Bahaya Dusta -> Tinggalkanlah Dusta dan Berkatalah Jujur




بسم الله الر حمن الر حيم   نحمده و نصلى على رسوله الكريم   و على عبده المسيح الموعود


Oleh Mln. Mubarak Achmad

Nabi Muhammad s.a.w. adalah Nabi dan Rasul umat Islam, history Beliau s.a.w. sangat menakjubkan dan perjalanan hidup beliau s.a.w. sangat menarik untuk diketahui dan dijadikan suri teladan. 

Di antaranya, beliau s.a.w. tidak pernah mengucapkan perkataan dusta, meskipun sedang becanda. Diriwayatkan pernah ada yang berkata kepada Rasulullah s.a.w. : يَارَسُوْلُ اللهِ اِنَّكَ تُدَاعِبُنَا قَالَ اِنِّي لاَ اَقُوْلُ اِلاَّحَقًّا  Wahai Rasulullah s.a.w. sesungguhnya engkau mencandai kami, Beliau s.a.w. bersabda ; ‘Sesungguhnya saya tidak mengucapkan apapun kecuali yang benar {Bukhari} 

Begitulah luar biasanya akhlak Rasulullah s.a.w., Sa’d bin Hisyam bin Amir pernah bertanya kepada ‘Aisyah r.a. ; Apakah akhlak Rasulullah s.a.w.. Maka Beliau menjawab, ; كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْاَنَ  Akhlak Rasulullah s.a.w. adalah Al-Qur’an {Muslim}. [maksudnya akhlak-akhlak yang baik dalam Al-Qur’an itulah akhlak Rasulullah saw].

Akhlak artinya budi pekerti, kelakuan, watak, tabi’at. Secara garis besar akhlak ada dua macam ;

1. Akhlak yang baik => Seperti jujur, lurus, berkata benar, menepati janji dan sebagainya.

2. Akhlak yang jahat (jelek) => Seperti khianat, berdusta melanggar janji dan sebagainya.

Untuk membentuk akhlak yang baik adalah dengan mendidik, membiasakan akhlak yang baik itu dilakukan sejak dari kecil sampai dewasa dan di hari tua, bahkan sampai meninggal dunia. 

Sebagaimana kita diwajibkan menuntut ilmu, mulai dari buaian sampai masuk lahat (wafat), begitulah diri kita masing-masing hendaklah dididik dari kecil hingga kita pulang ke hadirat Ilahi.

Untuk memperbaiki akhlak yang  jahat adalah dengan mengusahakan lawannya. Misalnya, bakhil sifat yang tak baik -> diperbaiki dengan derma atau sedekah. Kita biasa berlebih-lebihan -> maka berupaya sederhana dan minimal pertengahanlah, suka khianat, -> Maka berusaha menjalankan amanah dengan baik., Sering ingkar janji, ->  Maka tanamkan untuk tepat janji, Sering dusta/bohong, -> Maka tekatkan berkata jujur dan benar.

Pendeknya, kita setiap muslim wajib dan harus mendidik diri kita sendiri supaya berakhlak dengan akhlak yang baik, sebagaimana tercantum di dalam Kitab Suci Al-Qur’an Karim ;

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا  يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

“Wahai, orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang jujur. Dia akan memperbaiki bagimu amal-amalmu dan akan menampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia akan meraih kemenangan besar. {Al-Ahzab, 33 :70-71}

Begitu juga didalam hadis, Rasulullah saw telah memberi peringatan khusus kepada orang-orang mukmin dan telah meminta perhatian terhadap kenyataan bahwa dengan mengelakkan diri dari dosa-dosa serta mengamalkan kebaikkan yang merupakan lawan dari dosa. Sebagai orang Mukmin kita harus menjadi hamba-hamba Ilahi yang sejati.

DUSTA SALAH SATU DARI TIGA DOSA YANG HARUS DI JAUHI
Rasulullah saw ada bersabda:

اَلاَ اُنَبِّئُكُمْ بِاَكْبَرِ الْكَبَائِرِ ثَلاَثَا ؟ قُلْنَا : بَلَي يَا رَسُوْلَ اللهِ, قَالَ اَلْاِشْرَاكُ بِاللهِ, وَعُقُوْقُ الْوَلِدَيْنِ, وَكَانَ مُتَّكِئًا فَجَلَسَ فَقَالَ : اَلاَ قَوْلُ الزُّوْرِ.
 فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا

“Tidakkah aku harus memberitahukan kepada kamu tentang dosa yang amat berat ? Beliau saw mengulangi kata-kata tersebut tiga kali. Para sahabat menjawab, Ya, Rasulullah saw ! Tentu, dengan senang hati sampaikanlah hal itu kepada kami !.

Maka Beliau saw bersabda jika begitu dengarkanlah. Dosa yang pertama adalah Syirik (menyekutukan Ilahi) dan sesudah itu durhaka kepada orang tua. Beliau saw pada saat itu bersandar pada sebuah bantal, tapi kemudian Beliau saw bangkit lalu bersabda dengan nada yang keras: Jauhilah Dusta !Jauhilah dusta ! Jauhilah Dusta.

Beliau terus mengulang-ulang kata-kata tersebut, sehingga para sahabat yang melihat dapat melihat bayangan kesedihan di wajah Beliau saw. Para sahabat satu sama lain berkata ; Ah berkenanlah kiranya Beliau saw diam dan jangan terus menyusahkan diri’ {Bukhari dan Muslim}.

Pada hadis ini terkandung didikan moral dan akhlak yang sangat tinggi dan harus dijadikan benteng pertahanan hidup bagi kita sebagai Muslim Ahmadi yang sejati.

l. Syirik
Syirik adalah menyekutukan sesuatu dengan Ilahi. Syirik disini bukan hanya penyembahan berhala saja, hal ini telahfi diakhiri oleh kalimat ‘Tauhid’ yakni ; LAA ILAAHA ILLALLAHU MUHAMMADUR RASULULLAH, Tiada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah. Ini merupakan pintu gerbang guna memasuki wilayah dunia Islam. 

Syirik bukan hanya kepada berhala saja, tetapi ada syirik yang yang tersembunyi yang terkenal dengan nama syirik khafi. Yang termasuk syirik ini adalah memperlihatkan hormat atau kecintaan yang berlebihan kepada seseorang atau sesuatu benda sebagaimana seharusnya terwujud kepada Ilahi atau menempatkan kepercayaan begitu rupa kepada seseorang atau suatu benda, sebagaimana seharusnya hanya kepada Ilahi.

Islam sekali-kali tidak mencegah kita dari mempergunakan sarana-sarana madiah (materi) di dalam berbagai ragam urusan agama atau urusan duniawai. Akan tetapi, Islam berprinsip mencegah kita dari menumpahkan kepercayaan kepada seseorang atau suatu benda dan menganggapnya sebagai tumpuan terakhir dalam kesuksesan. Inilah yang tidak dapat diterorir atau tak bias diterima oleh ketauhidan dalam agama Islam.

Andaikata kita hendak mengikuti ujian, kita diharuskan giat belajar, namun harus menatap Tuhan sebagai tempat harapan terakhir untuk mencapai nilai yang baik. Seandainya kita tersangkut perkara pidana, maka kita pergi menemui seorang pengacara, namun ingat kunci kemenangan terletak di tangan Tuhan.

Jikalau kita jatuh sakit, sepatutnya pergi kerumah sakit, berobat dengan dokter, namun harus dan selalu percaya bahwa daya penyembuh itu ada di tangan Tuhan. 
Sungguh ini memang amat sulit dan tipis untuk direnungkan, tetapi ingatlah bahwa sesungguhnya inilah yang merupakan kedudukkan sejati Tauhid yang sebenarnya.

Sebagaimana alangkah indahnya sabda Masih Mau’ud as, yakni ; ‘Segala benda yang bermukim di hatimu selain Tuhan adalah patung berhalamu. Hai, engkau yang lemah iman ! Jaga-jagalah engkau dari berhala-berhala tersembunyi ini dan jauhkan hatimu dari genggaman belenggu mereka ini’.

ll. Durhaka
Sabda Rasulullah saw  ; ‘uququl Walidain secara harfiah berarti ‘Durhaka Kepada Orang Tua’, kalimat ini bukan berarti hanya tidak tunduk kepada perintah orang tua, melainkan juga mencakup sikaf kurang hormat, lalai dalam berbakti kepada mereka dan tidak mengindahkan perasaan halus mereka.

Sebagaimana dalam tempat lain Rasulullah saw menggunakan perkataan ‘Birrul Walidain’ yakni berbuat baiklah kepada orang tua yang wawasannya meliputi ketaatan, unjuk bakti dan berlaku kasih sayang.

lII. Dusta
Di dalam hal ketiga Rasulullah saw begitu rupa membenci terhadap sifat dusta dan Beliau saw begitu besar hasratnya menanamkan kepada orang-orang Mukmin agar berbicara sejujurnya dan berkata lurus.

Tampak di dalam hadis tadi sikap Beliau sedemikian rupa, tatkala Beliau saw memperingatkan sahabat terhadap keburukkan dusta, Beliau duduk dengan perasaan gundah seraya menyebutnya dengan berulang-ulang, Jauhilah Dusta !.

Pada hakikatnya, berkata dusta bukan hanya dosa yang amat rendah sekali dalam nilainya, bahkan juga merupakan sebuah alat yang mengembangbiakkan dosa-dosa yang lainnya serta dari berdusta itu ia berusaha menutupi dosa-dosa yang diperbuat terdahulu, sehingga karenanya terjalinlah serangkaian dosa demi sosa yang cukup panjang deretannya.

Oleh karena itu, maka wajiblah bagi setiap orang Mukmin, apalagi kita sebagai Ahmadi sebagai Islam sejati harus benar-benar menaruh kebencian terhadap dusta sedemikian rupa, jika diibaratkan tak ubahnya seperti membenci bangkai yang busuk dengan bau menyengat yang tidak sedap.

Sebagaimana Rasulullah saw dalam hadis tadi betapa hati menjadi kegelisahan hanya dalam menyampaikan keburukkan dusta. 

Jadi sebagai Ahmadi sepatutnya, Ahmadi dan berbicara jujur atau meninggalkan dusta itu sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Marilah jadikan sifat jujur dan meninggalkan dusta sebagai jati diri kita sebagai Muslim Ahmadi.  

BENAR DAN DUSTA
Berkenaan dengan dua kata ini, Rasulullah saw bersabda ; 
  1. Tanda-tanda orang munafik ada tiga, walaupun ia puasa dan shalat serta menyatakan ia Muslim, yaitu bila berbicara dusta, bila berjanji tidak ditepati dan bila beri amanat dia berkhianat. {Muslim}
  2. Hendaklah kamu selalu benar. Sesungguhnya kebenaran membawa kepada kebajikan dan kebajikan Membawa ke surga. Selama seorang benar dan selalu memilih kebenaran dia tercatat di sisi Allah seorang yang benar (jujur). Hati-hatilah terhadap dusta. Sesungguhnya dusta membawa kepada kejahatan dan kejahatan membawa kepada neraka. Selama seorang dusta dan selalu memilih dusta dia tercatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta (pembohong). {Bukhari}
  3. Celaka bagi orang yang bercerita kepada satu kaum tentang kisah bohong dengan maksud agar mereka tertawa. Celakalah dia, . . . Celakalah dia. {Abu Dawud dan Ahmad}
  4. Seorang mukmin mempunyai tabiat atas segala sifat aib kecuali khianat dan dusta. {Al Bazzaar}
  5. Suatu khianat besar bila kamu berbicara kepada kawanmu dan dia mempercayai kamu sepenuhnya padahal dalam pembicaraan itu kamu berbohong kepadanya. {Ahmad dan Abu Dawud}
JAUHILAH KENAJISAN BERHALA DAN DUSTA
Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda,  ‘Akan tetapi, aku berkata bahwa janganlah membunuh kebenaran karena bersikeras kepada membela ketidak-adilan. Terimalah kebenaran walau kamu menerimanya dari seorang anak kecil dan dari pihak lawan sekalipun.

Segeralah lepaskan logika kamu yang kering itu dan berdirilah di atas kebenaran. Sebagaimana Ilahi Yang Maha Mulia berfirman ;

ذَلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ حُرُمَاتِ اللَّهِ فَهُوَ خَيْرٌ لَّهُ عِندَ رَبِّهِ وَأُحِلَّتْ لَكُمُ الْأَنْعَامُ إِلَّا مَا يُتْلَى عَلَيْكُمْ فَاجْتَنِبُوا الرِّجْسَ مِنَ الْأَوْثَانِ وَاجْتَنِبُوا قَوْلَ الزُّورِ

Artinya, ; “Demikianlah, dan barangsiapa mengagungkan tempat-tempat yang telah disucikan Allah, maka hal itu baik baginya di sisi Tuhan-nya. Dan telah dihalalkan bagimu semua binatang ternak kecuali apa yang diterangkan kepadamu diharamkannya, maka jauhilah kenajisan berhala, dan jauhilah ucapan-ucapan dusta” {Al-Hajj, 22 : 30}.

Yakni, jauhilah kenajisan berhala dan juga dusta, sebab dusta itu tidak kurang najisnya daripada berhala. Sesuatu yang memalingkan mukanya dari tujuan yang benar, sesuatu itu merupakan berhala di jalan tempuhanmu.

Berilah kesaksian yang benar sekalipun itu merupakan bapak-bapak kalian atau saudara-saudara kalian atau sahabat-sahabat kalian. Hendaknya suatu perasaan yang tidak bersahabat sedikit pun jangan menjadi penghalang terhadap keadilan.

Tanggalkanlah adat kikir terhadap satu sama lain, dendam mendendam, hasad menghasad, iri mengiri dan bengis-membengis. Kitab suci Al-Qur’an terbagi atas dua ajaran yang besar. Pertama ialah ajaran Tauhid, kecintaan dan ketaatan kepada wujud Yang Maha Suci. Kedua ialah ajaran kasih saying terhadap sanak-saudara dan sesama makhluk insan’ {Ruhani Khazain, Jilid III, Hal. 550}.

Dalam tempat lain dikatakan : ‘Peganglah teguh kebenaran. Peganglah kebenaran, sebab Dia melihat keadaan hatimu yang sebenarnya. Dapatkah insan menipu Dia ? Adakah tipu-menipu akan berhasil guna di hadapan-Nya ?’ {Ruhani Khazain, Jilid III, Hal. 549}   

HIKMAH MENINGGALKAN PERKATAAN DUSTA
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Luqman Hakim, menceritakan pada suatu hari ada seseorang telah datang berjumpa dengan Rasulullah saw dengan maksud hendak memeluk agama Islam.

Sesudah mengucapkan dua kalimah syahadat, lelaki itu lalu berkata : Ya Rasulullah saw, sebenarnya hamba ini selalu saja berbuat dosa dan susah untuk meninggalkannya. Maka Rasulullah menjawab: Maukah engkau berjanji bahwa engkau sanggup meninggalkan perkataan dusta ? Ya, saya berjanji, jawab lelaki itu singkat. Selepas itu, dia pun pulanglah ke rumahnya.

Menurut riwayat, sebelum lelaki itu memeluk agama Islam, dia sangat terkenal sebagai seorang yang jahat. Kegemarannya hanyalah mencuri, berjudi dan meminum minuman keras. Maka setelah dia memeluk agama Islam, dia berupaya untuk meninggalkan segala keburukan itu. Sebab itulah dia meminta nasihat dari Rasulullah saw.

Dalam perjalanan pulang dari menemui Rasulullah saw lelaki itu berkata di dalam hatinya : Berat juga aku hendak meninggalkan apa yang dikehendaki oleh Rasulullah saw itu.
Singkat cerita, maka setiap kali hatinya terdorong untuk berbuat jahat, hati kecilnya terus mengejek, Berani engkau berbuat jahat.

Apakah jawaban kamu nanti apabila ditanya oleh Rasulullah saw. Sanggupkah engkau berbohong kepadanya, bisik hati kecilnya. 

Setiap kali dia berniat hendak berbuat jahat, maka dia teringat segala pesan Rasulullah saw dan setiap itu juga hatinya berkata: Kalau aku berbohong kepada Rasulullah saw berarti aku telah mengkhianati janjiku padanya. Sebaliknya jika aku bercakap benar berarti aku benar-benar menerima hukum-hukum dan ajaran sebagai orang Islam. 

Oh Tuhan . . . sesungguhnya di dalam nasihat Rasulullah saw itu terkandung sebuah hikmah yang sangat luar biasa berharga. 

Setelah dia berjuang dengan hawa nafsunya itu, akhirnya lelaki itu berjaya di dalam perjuangannya menentang kehendak nalurinya. Menurut hadis itu lagi, sejak dari hari itu bermula babak baru dalam hidupnya.

Dia telah berhijrah dari kejahatan kepada kemuliaan hidup seperti yang digariskan oleh Rasulullah saw. Hingga ke akhirnya dia telah berubah menjadi Mukmin yang Soleh dan Mulia dimata insan dan pandangan Ilahi.

KISAH DUA ORANG YANG BERLAINAN AKHLAK
Ada seseorang berkata benar dan yang satunya berkata dusta. Yang pertama bernama Sidik -> orang yang senantiasa berkata benar, jujur dan lurus, ia kerjanya berjualan buah-buahan. Yang kedua bernama Kazib -> Orang yang senantiasa berkata dusta, ia kerjanya berjualan ikan. Keduanya berjualan berdekatan.

Pada suatu hari ketika hari telah petang, Pada Sidik jualannya tinggal satu buah cempedak dan pada Kazib jualannya tinggal ikan seekor.

Kemudian tidak berapa lama datang seorang saudagar dan melihat buah cempedak Sidik seraya berkata ; Rupanya bagus benar buah cempedak ini, Berapa harganya ? Sidik menjawab: buah cempedak ini buahnya saja yang baik, tetapi rasanya kurang enak, barangkali karena tidak masak pada batangnya, melainkan masak diperam. Jikalau Tuan mau beli, maka saya murahkan harganya, Rp. 5.000,- saja.

Mendengar perkataan Sidik, heran benar saudagar tadi seraya berkata, "Lurus benar hatimu, mau mengatakan buruk baik barang jualanmu. Memang begitulah seharusnya kita sebagai orang Mukmin harus berkata jujur dan benar."

Sidik menjawab lagi, "Bukankah lebih baik berkata benar dan jujur daripada berdusta."

Dalam Agama kita diperintahkan berkata lurus dan menerangkan kebaikkan dan keburukkan barang-barang kita. Dan jika ada keburukkan dilarang menyembunyikannya. Benar kata kamu, ucap sang saudagar, Hendaklah kuat-kuat berpegang teguh kepada kebenaran.

Singkat cerita, sang saudagar pergi, kemudian berbelanja ke tempat kazib yang berjualan ikan dan berkata, "Barukah ikan ini?", "Baru benar Tuan kata Kazib, baru sebentar ini diambil, bahkan sayapun turut menngkapnya dari kolam." Akhirnya ikan tersebut dibeli sang saudagar, lalu dibawa kerumah untuk dimasak.

Setelah sang saudagar jauh, Kazib menghampiri Sidik sambil berkata, "Bodoh benar engkau ini, mengatakan buah cempedakmu kurang baik, tentu tak mau orang membelinya. Ikan saya kemarin ditangkap, tetapi terjual juga dan harganya pun tidak kurang dengan harga ikan baru."

Sidik berkata, "Saya tidak suka berdusta, walaupun akan menguntungkan uang yang banyak. Kita lihat siapa yang cerdik dan untung, karena pada pikiran saya, saya telah mendapatkan seorang pelanggan, sedangkan kamu akan kehilangan seorang pelanggan."

Keesokan harinya, perkataan Sidik benar. Sang sudagar kembali lagi membeli buah-buahan Sidik dan tidak membeli ikan Kazib, jangankan singgah, melihat pun sang saudagar tidak, karena takut ditipu oleh Kazib.

Akhirnya sang saudagar menjadi pelanggan tetap Sidik, Bahkan mahal sedikitpun ia mau membeli karena sudah terang akan kualitas buah tersebut.

PENGARUH DUSTA TERHADAP JISIM
Dusta menjalar dari hati ke lidah, maka rusaklah lidah itu, lalu menjalar ke anggota badan, maka rusaklah amal perbuatannya sebagaimana rusaknya lidah dalam berbicara. Maka jika Allah Ta’ala tidak memberikan kesembuhan dalam kejujuran bagi para pendusta sehingga semakin rusaklah mereka dan menjerumuskan mereka ke arah kehancuran.

Rasulullah saw bersabda : ''Sesungguhnya kejujuran itu menuntun kepada kebajikan, sedangkan dusta menuntun kepada kedurhakaan.'' {Muttafaq 'alaih}.

Itulah sebagian kecil dari akibat buruk dusta yang semuanya merupakan akibat yang terasa di dunia dan di sisi Allah Ta’ala balasan bagi pendusta lebih dahsyat dan mengerikan. Jelaslah bahwa para pendusta akan berjalan di atas jalan yang menuju neraka, karena dengan berdusta berarti ia akan membuka berbagai pintu keburukan lainnya.

Rasulullah saw bersabda :''Sesungguhnya dusta itu menuju kepada kekejian dan kekejian menuntun ke neraka, seseorang terus menerus berdusta sehingga dicatat di sisi Allah sebagai Pendusta.'' {Muttafaq 'alaih}

Begitulah dahsyatnya bahaya dusta, Maka kita semua harus memperhatikan bahaya dusta sehingga takut untuk melakukannya dan tidak bergaul dengan para pendusta dan mencari teman yang shaleh lagi jujur serta melatih hati dan lisan untuk selalu berkata benar dan berbuat jujur.

Semoga Allah Ta’ala menganugerahkan kejujuran kepada kita semua dalam ucapan maupun perbuatan. Semoga Allah Ta’ala senantiasa menjaga dan menunjukkan kita ke jalan yang lurus dan diridhoi-Nya. Allahumma Aamiin.


Post a Comment

1 Comments