunuh, ini menunjukkan bahwa jalan ‘telah berlalu’ itu ada 2 cara, yakni 1. dengan mati secara biasa  2. dengan terbunuh. Jadi tidak ada arti naik ke langit.
  2. Para ahli tafsir memberikan keterangan tentang  kata ‘Kholat’ خَلَتْ  itu artinya mati, yakni ;
         a. قد خلت , ممنت , ماتت من قبله الرسل فسيموت هو ايضا 
‘Qod kholat’  قَدْ خَلَتْ itu artinya ‘telah lalu/mati’ sebelumnya segala rasul, nabi Muhammad sawpun akan mati juga seperti mereka” (Tafsir Muzhohri, Jilid I, Hal. 584)

         b. قد خلت , فمنهم مات ومنهم من قتل  
‘Qod Kholat’ قَدْ خَلَتْ  berarti ‘telah lalu’ diantara mereka, ada yang telah mati dan ada yang telah terbunuh” (Tafsir Rahman, Jilid I, Hal. 771)

         c. فسيخلو كما خلوا باموت او القتل  
“Artinya Nabi Muhammad saw pun akan ‘lalu/mati’ seperti Nabi-nabi yang dahulu itu sudah lalu/mati dengan mati atau terbunuh” (Tafsir sirajul Munir, Jilid I, Hal. 584)

         d. قد خلت من قبله الرسل باموت او القتل  

“Artinya ‘telah lalu’ sebelumnya (Nabi Muhammad saw) segala rasul dengan mati atau terbunuh” (Jama`ul Bayyan, Jilid I, Hal. 59)

Jadi, menurut tafsir yang ada ini pun para nabi dan rasul sebelum Nabi Muhammad saw telah berlalu atau telah mati dengan cara mati atau terbunuh. Begitu juga, nabi Isa as yang hidup sebelum Rasulullah saw, maka tentu dan pasti beliau as pun telah wafat. 

Kemudian para ahli tafsirpun telah mengukuhkan, bahwa arti kata ‘kholat’ خَلَتْ  dalam surah ‘Ali-Imran, 3 : 145’  itu adalah ‘telah mati’, bukan naik ke atas langit.

     3. Kata ‘Kholat’ خَلَتْ  yang artinya mati juga ada di dalam Al-Qur`an Karim, sebagaimana Firman-Nya, yakni:
مَا الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَ اِلاَّ رَسُوْلٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرَّسُلُ
“Al-Masih anak Maryam itu tidak lain melainkan seorang rasul, sesungguhnya telah berlalu rasul-rasul sebelumnya …” (QS. Al-Maidah, 5 : 75)

Dalam ayat ini kata ‘Kholat’ خَلَتْ juga diartikan ‘berlalu/ mati’, bahkan jika kita perhatikan ayat ini:

 مَا الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَ اِلاَّ رَسُوْلٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرَّسُلُ (QS. Al-Maidah, 5 : 75) dengan ayat 
وَمَا مُحَمَّدٌ اِلاَّ رَسُوْلٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ (QS. Ali-Imran, 3 : 144), kedua ayat ini bunyinya sama, hanya Kata Al-Masih Ibnu Maryam as diganti dengan kata Muhammad saw. Jadi, jika Nabi Muhammad saw telah wafat secara wajar, maka Nabi Isa as pun tentu dan pasti telah wafat secara wajar.

Ibnu Abbas ra meriwayatkan bahwa tatkala sewaktu Rasulullah saw telah wafat, Abu Bakar ra keluar, sedangkan Umar Bin Khatab ra berbicara dengan orang-orang diluar. Umar ra berkata Nabi kita belum wafat dan barangsiapa yang mengatakan bahwa Nabi kita telah wafat, saya akan penggal lehernya. Mendengar ini Abu Bakar ra berkata kepada Umar ra: 

Wahai Umar duduklah, akan tetapi Umar ra tidak duduk. Sebagian para sahabat Nabi sawpun, karena cinta dan begitu sedihnya yang amat sangat, maka mereka tidak percaya bahwa Rasulullah saw telah wafat. Bahkan, pada saat itu Umar bin Khatab ra menghunus pedangnya dan mengancam akan memenggal leher siapa saja yang mengatakan Rasulullah saw telah wafat. 

Kemudian Abu Bakar ra keluar dan menjelaskan kepada umat Islam bahwa Rasulullah saw telah wafat. Dan beliau ra berkhotbah:

‘Barangsiapa menyembah Muhammad saw, maka sesungguhnya Muhammad saw telah mati. Dan barangsiapa menyembah Allah Ta`ala, Maka sesungguhnya Allah Ta`ala itu hidup, tidak mati’.

“Dan Muhammad tidak lain melainkan seorang rasul. Sesungguhnya telah berlalu rasul-rasul sebelumnya. Jadi, jika ia mati atau terbunuh, akan berpalingkah kamu atas tumitmu? Dan barangsiapa berpaling atas tumitnya. Maka, ia tak akan memudaratkan Allah sedikit jua pun. Dan Allah pasti akan memberi ganjaran kepada orang-orang yang bersyukur” (QS. Ali-Imran, 3 : 144)

Kata Ibnu Abbas ra, Dialah Allah! Seakan-akan orang-orang Islam belum mengetahui keterangan itu bahwa tersebut sudah diturunkan oleh Allah Ta`ala, namun seakan-akan baru diajarkan oleh Abu Bakar ra. Maka, saya tak mendengar seorangpun melainkan membaca ayat itu. 

Dan, Said bin Al-Musib memberitahukan kepada saya bahwa mendengar ayat itu dibaca Umar ra berkata: Dialah Allah! maka seakan-akan kakinya sudah terpotong sehingga kakinya tidak dapat memikul tubuhnya lagi dan ia sudah jatuh ke bumi mendengar ayat yang dibacakan itu bahwa Nabi kita saw sudah wafat. (Bukhari, Juz III)

Di dalam hadits ini, semua para sahabat tertegun, sadar dan membenarkan Abu Bakar ra, bahwa ayat itu sebagai dalil kematian. Yakni para rasul-rasul sebelum Nabi Muhammad sawpun telah mati tanpa terkecuali. 

Bahkan, tak ada seorang sahabatpun yang menolak apa yang dikatakan oleh Abu Bakar ra. Umar ra pun yang tadinya paling keras mengatakan Rasulullah saw belum wafat, setelah mendengar Abu Bakar ra membacakan ayat tadi, Umar ra langsung sadar bahwa Rasulullah saw telah wafat. 

Seakan-akan ayat tersebut baru beliau ra dengar. Bahkan, karena sedihnya hingga pedang yang terhunus ditangan beliau ra terlepas jatuh dan beliau ra sendiri jatuh ke tanah.

     4. Di dalam kamus Lughot Arab pun kata ‘kholat’ خَلَتْ  atau ‘Kholaa’ خَلاَ artinya mati, yakni:

a. “Apabila dikatakan خَلاَ فُلاَنٌ اِذَا مَاتَ maka artinya, ; ‘Orang itu telah berlalu, apabila sudah mati’” {Lisanul Arab}.

b. خلا الرجل اي مات “Apabila dikatakan ‘Kholaa Rojulu’ maka artinya, ; ‘laki-laki itu sudah mati’” {Aqrabul Mawarid}.

c. خلا فلان اي مات “Disebut ‘Kholaa pulaanun’, maka artinya, ; ‘orang itu sudah mati’”{Taajul`urus}.

Pendek kata, berdasarkan keterangan yang ada di ayat Ali Imran, 3 : 144, di ayat al-Maidah, 5 : 75, menurut para sahabat, para ahli tafsir dan kamus Lughot arab pun menyatakan bahwa kata ‘kholat’ artinya mati yakni semua Nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad saw telah wafat. 

Dan, tidak ada yang hidup lagi. Begitu juga dengan Nabi Isa as pun tentu dan pasti telah wafat juga.

Rasulullah Saw bersabda:
لَوْ كَانَ مُوْسَى وَ عِيْسَىحَيَّيْنِ لَمَا وَ سِعَهُمَا اِلاَّ اتِّبَاعِى

‘Jika Musa dan Isa  masih hidup, tentu keduanya mengikuti aku’(Aljawakitwal Jawahir)

لَوْ كَانَ عِيْسَى حَيًّا لَمَا وَ سِعَهُ اِلاَّ اتِّبَاعِى

‘Jika Isa masih hidup niscaya keduanya mengikuti aku. (Syarhulfiqhil Akbar)
Rasulullah saw bersabda:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهَا قَلَتْ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللُ عَلِيْهِ وَ سَلَّمَ : ... وَاَخْبَرَنِى اَنَّ عِيْسَى بْنَ مَرْيَمَ عَاشَ عِشْرِيْنَ وَ مِائَةَ سَنَةٍ فَلاَ اَرَانِى اِلاَّ ذَاهِبًا عَلَّى رَاْسِ السِّتِّيْنَ

‘Dari Aisyah ra berkata ; Rasulullah saw bersabda ;  … ‘dan jibril memberi khabar kepadaku bahwa Isa bin Maryam berumur 120 tahun, maka aku tidak melihat diriku melainkan pergi di tahun-tahun awal enam puluh’ (Aththabrani wa Almustadrak- Hijajul Kiramah, Hal 428)

II. Allah Ta`ala berfirman dalam Kitab Suci Al-Qur`an Karim:

اِذْ قَلَ اللهُ يَا عِيْسَى اِنِّى مُتَوَفِّيْكَ وَرَافِعُكَ اِلَّىَ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَجَاعِلُ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْكَ فَوْقَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا اَلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ ثُمَّ اِلَّى مَرْجِعُكُمْ فَاَحْكُمُ بُيْنَكُمْ فِيْمَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَ

“Ingatlah ketika Allah berfirman, ‘Hai Isa, sesungguhnya Aku akan mematikan engkau secara wajar dan akan meninggikan derajat engkau di sisi-Ku dan akan membersihkan engkau dari tuduhan orang-orang kafir dan akan menjadikan orang-orang yang mengikut engkau di atas orang-orang kafir hingga hari kiamat, kemudian kepada-Kulah engkau kembali, lalu Aku akan menghakimi di antaramu tentang apa yang kamu perselisihkan’”(QS. Ali-Imran, 3 : 55)

Di dalam ayat ini menerangkan tentang orang-orang Yahudi yang hendak membunuh Nabi Isa as, Allah Ta`ala berfirman kepada beliau as: ‘Aku akan mematikan engkau (Nabi Isa as) dan Aku akan mengangkat engkau kepada-Ku’

Jadi, ayat ini menerangkan ada 2 perjanjian Allah Ta`ala kepada Nabi Isa as, yakni beliau as akan dimatikan oleh Allah Ta`ala dengan mati biasa.

Beliau as derajatnya akan diangkat kepada Allah Ta`ala. Dan perjanjian ini telah sempurna, sebagaimana firman-Nya:

بَلْ رَّفَعَهُ اللهُ اِلِيْهِ وَ كَانَ اللهُ عَزِيْزًا حَكِيْمًا

‘Kebalikannya Allah telah mengangkat dia kepada-Nya dan Allah itu Mahaperkasa, Mahabijaksana’ (QS. An-Nisa, 4 : 158)

Karena perjanjian ini telah genap, maka sudah tentu perjanjian yang pertamapun telah genap. Intinya bahwa Nabi Isa as lah wafat kehadirat Allah Ta`ala.

Kata  توفى  ‘tawafaa’
Kata tawafaa dalam surah Ali-Imran, 3 : 56 ini merupakan, ; 

1. bab tafa`ala

2. Fa`ilnya adalah Allah Ta`ala 

3. Ma`f`ulnya seorang manusia

Maka, artinya tawafaa tersebut adalah mengambil ruh dengan mematikan. Berbeda dengan jika kata tawafaa disambung dengan malam atau tidur, maka waktu itu kata tawafaa dipakai dengan arti majaz (Kiasan) yaitu mengambil ruh waktu tidur karena matinya manusia tidak tertentu dengan tidur atau malam saja.

Ibnu Abbas ra meriwayatkan, adapun ayat-ayat yang berhubungan dengan Isa as, maka kata tawafaa itu tidak memakai tanda-tanda yang nyata apa yang boleh memutar artinya dengan kata majas. Sudah tetap arti mutawafika itu mematikan’. (Bukhari, Juz III, Tafsir Al-Maidah, 3 : 56)

Arti Kata الرفع atau رَّفَعَهُ اللهُ:
1. Di dalam Lughot Arab di katakan: 

وغى اسماء الله الرفع هو الذى يرفع المؤمنين بالا سعاد واولياءه بالتقريب

“Dan diantara nama-nama Allah itu ada pula satu namanya ‘Ar-Rafa`a’ yang mengangkat artinya ; mengangkat orang-orang mu`min dengan memberi berkat dan mengangkat walinya dengan meninggikan derajatnya” {Lisanul Arab}.

2.  Rasulullah saw bersabda:

من تواضع الله رفعه الله الى السمأ السابعه
“Barangsiapa yang merendahkan dirinya karena Allah, maka Allah mengangkat dia sampai di langit yang ketujuh” (Kanzul Umal, Juz II, Hal. 29)

Apakah betul orang-orang tersebut diangkat ke langit yang ketujuh dengan tubuh jasadnya?

ان الرجل ليرغع بدعاء ولده من بعده و قال بيده فرفعها نحو السماء 
“Orang-yang sudah mati itu diangkat karena do`a anaknya dan tangannya diangkat kelangit” (Muththo Imam Malik, Bab. Jamiul Do`a)

Apakah tubuh orang tersebut diangkat ke langit ?

3. Di dalam Al-Qur`an Karim ada berkenaan dengan Nabi Idris, Firman-Nya:

وَّ رَفَعْنَاهُ مَكَانًا عَلِيًّا
“Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang sangat tinggi” (QS. Maryam, 19 : 57)

تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ مِنْهُمْ مَّنْ كَلَّمَ اللهُ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَاتٍ وَاَتَيْنَا عِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَاَيَّدْنَاهُ بِرُوْحُ الْقُدُسٍ 
“Inilah rasul-rasul yang telah Kami lebihkan beberapa dari mereka di atas yang lain, diantara mereka ada yang kepada mereka Allah Bercakap-cakap dan Dia meninggikan sebagian dari mereka dalam derajatnya. Dan Kami memberi Isa Ibnu Maryam keterangan-keterangan nyata dan Kami perkuat dia dengan Rohulkudus. …” (QS. Al-Baqarah, 2 : 254)

بَلْ رَّفَعَهُ اللهُ اِلِيْهِ وَ كَانَ اللهُ عَزِيْزًا حَكِيْمًا
‘Kebalikannya Allah telah mengangkat dia kepada-Nya dan Allah itu Mahaperkasa, Mahabijaksana’ (QS. An-Nisa, 4 : 158)

فَفِرُّوْا اِلَى اللهِ اِنِّى لَكُمْ مِّنْهُ نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌ
“Maka, larilah kepada Allah. Sesungguhnya, aku seorang pemberi peringatan yang nyata bagimu dari Dia” (QS. Adz-Dzariyat, 51 : 50)

فَاَمَنَ لَهُ  لُوْطٌ وَقَالَ اِنِّى مُهَاجِرٌ اِلَى رَبِّ اِنَّهُ هُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ

“Dan Luth beriman kepadanya. Dan ia, Ibrahim berkata , ‘aku berhijrah kepada Tuhan-Ku’. Sesungguhnya Dialah Yang maha Perkasa, Maha Bijaksana” (QS. Al-Ankabut, 29 : 26).

Nabi Ibrahim as hijrah dari Irak ke kanaan dan dari kanaan ke Mesir. Beliau as meninggalkan ayahanda beliau as dan kaum beliau as di Irak. Jadi, hijrah beliau as bukannya ke langit.

قَالُوْا اِنَّا للهِ  وَاِنَّا اِلَيْهِ رَجِعُوْنَ
 “… Mereka berkata, sesungguhnya Kami kepunyaan Allah dan sesungguhnya kepada-Nya kami akan kembali” (QS. Al-Baqarah, 2 : 157)

Apakah orang-orang mukmin akan kembali kepada Allah Ta`ala dengan tubuh kasarnya dan naik ke langit ?

Jadi, kesimpulannya adalah, kalimat lari kepada Allah, hijrah kepada Allah, kembali kepada Allah, diangkat kepada Allah. Semua ini tidaklah berarti tubuh manusia diangkat ke langit. Dan, bagi Allah tidak ada tempat yang tinggi dan tempat yang rendah, setiap tempat adalah sama bagi Allah Ta`ala.

Imam Sya`rani berkata, ‘Sesungguhnya tempat-tempat yang tinggi itu seperti tempat-tempat yang rendah dekatnya kepada Allah’ (Alyawaqiyat waljawahir, Jilid. I, Hal 100)

Sudah jelas benar bahwa kata rafa`aullah Ilahi itu berarti Allah sudah meninggikan dan memuliakan Isa as, bukan tubuhnya diangkat ke atas langit. Dan, kalimat rafi`uka Ilayya berarti aku akan memuliakan engkau, artinya bukan tubuh Nabi Isa as yang hendak diangkat.

Kata توفى  Dalam Kamus
Kata توفى  di dalam Lughot Arab:
اماته  :  توفاه الله       :    Allah telah mematikan dia (Al-Munjid)

ادركته الوفاة  :  توفاه الله   :  Dia telah wafat (Isaas Al-Balaghoh)

اذاقبض روحه  :  توفا الله   :  Allah telah mengambil ruhnya (Taajul `Uruus)

اذاقبض نفسه  :  توفا الله   :  Allah telah mengambil jiwanya (Lisanul Arab)

الموت  :  الوفاة   : Allah telah mengambil jiwanya

قبض روحه  :  توفا الله    : Allah telah mengambil ruhnya (Al-Muhith)

 توفى   و    توفاه الله         :  Diwafatkan Tuhan akan dia (Idris)

Di dalam kitab-kitab lughot arab ini, kata توفاه الله  di kamus artinya semuanya adalah Allah Telah mewafatkan Nabi Isa as.

Kata توفى  Dalam Kitab Suci Al-Qur’an
Kata   تَوَفَّى yang artinya mati dengan mencabut nyawa juga disebutkan di dalam Al-Qur`an Karim sebanyak 25 Kali. 23 kali berarti mencabut nyawa ketika dimatikan dan 2 kali berarti mengambil nyawa pada waktu tidur:

2 kali di antaranya berkenaan dengan Nabi Isa as: 1. Surah Ali- Imran, 3 : 56     2.  Al-Maidah,  5 : 118
اِذْ قَلَ اللهُ يَا عِيْسَى اِنِّى مُتَوَفِّيْكَ وَرَافِعُكَ اِلَّىَ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا

“Ingatlah ketika Allah berfirman, ‘Hai Isa, sesungguhnya Aku akan mematikan engkau secara wajar dan akan meninggikan derajat engkau di sisi-Ku dan akan membersihkan engkau dari tuduhan orang-orang kafir” (QS. Ali-Imran, 3 : 55)

وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيْدًا مَّادُمْتُ فِيْهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِىْ كُنْتَ اَنْتَ الرَّقِيْبَ عَلَيْهِمْ وَاَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ شَهِيْدُ 


“…Dan aku menjadi saksi atas mereka salama aku berada di antara mereka, akan tetapi setelah Engkau mewafatkan daku, maka Engkau-lah yang menjadi Pengawas mereka dan Engkau adalah saksi atas segala sesuatu” (QS. Al-Maidah, 5 : 117).

2 kali  di antaranya berhubungan dengan tidur: 1. surah Al-An`aan  2. Surah Az-Zumar, 39 : 42
وَ هُوَ الَّذِى يَتَوَفَّاكُمْ بِالَّيْلِ

“Dan Dia-lah yang mengambil rohmu di waktu malam …” (QS. Al-An`aam, 6 : 59)

Allah Ta`ala mengambil jiwa manusia waktu matinya dan jiwa manusia yang tidak mati dalam tidurnya. Di dalam ayat ini, mengambil ruh pada waktu malam menunjukkan bahwa kata توفى itu dipakai dengan arti kiasan, yakni tidurkan karena mati tidak tertentu dengan malam, yang berhubungan dengan malam itulah tidur.

اَللهُ يَتَوَفَّى الْنْفُسَ حِيْنَ مَوْتِهَا وَ الَّتِيْ لَمْ تَمُتُ فِى مَنَمِهَا

“Allah mencabut roh manusia pada waktu mereka mati dan juga roh mereka yang belum mati, diwaktu tidur mereka, …” (QS. Az-Zumar, 39 : 42)

Dalam ayat ini, Allah Ta`ala sudah berfirman ‘lam tamutu fii manamahaa’, yakni dia tidak mati dalam tidurnya. Kata ini pun mengatakan terus terang bahwa kata itu memang artinya mengambil ruh juga, tetapi mengambil ruh di ayat ini dipakai dengan arti menidurkan karena sambungannya la artinya sudah memalingkan arti kepada arti kiasan yakni menidurkan.

Dan ada 21 kali dengan arti mengangkat ruh dengan mematikan, yakni:


وَالَّذِيْنَ يُتَوَفَّوْنَ مِنْكُمْ وَيَذَرُوْنَ اَزْوَاجًا يَّتَرَبَّصُنَ بِاَنْفُسِهِنَّ اَرْبَعَةَ اَشْهُرٍ وَّعَشْرًا


1. “Dan mengenai orang-orang yang wafat diantaramu dan meninggalkan istri-istri mereka, istri-istri mereka itu harus menunggu berkenaan dengan diri mereka empat bulan sepuluh hari” (QS. Al-Baqarah, 2 : 234)


وَالَّذِيْنَ يُتَوَفَّوْنَ مِنْكُمْ وَيَذَرُوْنَ اَزْوَاجًا وَّصِيَّةً لِّاَزْوَاجِهِمْ مَّتَاعًا اِلَى الْحَوْلِ غَيْرَ اِخْرَاجٍ


2. "Dan orang-orang yang meninggal dunia diantaramu dan meninggalkan istri-istri, hendaklah mewasiatkan untuk istri-istri mereka perbekalan untuk setahun tanpa menyuruh mereka keluar dari rumah …” (QS. Al-Baqarah, 2 : 240)


وَتَوَفَّتَا مَعَ اْلاَ بْرَارِ

3. “…Wafatkanlah Kami dalam golongan orang-orang yang saleh” (QS. Ali-Imran, 3 : 194)

حَتّى يَتَوَفَّاهُنَّ الْمَوْتُ

4. “…Hingga datang kematian kepada mereka…” (QS. An-Nisa, 4 : 15)

اِنَّ الَّذِيْنَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلَئِكَةُ ظَالِمِى اَنْفُسِهِمْ

5.. “Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan mereka masih aniaya terhadap diri mereka …” (QS. An-Nisa, 4 : 97)

حَتّى اِذَا جَاءَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ

6. “…Hingga apabila maut menjelang salah seorang di antaramu, utusan-utusan Kami, yakni mailat-malaikat, mewafatkannya…” (QS. Al-An`aam, 6 : 61)

حَتّى اِذَا جَاءَ تْهُمْ  رُسُلُنَا يَتَوَفَّوْنَهُمْ

7. ”.…Hingga apabila datang kepada mereka utusan-utusan Kami, yakni malaikat-malaikat, untuk mencabut nyawa mereka…” (QS. Al-A`raf, 7 : 37)

رَبَّنَا اَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَّتَوَفَّنَا مُسْلِمِيْنَ

8. ”…Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan menyerahkan diri kepada Engkau” (QS. Al-A`raf, 7 : 127)

وَلَوْتَرَى اِذْ يَتَوَفَّى الَّذِيِنَ كَفَرُوا الْمَلَئِكَةُيَضْرِبُوَنَ وُجُهَهُمْ وَاَدْبَارَهُمْ وَذُوْقُوْا عَذَابَ الحَرِيْقِ

9. “Dan Alangkah mengerikannya sekiranya engkau dapat melihat ketika malaikat mencabut nyawa orang-orang yang kafir itu, sambil memukuli muka mereka dan punggung mereka dan seraya berkata’ ‘rasakanlah olehmu azab yang membakar’” (QS. Al-Anfal, 8 : 50)

اَوْ نَتَوَفَّيْنَّكّ فَاِلَيْنَا مَرْجِعُهُمْ 

10. “…Atau jika Kami wafatkan engkau sebelum itu, maka kepada Kami juga tempat kembali mereka…”  (QS. Yunus, 10 : 46)

وَلَكِنْ اَعْبُدُ اللهَ الَّذِىْ يَتَوَفَّاكُمْ

     11. “… Dan akan tetapi aku hanya menyembah Allah, Yang akan mematikan kamu …” (QS. Yunus, 10 : 104)

تَوَفَّنِى مُسْلِمًا وَّالْحَقْنِى بِالصَّالِحِيْنَ 
  
12. “…Wafatkanlah daku dalam keadaan patuh taat kepada kehendak engkau dan gabungkanlah daku dengan orang-orang saleh” (QS. Yusuf, 12 : 101)

اَوْ نَتَوَفَّيَنَّكَ
 
  13. “… Atau Kami wafatkan engkau…” (QS. Ar-ra`d, 13 : 40)

الَّذِيْنَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلَئِكَةُ ظَالِمِى اَنْفُسَهُمْ
   
 14. “Orang-orang yang diwafatkan oleh para malaikat sedang mereka aniaya terhadap dirinya…” (QS. An-Nahl, 16 : 28)

 الَّذِيْنَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلَئِكَةُ طَيِّبِيْنَ

15. “Orang-orang yang diwafatkan oleh para malaikat sedang mereka ada dalam kesucian …”(QS. An-Nahl, 16 : 32)

وَاللهُ خَلَقَكُمْ ثُمَّ يَتَوَفَّاكُمْ
   
 16. “Dan Allah menciptakan kamu, kemudian Dia mewafatkan kamu …” (QS. An Nahl, 16 : 70)

 وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّتَوَفَّى وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّرَدُّ اِلَى اَرْذَلِ الْعُمُرِ

 17. “ … Dan diantara kamu ada yang diwafatkan secara wajar dan diantara kamu ada yang dipanjangkan umurnya hingga pikun, …” (QS. Al-Hajj, 22 : 5)

قُلْ يَتَوَفَّاكُُمْ مَّلَكَ الْمَوْتِ الَّذِى وُكِّلَ بِكُمْ اِاَى رَبِّكُمْ تُرْجَعُوْنَ

18. “Katakanlah ‘malakalmaut yang telah ditugaskan menjagamu akan menyebabkanmu mati, kemudian kapada Tuhan-Mu kamu akan kembali” (QS. As-Sajdah, 32 : 11)

  وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّتَوَفَّى

  19. “…Walaupun sebagian dari kamu ada yang wafatkan terlebih dahulu …” (QS. Al-Mu`min, 40 : 67)

 اَوْ نَتَوَفَّيَنَّكَ
 
 20. “… Atau pun Kami menyebabkan engkau wafat…” (QS. Al-Mu`min, 40 : 77)

فَكَيْفَ اِذَا تَوَفَّتْهُمُ الْمَلَئِكَةُ يَضْرِبُوْنَ وُجُوْهَهُمْ وَاَدْبَارَهُمْ

21. “Maka bagaimanakah mereka akan sejahtara apabila malaikat-malaikat akan menyebabkan mereka mati dengan memukul muka mereka dan punggung mereka?” (QS. Muhammad, 47 : 27)

Berdasarkan Firman-firman Allah Ta’ala jelaslah bahwa nabi Isa as telah wafat. Orang yang wafat tidak akan kembali ke dunia ini lagi. Kitab Suci Al-Qur'an jelas sekali membuktikan bahwa Nabi Isa as telah wafat seperti manusia lainnya dan tidak hidup lagi di manapun.

Bahkan, kenyataannya bahwa di dalam Al-Qur`an Karim satu ayat pun tidak ada yang menyatakan bahwa Nabi Isa as diangkat kelangit dengan tubuh kasarnya. Dan, di dalam hadis-hadis shahih pun tak ada yang menjelaskan tentang Nabi Isa as naik ke langit dengan tubuh kasarnya.

Jelas sekali dinyatakan bahwa Nabi Isa as hanyalah memiliki sifat-sifat kemanusiaan dan tidak memiliki sifat-sifat ketuhanan. Beliau hanyalah hamba Allah dan Rasul-Nya. Sebab, sejak lahir hingga wafat, dia tunduk pada keterbatasan fisik dan biologi yang telah ditentukan Tuhan seperti manusia lainnya.

Bagi orang yang berhati bersih dan menjunjung kejujuran, keterangan ini sangat jelas dan terang bahwa Nabi Isa as telah wafat sebagaimana para nabi-nabi dan manusia telah wafat.



Post a Comment

0 Comments