MENGENANG PERISTIWA IMAM HUSAIN DI KARBALA PADA BULAN MUHARRAM



Oleh: Mln. Mubarak Achmad


Tepat tanggal 1 September 2019 M/tanggal 1 Muharram 1441 H di KALENDER merupakan tahun baru Islam. Ketika memasuki bulan ini setiap kita mengenang satu perstiwa nan menyedihkan. Dalam sejarah Islam, ada beberapa peristiwa kesedihan yang begitu besar yang tidak akan pernah bisa dilupakan oleh seorang Muslim. Meskipun telah berlalu bertahun-tahun, rasa sakit yang diderita tidak dapat dikurangi. 

Salah satunya adalah kejadian pada abad pertama Islam, sebuah peristiwa imam Husain di Karbala [Irak] pada bulan Muharram. Orang-orang yang benar-benar mencintai Nabi Suci Muhammad saw masih merasakan kesedihan yang mendalam atas kematian beliau dan sahabat yang lain. Bahkan, hari ini, hati seorang Muslim berdarah dan mata menjadi berkaca-kaca setelah membaca kisah mengerikan tentang penganiayaan yang ditimpakan beliau dan sahabat Nabi saw. 

Namun, peristiwa pengorbanan besar ini, insya Allah akan menjadi pelajaran berharga, yang membuka jalan baru dan menetapkan tujuan baru bagi generasi mendatang. 

Sekarang, kita sedang memasuki sepuluh hari pertama bulan Muharram. Di dalam bulan Muharram ini, 1400 tahun lalu tanggal 10 Muharram seorang yang sangat dicintai oleh Nabi Muhammad  saw  yakni Hadhrat Imam Husain ra telah disyahidkan oleh orang yang  sangat zalim.

Jika kita mendengar kisah pembunuhannya, badan kita gemetar dan bulu roma kita berdiri karena sangat mengerikan. Orang-orang zalim itu tidak berpikir, “Bagaimanakah kedudukan orang yang sedang kami hunuskan pedang kepadanya?” Tetapi, sebagaimana telah saya katakan, apabila iman sudah terbang, maka semua perasaan dan pertimbangan pun hilang, bahkan rasa takut kepada Allah Ta’ala-pun lenyap dari dalam hati. 

Jika rasa takut kepada  Allah Ta’ala sudah lenyap dari dalam hatinya, maka ia tidak mempertimbangkan, bagaimanakan kedudukan seseorang pada pandangan Allah Ta’ala atau  kedudukannya pada pandangan Rasul-Nya saw? 

Bagaimanakah kisah disyahidkannya Hadhrat Imam Husain ra dan setelah beliau disyahidkan bagaimana perlakuan orang-orang zalim terhadap jenazah beliau yang beberkat ? Setelah mendengar peristiwa ini manusia menjadi yakin bahwa mereka itu mungkin saja telah membaca dua kalimah syahadat, tetapi sesungguhnya  mereka itu tidak mempunyai keyakinan terhadap Dzat Tuhan. {Khutbah Jumat Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih Al-Khaamis aba, 23 November 2012}. 

HADHRAT IMAM HUSAIN RA
Siapakah gerangan Hadhrat Imam Husain ra ? Beliau ra lahir pada 3 Sya’ban 4 H/08 Januari 626 M dari keturunan beberkat, putra Hadhrat Ali bin Abi Thalib ra dan Hadhrat Fatimah Az Zahra ra. Hadhrat Ali bin Abi Thalib ra adalah khalifah Rasyidah IV juga sepupu nabi Muhammad saw sedangkan Hadhrat Fatimah Az Zahra ra adalah putri Nabi Muhammad saw. 

Hadhrat Imam Husain wafat pada tanggal 10 Muharram 61 H/ 10 Oktober 680 M, Beliau disyahidkan ketika berumur sekitar 57 tahun pada  zaman Yazid bin Muawiyah  baru bertahta.  Hampir  50 tahun setelah wafat Nabi saw (Wafat 11 H/632 M), 20 tahun setelah wafat ayahnya, Hadhrat Ali ra pada 660 M.

Ketika Hadhrat Imam Husain ra lahir, Nabi saw membacakan kata-kata Azaan di telinga kanannya dan Iqaamat  di kirinya. Lalu Pertama diberi nama "Husain," lalu melakukan Aqiqah-nya pada hari ketujuh, mencukur rambut pertamanya dengan ditimbangkan membayar sedekah dengan jumlah harga perak. 

Perawakan Beliau mirip dengan Nabi Muhammad saw, rambutnya terjuntai sebahu berwarna hitam dan jengot hitam juga. Hadhrat Imam Hassan ra (624 - 669 H) adalah kakak laki-laki Hadhrat Imam Hussain ra. Rasulullah Suci saw menganggap mereka sama tingginya dan dalam Tradisi Nabi Muhammad saw biasanya merujuk mereka bersama-sama.

Nabi saw sangat memiliki cinta yang besar untuk kedua cucunya, Hassan ra dan Hussain ra. Hadhrat Anas ra berkata bahwa dari semua orang di rumahnya, Hassan ra dan Hussain ra paling dicintai oleh Rasulullah. Beliau saw sering pergi ke rumah mereka untuk menemuinya. Beliau akan menikmati melihat mereka bermain dan akan mengangkat mereka dan memegangnya di dadanya dengan kasih sayang. 

Kadang-kadang, ketika Rasulullah saw sedang bersujud saat shalat, cucu-cucunya akan naik ke punggungnya dan Beliaui saw akan tetap bersujud selama beberapa waktu. Setelah menyelesaikan shalat, Rasulullah saw akan mengangkat mereka ke pangkuannya. Suatu ketika, Nabi Muhammad saw menyampaikan Khutbah Jumat di Masjid. 

Ketika Husain ra masuk, mata Nabi saw melihat ke arahnya. Dia berdiri dari Minbar dari tempat dia menyampaikan khutbah, mengangkat Hussain ra dan menempatkannya di dadanya. Rasulullah saw terutama akan berdoa untuk cucu-cucunya : "Ya Allah, aku mencintai mereka berdua, Engkau juga, mencintai mereka juga." {Bukhari , Kitabul Fadha'il}’

Nabi Muhammad saw bersabda : "Siapa pun yang mencintai mereka, mencintaiku dan siapa pun yang menaruh dendam terhadap mereka, menanggung dendam terhadapku. Husain adalah milikku dan aku milik Husain. Siapa pun yang mencintai Husain akan dicintai oleh Allah". {Musnad Ahmad bin Hanbal} .

Selama 7 tahun Hadhrat Husain ra diberkati dengan nasib baik karena dididik oleh Nabi Muhammad saw. Hadhrat Abu Bakar ra dan Hadhrat Umar ra Khalifah Pertama dan Kedua setelah Nabi Muhammad saw, keduanya juga memandang Hadhrat Husain ra dengan hormat dan hormat karena kedekatan mereka dengan Nabi Muhammad saw. Di era Hadhrat Usman ra, Khalifah Ketiga, Hadhrat Husain ra mendapat kehormatan melancarkan Jihad di Tabiristaan ​​(atau Tapuria). {Ibn Kathir , vol. III, Hal.45}.

Selama pengepungan Hadhrat Usman ra , Hadhrat Husain ra dan Hadhrat Hasan ra diperintahkan oleh Hadhrat Ali ra untuk menjaga Hadhrat Usman ra dan karenanya mereka menahan orang-orang pemberontak di teluk. {Tarikh Al-Khulafa, Jalaludin Suyuti}.

Setelah kesyahidan Hadhrat Ali ra, Hadhrat Husain ra mengambil janji kesetiaan dengan saudaranya, Hadhrat Hassan ra dan terlibat dalam rekonsiliasi dengan Amir Muawiyah. Pengetahuannya adalah teladan dan pidatonya luar biasa. Malam-malamnya akan dihabiskan untuk beribadah, dan ia akan memberi sedekah. 

Nabi Muhammad saw pernah menyatakan bahwa "Bagi saya, Hasan dan Husain adalah aroma terbaik dunia". {Bukhari Fadha'il Sahaba)
Menurut Hadhrat Anas (ra) , Hassan (ra) dan Hussain (ra) memiliki kemiripan yang paling besar dengan Nabi Suci (saw) . {Bukhari Kitabul Fadha'il}.

PERISTIWA KARBALA, IRAK
Setelah kewafatan Hadhrat Ali bin Abi Thalib ra pada tahun 40 Hijriah, lebih dari 20.000 orang mengambil Bai'at kepada Hazrat Hassan ra . Namun, Hadhrat Hasan ra menarik diri dari gelar ini demi Hadhrat Muawiyah ra, untuk menghindari potensi pertumpahan darah yang bisa terjadi antara umat Islam sebagai akibat dari perselisihan antara keduanya. 

Pada 56 Hijri Amir Muawiyah (yang mengaku sebagai Khalifah setelah Hadhrat Ali bin Abi Thalib, menunjuk putranya Yazid sebagai pewaris kekuasaan. Dan Hadhrat Muawiyah ra dalam masa hidupnya sendiri mengambil Bai'at dari semua gubernur dan pejabatnya untuk putranya Yazid untuk diangkat sebagai penggantinya. Maka, pada 60 Hijriah setelah Hadhrat Muawiyah ra wafat, menurut perjanjian penunjukan, Yazid mengambil alih dan memerintahkan kaum Muslim untuk mengambil Bai'atnya terhadapnya. 

Sebagian besar umat Islam mengambil Bai'at kepada Yazid, tetapi beberapa sahabat tidak menyukai metode penunjukan dan menolak. Di antara mereka adalah Hadhrat Husain ra, Hadhrat Abdullah bin Umar ra dan Hadhrat Abdullah bin Zubair ra. 

Pertengahan bulan Rajab 60 H : Pembaiatan Yazid dari para gubernur (istilah  zaman itu  Amir) secara langsung atau via surat; pengiriman surat dan utusan agar para gubernur meminta baiat kepada masyarakat untuk Yazid; tekanan Yazid kepada  gubernur Madinah supaya  bersikap keras kepada Hadhrat Husain ra dan anak sahabat besar lainnya; gubernur Madinah (dulunya  diangkat oleh Muawiyah), Al-Walid ibn Utbah ibn Abu Sufyan bersikap enggan saat didesak oleh Yazid  dan petinggi Bani Umayyah untuk membunuh Imam Husain dan mengirimkan penggalan kepalanya ke Damaskus {Tarikhul Khulafa oleh Imam Sayuthi}

Perpindahan Hadhrat Abdullah ibn Zubair dari Madinah ke Makkah di malam hari diam-diam melewati jalan yang tak biasa. Akhir bulan Rajab 60 H : Perpindahan Hadhrat Husain ra dan rombongan dari Madinah ke Makkah di siang hari melewati jalan umum dan sampai pada 3 Sya‟ban, 5 hari perjalanan. 

Sya‟ban 60 H dan seterusnya : surat-surat tokoh-tokoh Kufah kepada Hadhrat Husain ra di Makkah berisi undangan untuk datang ke Kufah dan permintaan kepada beliau agar membimbing dan memimpin mereka.  

Ramadhan 60 H : gubernur Madinah, Al-Walid dicopot dan diganti; Hadhrat Husain ra mengirim wakilnya ke Kufah, Muslim bin Aqil,  sesampai di Kufah, Muslim bin Aqil mengirim kabar baik sambutan dan baiat ribuan penduduk Kufah kepada Hadhrat Husain ra. 

Pencopotan gubernur Kufah (diangkat oleh Muawiyah), An-Nu‟man bin Basyir yang lunak diganti Ubaidullah ibn Ziyad yang kejam; Qadhi Syuraih tetap menjadi Hakim kota Kufah,  jalan-jalan dan perbatasan kota Kufah dijaga tentara ibn  Ziyad, terjadi perubahan situasi, penduduk Kufah menjauhi Muslim; Muslim tidak bisa mengirim kabar situasi terbaru kepada Hadhrat Husain ra, Muslim dieksekusi.

8 Dzul Hijjah 60 H : keberangkatan Hadhrat Husain ra dari Makkah ke Kufah, jumlah dan detail rombongan ke Kufah, tempat-tempat transit dan percakapan yang terjadi, rombongan bertambah di tiap transit tapi demi mendengar kabar penduduk Kufah banyak yang menyeberang ke pihak ibn Ziyad dan kesyahidan beberapa kurir dan utusan yang dikirim Imam Husain ke Kufah, jumlah rombongan berkurang drastis dari 1000 orang lebih sampai malam terakhir di Karbala tinggal 72-73 laki-laki (32 berkuda dan 40 pejalan kaki) belum termasuk kaum wanita dan anak-anak.

2 Muharram 61 H : rombongan Hadhrat Husain ra dicegat masuk kota Kufah oleh pasukan perintis utusan gubernur Kufah dipimpin Al-Hurr; sempat terjadi pembicaraan antar keduanya; rombongan Hadhrat Husain ra berkemah dan memberi air minum kepada pasukan Al-Hurr yang kehausan; Al-Hurr dan pasukan ikut shalat berjamaah di belakang Imam Husain sebagai imam.  

Al-Hurr dan pasukannya juga menghadang ketika rombongan Hadhrat Husain ra hendak pulang ke Madinah dan meminta Hadhrat Husain ra menghadap gubernur Kufah untuk baiat atau tetap di wilayah itu dan berkemah di arah yang ditentukannya;  Hadhrat Husain membeli sebidang tanah ke perkampungan terdekat dan meminta tolong mereka mengurus jenazah beliau dan rombongan nantinya.

3 Muharram : kedatangan Umar bin Sa‟ad disertai pasukan besar mengambil alih komando pasukan ibn Ziyad di Karbala dan kemah-kemah pasukan gubernur Kufah didirikan di daerah itu;  Umar bin Sa‟ad, komandan lapangan pengepungan dan pembunuhan Hadhrat Husain, putra Sa‟ad ibn Abi Waqqash ra. Sa‟ad sahabat senior, pernah menjadi gubernur Kufah. 

7-9  Muharram : pembicaraan antara Hadhrat Husain ra dengan Umar bin Sa‟ad; blokade makanan dan  air minuman dimulai; 2 malam 2 kali blokade air dapat ditembus, berkantong-kantong air dibawa pasukan berkuda pihak Imam Husain;  

9 Muharram : Kamis sore hari, 6.000 pasukan dipimpin Syimir Dzil Jausyan  datang ke lokasi; terjadi lagi pembicaraan antara Hadhrat Husain ra dengan Umar bin Sa‟ad; malam hari Imam Husain berpidato kepada pengikut beliau mempersilakan mereka jika ingin meninggalkan beliau demi keselamatan mereka, lampu-lampu penerang dimatikan biar mereka tak malu untuk pergi.

Jumat, 10 Muharram : Al-Hurr meminta ijin kepada atasannya, Umar bin Sa‟ad, untuk  memberi air  minum kepada rombongan Imam Husain tapi ditolak, Al-Hurr dan beberapa pasukan ibn Ziyad menyeberang ke pihak Hadhrat Husain ra, di detik-detik terakhir ia baru tahu setelah bertanya kepada  atasannya bahwa membunuh Imam Husain adalah pilihan pasti kebijakan atasan dari atasannya itu. 

Hadhrat Husain ra berkuda ke pasukan musuh dan berpidato memberikan nasehat; berkali-kali beliau  memberikan nasehat dan juga peringatan termasuk juga pasukan beliau ra kepada mereka. 

Pecahnya pertempuran dimulai serangan anak panah oleh Umar bin Sa‟ad diikuti panah-panah pasukannya; dari waktu pagi hingga waktu sore; jeda sejenak pertempuran untuk shalat zhuhur khauf; shalat berjamaah Imam Husain diganggu lontaran anak panah musuh hingga 2 anggota jamaah syahid;  detail pertempuran termasuk cara, proses dan pelaku pensyahidan Hadhrat Husain ra dan pasukannya. 

Semua laki-laki rombongan Husain memperlihatkan ketangguhan dan kegigihan; umumnya mereka dibunuh dengan cara diserang serentak dan bertubi-tubi oleh pasukan bersenjatakan panah, tombak, pedang dan batu.

Hadhrat Husain ra berperang sambil mengendarai kuda; saat banyaknya luka anak panah yang mengenai beliau; beliau turun dari kuda dan berjalan; pasukan musuh mengerumuni beliau; saat proses disyahidkannya Imam Husain sedang terjadi, kemah-kemah pun diserang; ada anak-anak dan kaum  wanita yang dibunuh; Hadhrat Husain ra syahid, tubuh beliau tidak utuh, para  penyerang menjarah apa  pun yang  ada di tubuh beliau termasuk baju dan celana. 

Pasukan ibn Ziyad tidak membunuh Ali bin Husain (masih remaja dan tergolek sakit); pasukan ibn Ziyad mengirim laporan ke Kufah; gubernur Kufah mengirim laporan ke Damaskus; blokade air minum dilonggarkan sehingga bisa minum. 

Pasukan ibn Ziyad mengumpulkan kepala-kepala tanpa tubuh dari rombongan Hadhrat Husain ra yang syahid dan  menancapkan pada tombak-tombak mereka atau diikatkan di kuda mereka; detail nama dan asal suku pasukan berkuda pembawa kepala-kepala tersebut; umumnya, pasukan ibn  Ziyad bukan orang asal dari  Makkah dan dari Madinah; imbalan lebih kepada para pasukan yang berperan aktif mensyahidkan rombongan Hadhrat Imam Husain ra.

Tuduhan (fatwa) Yazid atas Husain : keluar dari agama, memutus silaturrahmi dll. Tuduhan dan fatwa Ubaidullah ibn Ziyad dan petinggi pasukannya atas Husain : Al-kadzaab (sangat pendusta), merusak  agama  dan menentang  Pemimpin dan shalatnya tidak diterima jadi percuma  shalat. {Thabari}.  

Singkatnya, ini adalah hari yang tragis dalam sejarah Islam, ketika darah umat Muslim yang mulia ditumpahkan dalam pembantaian tanpa ampun ini. Namun, Imam Hussain ra telah memberikan hidupnya untuk menegakkan kebenaran, dari hal ini tidak ada keraguan.

Banyak orang menulis sejarah setelah pembunuhan barbar terhadap Hadhrat Imam Husain ra, seperti Sakeena putrinya, yang menulis : O mata, engkau tidak akan menitikkan air mata seumur hidup pada anak-anakmu, ibu, ayah dan teman-temanmu. 

Namun, atas pertumpahan darah cucu sang Utusan. Pendirian Hadhrat Imam Husain ra melawan Yazid. Sayangnya, sebagian kecil Muslim menganggap penolakan Hadhrat Husain ra terhadap Yazid sebagai pemberontakan, padahal ini bertentangan dengan kenyataan. Sikap Hadhrat Imam Husain ra terhadap Yazid bukan karena Yazid mengklaim bahwa dia adalah Khalifah yang dibimbing dengan benar. 

Khilafat Rasyidah, telah berakhir tiga puluh tahun setelah kewafatan Nabi Muhammad saw, sebagaimana Beliau saw telah menubuatkan sendiri. Perlawanan Imam Husain ra adalah untuk menghilangkan seorang lalim yang kejam, seorang Khalifah yang ditunjuk sendiri, dan dengan demikian melindungi dan membantu yang tertindas.

Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as, Imam Mahdi dan Al-Masih yang dijanjikan, telah menyatakan dalam tulisannya bahwa Yazid adalah cacing tanah yang tidak murni, dibutakan oleh cinta dunia. Sementara Husain ra jujur ​​dan memberikan model murni bagi umat Islam masa depan untuk diikuti. Dia menulis bahwa sangat salah untuk mendiskreditkan Hadhrat Husain ra dan orang yang melakukan itu membuang-buang keyakinannya.

Jika mendengar peristiwa ini, Al-Masih yang dijanjikan selalu menangis dengan deras dan menyatakan dengan rasa sakit yang luar biasa : "Yazid melakukan tindakan kejam ini terhadap cucu Nabi Muhammad saw tetapi Allah Ta’ala juga dengan cepat membawa murka-Nya turun ke atas para penindas." {Sirat Tayyiba, Hadhrat Mirza Bashir Ahmad ra, hal.36}.

MENGENANG PERISTIWA KARBALA
Peristiwa kewafatan Hadhrat Imam Husain di Karbala pada 10 Muharram pada akhirnya menyebabkan perpecahan dikalangan umat Islam, yakni : Syiah dan Sunni. Syiah berpendapat bahwa Imanat (kepemimpinan) dari pengikut Muslim adalah milik Hadhrat Ali ra Lalu Sunni menganut Tradisi Nabi Muhammad saw dan banyak lagi perbedaan lain kemudian muncul di masing-masing kelompok.

Setiap tahun dalam 10 hari pertama Muharram, beberapa Muslim di seluruh dunia memperingati kewafatan Hadhrat Imam Husain ra dan berduka atas peristiwa mengerikan yang terjadi di Karbala lebih dari 1000 tahun yang lalu. Beberapa orang turun ke jalan dan meraung-raung, memukuli dada mereka dengan tangan dan senjata lain. Yang lain mengambil bagian dalam prosesi, acara yang diselenggarakan secara khusus dan acara lainnya serta pertemuan di Masjid dan Gedung. Itulah berbagai Ragam Mengenang Peristiwa tersebut.

Bagaimanakah Cara terbaik untuk mengenang Peristiwa Karbala, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad aba, Khalifatul Masih V, dalam Khotbah Jum'at tanggal 10 Desember 2010, Menyampaikan bahwa Pendeknya, Hadhrat Masih Mau’ud as  bersabda  tentang Hadhrat Imam Husain ra, beliau ra termasuk di antara para pemimpin di surga, dengan mengajarkan kepada kita ketabahan dan keteguhan hati serta menunjukkan pada kita jalan menuju surga. 

Do’a-do’a harus dipanjatkan oleh masing-masing khususnya di hari-hari ini yaitu selama bulan Muharram, untuk ketabahan dan keteguhan hati kita. Tiap Ahmadipun hendaknya mencurahkan limpahan doanya supaya  diselamatkan dari kejahatan para musuh yaitu, “Rabbi kullu syai’in khadimuka, rabbi fahfazhni  wanshurni warhamni  – “Ya  Tuhanku,  segala sesuatu adalah khadim Engkau, Ya Tuhanku, jagalah aku, tolonglah aku dan sayangilah aku.” Do’a  tersebut sangat penting  untuk perlindungan.  

Do’a  berikut juga harus dipanjatkan terus menerus: “Allahumma inna naj’aluka fii nuuhurihim wa na’uudzubika min syuruu-rihim’ - “Ya Allah, kami menjadikan-Engkau sebagai tameng kami menghadapi musuh-musuh dan kami juga memohon  perlindungan Engkau melawan perilaku dan rancangan jahat mereka.” Dan Harus menaruh perhatian membaca  duruud syarif  (bershalawat) {Khutbah JumatHadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih Al-Khaamis aba 23 November 2012}.

Mari Kita membaca Shalawat Nabi Muhammad saw, wabil khusus perbanyak di bulan Muharram ini.
اَللَّهُمَّ صَلِّ  عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلَى اِبْرَاهِيْمَ وَ عَلَى اَلِ اِبْرَاهِيْمَ
وَ بَارِكْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِ مُحَمَّدٍ  كَمَا بَارَكْتَ عَلَى اِبْرَاهِيْمَ وَ عَلَى اَلِ اِبْرَاهِيْمَ فِى الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
Ya Allah berilah rahmat kepada Muhammad saw dan para pengikut-pengikut yang setia, sebagaimana Engkau telah memberi rahmat kepada Ibrahim as dan pengikut-pengikutnya yang setia dalam seluruh alam, Sesungguhnya Engkau Maha terpuji lagi Mulia". {Muslim}
Mudah-mudahan Peristiwa Imam Husaen ra menjadi pelajaran tuk kita bersatu. Semoga  Allah Ta’ala menempatkan  kita dalam perlindungan-Nya dan Semoga Ilahi memasukkan kita kedalam HAQIQI AAL (keturunan sejati) Nabi Muhammad, Rasulullah saw secara Jasmani dan Ruhani, Allahumma Aamiin. 

Post a Comment

0 Comments