Nabi Ibrahim a.s. : Idul Adha & Ibadah Haji




Oleh : Mln. Zafar Ahmad Khudori (Muballigh Jmt. Pwj. Klampok & Bawang Utara)

بسم الله الرحمن الرحيم


‘Id merupakan kegembiraan yang datang berkali-kali. Adh-hiyah artinya: waktu ketika matahari naik, juga berarti: kambing korban. ‘Id ini disebut juga ‘Idul Qurban (Hari Raya Pengorbanan). Nama ‘Idul Qurban ini, pada umumnya menimbulkan gambaran di antara orang-orang muslim bahwa ini adalah kesempatan gembira karena kita telah melakukan penyembelihan hewan.

Karena itu kita melihat bahwa pada ‘Id ini, umat muslim menyembelih ratusan ribu bahkan jutaan hewan korban. Pada saat haji, ratusan ribu hewan disembelih. (Sumber: Khutbah Idul Adha Hadhrat Khalifatul Masih al-Khaamis a.b.a.: 16-10-2013 di Masjid Baitul Huda, Sidney, Australia).

‘Idul Qurban adalah perayaan Islam yang dirayakan setiap tahun untuk mengenang peristiwa pelaksanaan satu pengorbanan seorang ayah agung dan anak nan agung yang membayar hak kewajiban korban. 

Itu adalah tindakan orang pilihan Allah, untuk meraih ridha Allah Ta’ala, kemudian Allah Ta’ala pun mengabulkan tindakan tersebut.

Kemudian karena pengorbanan mereka yang terus-menerus, Allah Ta’ala menunjukkan pondasi rumah-Nya yang terdahulu, memerintahkan mereka membangun tembok di atas pondasi itu dan menganugerahkan kepada mereka berkat yang lain.

Allah menjadikan Rumah Allah ini sebagai sarana bagi semua orang di masa mendatang untuk mengingat beliau berdua bahkan bertiga –karena ayah, ibu dan anak (yaitu Hadhrat Ibrahim, Siti Hajar dan Ismail), ketiganya ikut serta. (Sumber: Khutbah Idul AdhaHadhrat Khalifatul Masih al-Khaamis a.b.a.: 16-10-2013 di Masjid Baitul Huda, Sidney, Australia).

Berikut ini beberapa keterangan tentang peristiwa bersejarah tersebut:

2166 SM:
Kelahiran Ibrahim di Ur, Irak
Nabi Ibrahim a.s. diperkirakan lahir pada tahun 2166 SM. Nama asli beliau a.s. adalah Abram (secara etimologis, nama ini diduga dari Abi’ram yang artinya “terpujilah bapak [saya]”) (Baca: Kitab Kejadian 11: 29-31).

Beliau a.s. lahir di Ur-Kasdim (Irak).

“Ketika Terah, ayahnya, masih hidup, matilah Haran di negeri kelahirannya, di Ur-Kasdim” (Baca: Kitab Kejadian 11: 28).

Menurut Kitab Kejadian, Abram belum diberi nama Ibrahim sampai beberapa waktu setelah kelahiran putra pertamanya, Ismail. 

“Karena itu namamu bukan lagi Abram, melainkan Abraham karena engkau telah Kutetapkan menjadi bapak sejumlah besar bangsa” (Baca: Kitab Kejadian 17:5).

Nama Ayah dalam Alkitab (Bible)
Dalam Kitab Perjanjian Lama: nama ayah Nabi Ibrahim a.s. disebut Terah (Kejadian 11 : 26) dan di dalam Perjanjian Baru disebut Tarah (Lukas 3 : 34). Nama dalam Talmud hampir sesuai dengan yang tercantum dalam Lukas. Eusebius, Bapak Sejarah Geraja-gereja, menyebut Athar  sebagai nama ayah Ibrahim a.s. (Sale).

Bentuk yang benar nampaknya Athar yang kemudian berubah menjadi Tarah atau TerahAthar mempunyai persamaan yang erat dengan nama yang diberikan dalam Alquran (Azar), hanya ada perbedaan kecil dalam lafal, kedua bentuk itu hampir sama. (Sumber: Catatan Tafsir No. 864 “Al-Qur’an dengan Terjemahan dan Tafsir Singkat” karya [Editor] Malik Ghulam Farid. Bogor: Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 2014)

Zarah sama dengan Azar

Oleh karena itu para penulis Kristen tidak punya alasan untuk menentang Alquran karena menyebut ayah Ibrahim a.s. dengan nama Azar itu. Lebih–lebih, ayah Ibrahim a.s. disebut juga Zarah dalam Talmud (Sale), dan Zarah kira-kira sama dengan Azar. Hal itu menunjukkan bahwa pendapat Alquran sangat lebih dapat dipercaya. (Sumber: Catatan Tafsir No. 864karya [Editor] Malik Ghulam Farid)

Ab Berarti:
Bapak, Paman atau Kakek

Di samping itu, Azar telah disebut Ab Ibrahim a.s. (QS 26:87), sebuah kata yang dipergunakan untuk bapak, paman, kakek dan sebagainya. Dalam QS 2:133 Ismail a.s., paman Ya’kub a.s., telah disebut Ab-nya.

Akan tetapi, dari Alquran nampak bahwa Azar sunguhpun disebut ab Ibrahim a.s., sebenarnya bukan ayah Ibrahim a.s. telah membuat janji kepada AzarAb-nya untuk berdoa kepada Tuhan agar mengampuninya, tetapi tatkala beliau mengetahui bahwa ia musuh Allah s.w.t., beliau tak mau mendoa baginya; bahkan, beliau telah benar-benar dilarang berbuat demikian (QS 9:114).

Akan tetapi, dalam QS 14 : 42 Ibrahim a.s. berdoa untuk walid  beliau; kata itu digunakan hanya untuk ayah. Ini menunjukkan bahwa Azar yang telah disebut ab  Ibrahim a.s. orang itu lain dari walid beliau. Sangat mungkin ia paman Ibrahim a.s.. (Sumber:Catatan Tafsir No. 864 karya [Editor] Malik Ghulam Farid)

Kesaksian dari Alkitab (Bible)

Beberapa Ayat dari Bible juga mendukung kesimpulan itu.

Ibrahim a.s. menikahi Siti Sarah, anak Terah (Kejadian 20 : 12) yang menunjukkan bahwa Terah bukan ayah beliau, sebab beliau tidak dapat menikahi saudara perempuannya sendiri. (Sumber: Catatan Tafsir No. 864 karya [Editor] Malik Ghulam Farid)

Rupa-rupanya karena ayah beliau sudah wafat, Ibrahim a.s. dibesarkan oleh paman beliau, Azar atau Athar, yang memberikan putrinya, Siti Sarah, kepada beliau untuk dipersunting. Karena Azar mengurus Ibrahim a.s. dan berlaku terhadap beliau seperti seorang bapak, beliau rupanya disebut anak, dan ini membawa kepada kekeliruan; ialah Azar atau Athar disangka sebagai ayah kandung Ibrahim a.s.. (Sumber:Catatan Tafsir No. 864 karya [Editor] Malik Ghulam Farid)

Nampak pula dari Talmud bahwa Azar memperkarakan Ibrahim a.s. dan membawa ke hadapan raja untuk perkara pelanggaran memecah-mecah berhala-berhala. Seandainya Azar ayah Ibrahim a.s., niscaya ia tidak akan mengambil langkah yang begitu keras terhadap putranya sendiri. (Sumber: Catatan Tafsir No. 864 karya [Editor] Malik Ghulam Farid)

2080 SM (Usia Nabi Ibrahim: 86 Tahun): 
Ismail lahir.
Alquran (QS 37/Ash-Shaaffaat 100–101) memuat kisah ini sebagai berikut: Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.

Yang dimaksud ialah Nabi Ismail a.s. (Catatan Tafsir No. 1283 karya [Editor] Malik Ghulam Farid)

2067 SM (Usia Nabi Ibrahim: 99 Tahun) di Mekkah, Saudi Arabia: 
Ibrahim mengorbankan Ismail.
Alquran (QS 37/ Ash-Shaaffaat 102 – 105) selanjut memuat kisah ini sebagai berikut:

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." 

Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya (nyatalah kesabaran keduanya).Dan, Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, .sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

Yang dimaksud dengan membenarkan mimpi (dalam Ayat 105) ialah mempercayai bahwa mimpi itu benar dari Allah s.w.t. dan wajib melaksanakannya (Catatan Tafsir No. 1284 karya [Editor] Malik Ghulam Farid)

Peristiwa ini menjadi dasar disyariatkannya Qurban 
yang dilakukan pada hari Raya Haji.
Alquran (QS 37/Ash-Shaaffaat 106–107) memuat kisah ini sebagai berikut:

Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan, Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar (QS 37/ Ash-Shaaffaat 106 – 107).

Sesudah nyata kesabaran dan ketaatan Ibrahim dan Ismail a.s. maka Allah melarang menyembelih Ismail dan untuk meneruskan korban, Allah menggantinya dengan seekor sembelihan (kambing). Peristiwa ini menjadi dasar disyariatkannya Qurban yang dilakukan pada hari Raya Haji. (Catatan Tafsir No. 1285 karya [Editor] Malik Ghulam Farid)

Alquran (QS 37/ Ash-Shaaffaat 108 – 109) selanjut memuat kisah ini sebagai berikut:

Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu) "Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim." Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.

1991 SM (175 tahun) di Hebron, Palestina: 
Ibrahim meninggal dan dimakamkan di Hebron.
Informasi dari Alkitab (Bible) (Baca: Kitab Kejadian 25 : 7 - 10) menyebutkan:

Abraham mencapai umur seratus tujuh puluh lima tahun, 8. lalu meninggal. Ia mati pada waktu telah putih rambutnya, tua dan suntuk umurnya, maka ia dikumpulkan kepada kaum leluhurnya. Dan anak-anaknya, Ishak dan Ismael, menguburkan dia dalam gua Makhpela, di padang Efron bin Zohar, orang Het itu, padang yang letaknya di sebelah timur Mamre, yang telah dibeli Abaraham dari bani Het; di sanalah terkubur Abraham dan Sara, istrinya.

Demikianlah hubungan antara Nabi Ibrahim a.s., Idul Adha dan Ibadah Hajji. Walloohu ‘alam bish-showaab.

Rujukan:
1.    “Al-Qur’an dengan Terjemahan dan Tafsir Singkat” karya (Editor) Malik Ghulam Farid. Bogor: Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 2014.
2.    “Alkitab (Alkitaabul Muqoddas) Arab-Indonesia”  oleh Lembaga Alkitab Indonesia: Jakarta, 2003.
3.    “Taqwa, Syarat Bagi Penerimaan Ibadah dan Pengorbanan”: Khutbah Idul AdhaHadhrat Khalifatul Masih al-Khaamis a.b.a.: di Masjid Baitul Huda, Sidney, Australia, 16-10-2013.
4.    “Ibrahim Sang Sahabat Tuhan”  karya Dr. Jerald F. Dirks. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2003.



Post a Comment

0 Comments