23 MARET: Dalam Perspektif Sejarah & Hikmah






Oleh: Mln. Zafar Ahmad Khudori
(Muballigh Jmt. Purwareja Klampok & Bawang Utara)

Tahun ini kita (Komunitas Ahmadiyah Se-Dunia)
memperingati Hari Masih Mau’ud yang ke-130 (1889-2019).

PENDAHULUAN
            Sebagai “pendahuluan”, saya kutipkan tulisan beberkat dari Hadhrat Mirza Bashir Ahmad r.a. perihal tahun-tahun penting dari wahyu-wahyu yang diterima Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s..

Hadhrat Mirza Bashir Ahmad r.a.meriwayatkan:
Sudah lama berselang Hadhrat Masih Mau’ud a.s. sebenarnya mulai menerima ilham. Namun, ilham yang dengan jelas menyatakan bahwa beliau a.s. adalah diutus oleh Allah untuk mengadakan ishlah atas keadaan umat adalah di dalam bulan Maret 1882 tatkala beliau a.s. tengah menulis kitab Barahin Ahmadiyah jilid III (lihat: Barahin Ahmadiyah jilid III hlm. 238)
Akan tetapi, pada waktu itu beliau a.s. belum menerima baiat bahkan beliau a.s. masih menunggu perintah lebih lanjut untuk itu. Ternyata, ketika firman Ilahi pada bulan Desember 1888, beliau a.s. mengumumkan: menerima baiat dan dengan perantaraan surat selebaran mengundang orang-orang dan pada awal 1889 mulai menerima baiat.
Akan tetapi, hingga waktu itu pun beliau a.s. hanya mendakwakan diri sebagai Mujaddid dan diutus oleh Tuhan. Dan sungguh pun sejak mendakwakan diutus oleh Tuhan, juga di dalam ilham-ilham beliau a.s. diisyaratkan dengan jelas adanya kenyataan beliau a.s. menjadi Masih Mau’ud. 
Namun, kehendak kodrat Ilahi sampai beberapa lama beliau a.s. tidak mendakwakan diri sebagai Masih Mau’ud diutus untuk memperbaiki keadaan umat dalam corak seperti Isa Al-Masih dan beliau adalah matsil (prototype) Al-Masih. 
Setelah itu, pada awal tahun 1891 beliau a.s. mengumumkan aqidah bahwa Isa Al-Masih sudah wafat dan beliau a.s. mendakwakan sebagai Al-Masih yang Dijanjikan untuk umat ini. Titik awal gelombang perlawanan khalayak masyarakat terhadap beliau a.s. ialah sejak pengakuan itu. 
Mengenai kenabian dan kerasulan beliau a.s. pun sudah terdapat isyarat di dalam ilham-ilham permulaan. Akan tetapi, kehendak Ilahi masih menahan beliaua.s. hingga abad yang ke-20 pun terbit dan sejak itu beliau a.s. mulai mempergunakan –tanpa tedeng aling-aling--perkataan nabi dan rasul berkenaan dengan pribadi beliau a.s.
Dan pada khususnya, pendakwaan beliau a.s. sebagai matsil (prototype) Krishna disiarkan beliau a.s.lama sesudah itu yakni dalam tahun 1904 dan semua hal adalah di bawah kekuasaan Tuhan. Dalam hal ini, tidak ada campur tangan beliau a.s. sedikit pun. 
Di dalam perikehidupan Rasulullah s.a.w. pun tampak gejala yang bertahap ini dan di dalam hal ini terdapat banyak hikmahnya yang pada tempat ini tidak mungkin diterangkan. 
(Sumber: Bunga Rampai No. 2: Aman 1367 HS/Maret 1988 M/hlm. 5-6.)     

23 MARET:
DALAM PERSPEKTIF SEJARAH
Dengan tersiarnya Barahin Ahmadiyah orang-orang dari berbagai tempat mulai simpati kepada Hadhrat Ahmad (panggilan akrab untuk Hadhrat Mirza GhulamAhmad)a.s.. Qadian yang terletak jauh dan terpencil mulai sering dikunjungi para tamu dari tempat-tempat jauh. 
Para cendekiawan seperti Hadhrat Maulwi Nuruddin r.a., yang dipuji dan dijunjung oleh kawan maupun lawan karena ilmunya, sangat tertarik pula pada Barahin Ahmadiyah, sewaktu menjadi tabib istimewa Maharaja Jammu dan Kashmir. Hadhrat Maulwi Nuruddin r.a. ini kemudian tidak terpisahkan lagi dari Hadhrat Ahmad a.s.untuk selama-lamanya. 
Barahin Ahmadiyah makin lama semakin mengambil tempat di hati umat, bahkan banyak yang mengajukan permintaan supaya Hadhrat Ahmad a.s. mengambil bai'at. Tetapi, permintaan itu senantiasa beliau a.s. tolak, dengan menjawab bahwa segala urusan beliau a.s. berada di tangan Allah s.w.t..
Akhirnya, tibalah bulan Desember 1888 ketika melalui ilham Ilahi, Hadhrat Ahmad a.s. diperintahkan untuk mengambil bai'at dari orang-orang. Bai'at yang pertama diselenggarakan di kota Ludhiana pada tanggal 23 Maret 1889 di rumah seorang mukhlis bernama Mia Ahmad Jaan. 
Dan, orang yang bai'at pertama kali adalah Hadhrat MaulwiNuruddin r.a.. Pada hari itu kurang lebih 40 orang telah bai'at. Setelah itu, berangsur-angsur semakin banyak yang bai'at (sumber: “Riwayat Hidup Mirza Ghulam Ahmad”karya Hadhrat Mirza Bashiruddin Mahnud Ahmad r.a.. Jemaat Ahmadiyah Indonesia: Bogor, 1995).
Inilah latar belakang diperingatinya Hari Masih Mau’ud. Tetapi, pada kemudian hari, Hari Masih Mau’ud diperingati sebagai rasa syukur atas tergenapinya berbagai nubuatan sebagai bukti kebenaran Pendiri Jemaat Ahmadiyah sebagai Imam Mahdi dan Masih Mau’ud a.s. (baca: Khotbah Jumah Hadhrat Khalifatul Masih V a.b.a. 22 Maret 2013).

23 MARET:
DALAM PERSPEKTIF HIKMAH
Untuk menjelaskan Hikmah dari “Tasyakur Hari Masih Mau’ud a.s.“ selanjutnya Hadhrat Khalifatul Masih V a.b.a.bersabda: Sekarang saya akan menyampaikan beberapa kutipan dari tulisan dan sabda Hadhrat Masih Mau’ud a.s..Pertama, tentang kedatangan dan kebenaran beliau a.s. sendiri.
Dalam menjelaskan mengenai gerhana bulan dan gerhana matahari, Hadhrat Masih Mau’ud a.s.bersabda: 
Di dalam Shahih Daru Qutni terdapat sebuah Hadits bahwa Imam Muhammad Baqir meriwayatkan sebagai berikut: 
Inna li-mahdiyyinaa aayataini lam-takuuna mun-dzu kholqis-samaawaati wal-ardhi, yan-kasiful qomaru fii awwali lailatin min Romadhoona wa tan-kasifusy-syamsu fin-nisfi min-hu. 
Artinya: Untuk Mahdi kami akan terdapat dua tanda, semenjak Allah Ta’ala menciptakan langit dan bumi, kedua tanda ini tidak pernah timbul di dalam waktu seorang Utusan atau Rasul Allah manapun. 
Salah satu di antaranya adalah di zaman Mahdi Mau’ud gerhana bulan akan terjadi pada awal bulan Ramadhan yakni tanggal 13 dan gerhana matahari pada pertengahannya di antara hari-hari terjadinya gerhana yakni pada tanggal 28 di dalam bulam Ramadhan itu juga. Dan peristiwa seperti itu semenjak dunia diciptakan di zaman seorang Nabi atau Rasul manapun tidak pernah terjadi, hanyalah ditetapkan di waktu datangnya Imam Mahdi.
Semua Surat Kabar berbahasa Inggris dan Urdu dan sejumlah para pakar telah menjadi saksi di zaman saya a.s. kira-kira 12 tahun sudah berlalu sudah terjadi gerhana bulan dan gerhana matahari itu di dalam bulan Ramadhan.
Dan sebagaimana telah diriwayatkan di dalam Hadits lainnya bahwa gerhana ini sudah dua kali terjadi di dalam bulan Ramadhan, pertama di Negeri ini (India) dan kedua di Amerika dan kedua-duanya telah terjadi di dalam tanggal-tanggal yang sama, yang telah disebutkan di dalam hadits tersebut.
Dan oleh karena di waktu terjadi gerhana itu tidak ada orang lain di atas dunia ini yang mendakwakan diri sebagai Mahdi Mau’ud kecuali saya, dan tidak ada pula orang seperti saya yang menyatakan gerhana itu sebagai tanda kebenaran dirinya sebagai Mahdi, dan menyebarkan beratus ribu selebaran dan risalah di dalam Bahasa Urdu, Farsi dan Bahasa Arab di atas dunia, oleh sebab itu tanda samawi ini telah ditetapkan hanyalah bagi saya.
Dalil kedua adalah, 12 tahun sebelum gerhana ini zahir Allah Ta’ala telah memberi tahu kepada saya bahwa tanda seperti ini akan zahir dan kabar ini telah ditulis di dalam Barahin Ahmadiyya, dan sebelum tanda ini zahir beratus ribu manusia telah menerima selebaran ini (Haqiqat-ul-Wahi, Ruhani Khaza’in, Vol. 22, p. 202 – Essence of Islam, Vol. 5, p. 166.
Dalam menjelaskan lebih lanjut tentang itu Hadhrat Masih Mau’ud a.s.bersabda: 
Hadits ini mengandung kabar ghaib yang telah zahir setelah 1300 tahun. Ringkasnya adalah di zaman Mahdi Mau’ud akan terjadi gerhana bulan pada malam ke-13 di bulan Ramadhan dan di dalam bulan ini juga gerhana matahari akan terjadi pada hari yang ke-28. 
Dan, peristiwa seperti ini tidak akan terjadi di zaman siapa pun yang mendakwakan diri sebagai Utusan Tuhan kecuali di zaman Mahdi Mau’ud. Dan, jelaslah bahwa memberitahu perkara gaib dengan jelas bukan pekerjaan siapapun kecuali seorang Nabi Allah. Di dalam Al-Qur’anul Karim Allah Ta’ala berfirman:

عَالِمَ الْغَيْبِ فَلاَ يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا {} إِلاَّمَنِ ارْتَضَى مِن رَّسُولٍ

Yakni: “Dia tidak menzahirkan rahasia ghaib kepada siapapun. Kecuali kepada Rasul yang Dia ridhai” (QS Al-Jin ayat 27-28).

Maka semenjak nubuatan ini dari segi maknanya telah terpenuhi dengan sempurna, kemudian mereka berkata bahwa hadis ini dho’if (lemah) atau ini hanyalah perkataan Imam Muhammad Baqir maka sesungguhnya mereka itu sekali-kali tidak menghendaki nubuatan apapun dari Nabi Muhammad s.a.w.atau nubuatan Al-Qur’an menjadi sempurna.
Tanda kebenaran ini adalah tanda sempurnanya nubuatan Hadhrat Rasulullah s.a.w.. Dunia sudah hampir akan berakhir namun menurut mereka di akhir zaman ini tidak ada suatu nubuatan yang telah sempurna.
Hadits mana lagi yang lebih shahih dari pada hadis ini sebab hadits ini tidak pernah dikritik oleh Muhadditsiin (para Ahli Hadits) bahkan keshahihannya telah ditunjukkan oleh sempurnanya Hadits ini sendiri bahwa keshahihannya mencapai tingkat yang sangat tinggi.
Jika mereka tidak mau menerima kebenaran Tanda dari Allah Ta’ala lain perkara. Padahal ini adalah sebuah Tanda yang sangat agung sekali. Beribu-ribu Ulama dan Muhadditsiin sebelum saya sangat menunggu-nunggu waktu kejadiannya.
Dan mereka naik ke atas mimbar kemudian mengingatkan orang-orang tentang itu. Yang paling akhir dari antara mereka adalah Maulwi Muhammad Lukhoky yang telah menulis sebuah syair di dalam kitabnya bernama ‘Ahwalul Aakhirat’ di mana dijelaskan tentang gerhana bagi Mahdi Mau’ud (syai’ir di dalam Bahasa Punjabi) yaitu:

Terhwin chand so therwin suraj grehen ho si ho sale andar mah e ramzan lekhea ik riwayat wale. 
(Sudah tertulis di dalam Hadits bahwa gerhana bulan dan gerhana matahari akan terjadi di abad ke-13 dalam bulan Ramadhan).

Kemudian, seorang suci lainnya lagi menulis sya’ir di dalam Bahasa Farsi yang sangat terkenal semenjak berabad-abad bahwa apabila terjadi gerhana bulan dan matahari di dalam satu bulan di abad ke 14 tahun 1311 Hijriyah maka ia akan menjadi tanda turunnya Mahdi Mau’ud dan Dajjal.

Syair ini telah memberi tahukan waktu yang tepat bagi terjadinya gerhana bulan dan matahari (Haqiqatul-Wahi, hal. 204-205) dalam “Khutbah Jum’ah Hadhrat Khalifatul Masih V a.t.b.a.21 Maret 2014”).

PENUTUP
Demikianlah “Sejarah dan Hikmah Tasyakur Hari Mau’ud a.s.”, semoga Allah s.w.t.menganugerahkan kepada kita (para Ahmadi)menjadi hamba-hamba yang mukhlis dan taat. Begitu pula kepada Saudara-saudara non-Ahmadi, semoga Allah s.w.t.menganugerahkan hidayah untuk memahami hakikat ini. Aamiin.

Post a Comment

0 Comments