KEBENARAN HADHRAT MIRZA GHULAM AHMADas



بسم الله الرحمن الرحيم
نحمده و نصلى على رسوله الكريم و على عبده المسيح الموعود


Oleh: Mln. Dian Kamiludin Achmad


  1. Kondisi Zaman Saat Ini

Jika kita melihat dan memperhatikan kondisi umat Islam dan dunia saat ini, kita semua merasa prihatin dan sedih. Kenapa tidak? Kondisi yang sangat jauh dari apa yang terjadi di masa sebelumnya di mana Islam mengalami kesulitan besar dalam dua hal. 

Pertama, secara internal, umat Islam telah benar-benar menjauh dari ajaran Islam sejati. Kedua, secara eksternal, agama-agama lain telah menyerang Islam dengan dahsyat.

Ditinjau dari segi internal, kondisi itikad dan amal umat Islam telah benar-benar rusak. Mereka tidak lagi perduli terhadap salat, puasa, zakat, dan ibadah haji. Menjadikan Al-Qur’an sebagai sesuatu yang ditinggalkan. Bahkan, banyak di antaranya yang tidak mengetahui kalimah syahadat. 

Dalam hal ajaran atau itikad, mereka banyak sekali membuat-buat aqidah berkenaan dengan Allahswt, Rasul-Nya, malaikat-malaikat-Nya dan Alquran Karim yang justru merusak wajah Islam sendiri. Para ulamanya larut dalam kesibukan yang bukan menjadi tugas dan porsinya. 

Akhlak fadhilah yang merupakan ciri khas umat Islam, telah menjauh dari mereka sehingga tidak salah, dalam satu sabda Hadhrat Muslih Mau’udra“Sekarang ini, pertanyaannya bukan lagi, perkara keislaman apa yang telah orang-orang tinggalkan? Pertanyaan yang kini muncul adalah, Perkara keislaman apa yang masih tersisa di kalangan umat Islam?”[1]

Sedangkan, masalah yang berasal dari eksternal, Islam telah menjadi sasaran keberatan yang datang dari segala arah. Pada satu sisi, negara-negara muslim berperang di antara mereka sendiri dan di sisi lain, negara-negara tersebut juga secara internal telah menjadi mangsa dari fitnah dan kerusakan. Rakyat menentang pemerintahannya dan pemerintahnya haus akan darah rakyatnya.

Hadhrat Masih Mau’udas bersabda,

“Wahai para pencahari kebenaran, perhatikanlah seraya berpikir, apakah kini bukan saatnya di mana datangnya pertolongan samawi bagi Islam diperlukan? Apakah hingga kini kalian tidak mengetahui bencana-bencana apa saja yang telah mengepung Islam? 

Seberapa banyak orang telah keluar dari Islam, seberapa banyak yang telah masuk Kristen, seberapa banyak yang telah menjadi atheis dan naturalis, seberapa jauh perbuatan syirik dan bid’ah telah mengambil alih posisi tauhid dan sunnah, seberapa banyak buku-buku telah ditulis untuk menolak Islam dan buku-buku tersebut disebarkan ke seluruh belahan dunia. 

Alhasil, sekarang katakanlah dengan sedikit perenungan, apakah tidak seharusnya pada abad ini diutus seseorang dari Allah Ta’ala yang akan menghadapi serangan-serangan external itu? Tengoklah dengan sedikit membuka mata, sejauh mana bala bencana telah membuat Islam tiada berdaya, bagaimana anak panah para penentang tengah menghujani Islam dari empat arah, dan bagaimana racun itu telah memberi pengaruh pada puluhan juta jiwa? 

Topan ilmu ini, topan akal ini, topan filsafat ini, topan syirik dan bid’ah ini, lihatlah semua topan ini dengan sedikit membuka mata dan jika kalian mampu, maka coba terangkan, apakah contoh yang semisal dengan kumpulan topan-topan ini pernah ada pada suatu masa di zaman yang lalu?”[2]

Beliauas bersabda: 

“Aku datang pada masa dimana akidah-akidah Islam telah dipenuhi dengan ikhtilaf (perbedaan). Tidak ada akidah yang kosong dari ikhtilaf, tidaklah perlu bagiku untuk mengemukakan dalil lain mengenai kebenaran diriku, karena keperluan zaman itu sendiri merupakan sebuah dalil.”[3]

“Bukan hanya aku memanggil orang-orang di zaman ini kepadaku, bahkan zaman ini sendiri telah memanggil [kedatanganku].”[4]

“Jika kalian orang yang jujur, maka bersyukurlah, dan lakukanlah sujud syukur, karena zaman yang dalam penantiannya nenek moyang kalian telah berlalu dan tidak terhitung banyaknya ruh yang telah pergi dalam suka cita penantian itu, kini kalian telah mendapati zaman itu. 

Keputusan ada pada tangan kalian apakah mau menghargainya atau tidak, apakah mau mengambil manfaat ataukah tidak. Aku akan menerangkannya berulang kali dan aku tidak dapat berhenti untuk menzahirkan bahwa aku adalah orang yang telah diutus tepat pada waktunya untuk memperbaiki akhlak agar agama dapat ditegakkan secara segar di dalam sanubari orang-orang.”[5]

  1. Dukungan-dukungan Samawi

Kini saya beralih kepada bagian kedua dari paparan saya, yakni kebenaran Hadhrat Masih Mau’udas dilihat dari dukungan-dukungan samawi. Ketika usia Hadhrat Masih Mau’ud sekitar 40 tahun, Allah Ta’ala menurunkan ilham kepada beliauas
اَلَيْسَ اللهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ
“Apakah Allah tidak cukup bagi hamba-Nya?”[6]

Ini adalah ilham dukungan dan pertolongan samawi pertama, dimana beliauas terima pada tahun 1876 yang setelahnya, ilham-ilham dukungan dan pertolongan turun secara berturut-turut dan kepada beliauas diberikan janji perihal kemenangan dan keunggulan. Kemudian Allah Ta’ala, sesuai dengan janji-Nya, telah memberikan pertolongan dan dukungan yang gilang-gemilang di sepanjang kehidupan beliauas.

اِنِّيْ اُحَافِظُ كُلَّ مَنْ فِى الدَّارِ
“Aku akan menyelamatkan semua orang yang ada dalam rumah engkau...”[7]

Pada tahun 1902 di India terjadi wabah ta’un atau pes dan Hadhrat Masih Mau’udas mendapatkan wahyu tersebut yang mana tanda ini terbukti dengan sangat terang, jauh melebihi bahtera Nabi Nuhas. Karena, pada zaman Nabi Nuhas bahtera memang melindungi penumpangnya dari air bah. Namun, pada saat terjadi wabah ta’un, rumah justru merupakan sarang penyakit yang mematikan tersebut, sedangkan Allah Ta’ala justru dengan karunia-Nya menjadikan rumah Hadhrat Masih Mau’udas sebagai sarana perlindungan. 

Saat itu 80 orang tinggal di rumah beliauas. Di rumah-rumah lain sekitar rumah beliauas, sudah banyak korban ta’un yang berjatuhan. Namun, di rumah Hadhrat Masih Mau’udasdengan karunia Allah Taala, semuanya selamat. Dengan demikian, Allah Taala dengan tanda yang sangat Agung, telah memperlihatkan penggenapan janji perlindungan-Nya kepada Hadhrat Masih Mau’udas.

I SHOULD GIVE YOU A LARGE PARTY OF ISLAM

“Aku akan memberimu suatu golongan besar dalam Islam.”[8]

Jika kita memahami ilham tersebut yang turun pada tahun 1883, maka dapat kita yakini perkembangan Islam melalui perjuangan Hadhrat Masih Mau’udasdan Jema’at ini sesuai dengan janji Allah Ta’ala ini. Kita dapat menjadi saksi bagaimana perkembangan Jema’at di seluruh dunia saat ini, yang mana di bawah panji Islam dan Tauhid, Jema’at sudah berkembang di 213 negara di dunia.

میں تیری تبلیغ کو زمین کے کناروں تک پہنچاؤں گا
“Aku akan sampaikan tabligh/dakwah engkau ke seluruh pelosok dunia.”[9]

Wahyu ini pun yang diterima tahun 1898 menjadi bukti kebenaran dari Hadhrat Masih Mau’udasyang sangat luar biasa dari Allah Ta’ala, karena ini merupakan janji-Nya untuk mengembangkan Islam Ahmadiyah ke seluruh pelosok dunia. Sehingga kita saksikan bersama bahwa Jemaat begitu luar biasa perkembangannya sampai 213 negara sudah memiliki missi Islam Ahmadiyah.

میں تجھےبرکت دوں گا اور بہت برکت دوں گا یہاں تک کہ بادشاہ تیرے کپڑوں سے برکت ڈھونڈیں گے

“Aku akan memberkatimu dengan berkat yang besar, sedemikian besar sehingga raja-raja akan mencari berkat dari pakaianmu.”[10]

Wahyu ini memberikan jaminan Allah Taala kepada Hadhrat Masih Mau’udas tentang keberkatan yang besar dari-Nya kepada beliauas dan Jemaat ini yang diterima tahun 1897 sehingga dengan banyaknya berkat tersebut, banyak raja-raja ataupun orang-orang besar yang mencari berkat dari pakaian Hadhrat Masih Mau’udas dan berbai’at kepada beliauas.

وَسِّعْ مَكَانَكَ. يَأْتُوْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍ
“Perluaslah rumah/tempatmu. Orang-orang akan datang kepadamu dari tempat yang jauh.”[11]

Wahyu ini menjadi bukti yang luar biasa juga yang turun tahun 1897, karena wahyu ini menjadi penjelas dengan banyaknya orang-orang yang datang ke Qadian saat kehidupan beliauas untuk membuktikan keindahan Islam, kebenaran beliauas serta Jemaat ini. Begitu juga dengan adanya Jalsah, banyaknya peserta yang hadir dari berbagai penjuru semakin memperjelas kebenaran dari Hadhrat Masih Mau’udasdan Jema’at ini.

Semoga dengan adanya bukti-bukti ini semua, semakin memperkuat keimanan kita kepada Imam Akhir Zaman dan Jemaat ini sehingga menjadikan kita semua menjadi Ahmadi yang mendapatkan banyak karunia dan keberkatan dari Allah Taala. Aamiin.



[1]Da’watul Amir, Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmadra
[2]Aina Kamalati  Islam, h. 252
[3]Zaruratul Imam, Ruhani Khazain jilid 13, h. 495
[4]Paigam-e-Sulh, Ruhani Khazain jilid 23, h. 486
[5]Fatah Islam, Ruhani Khazain Jilid 3, hal. 8
[6]Tadhkirah, Neratja Press, cet.2014, h.22
[7]Ibid, h.402
[8]Ibid, h.92
[9]Ibid, h.291
[10]Tadhkirah, op.cit, h.288
[11]Ibid, h.273

Post a Comment

1 Comments